BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salak merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman salak di Indonesia sangat banyak macamnya lampiran A. Oleh karena itu, bila kita bertanam salak berarti kita
melestarikan dan meningkatkan produksi negeri sendiri. Salak termasuk famili Palmae, serumpun dengan kelapa, kelapa sawit, aren enau, palem, pakis yang
bercabang rendah dan tegak. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri. Dari batang yang berduri itu tumbuh
tunas baru yang dapat menjadi anakan atau tunas bunga buah salak dalam jumlah yang banyak Soetomo, 2001.
Penanaman salak biasanya dilakukan dengan mencampur tanaman betina dan jantan. Salak jantan ditanam menyebar di antara salak betina atau sebagai pagar
kebun salak. Penyerbukan dapat terjadi sendiri atau melalui bantuan serangga polinator. Pembentukan buah secara alami ini biasanya kurang optimal, sehingga
sangat dianjurkan untuk melakukan perkawinan buatan dengan bantuan manusia Nuswamarhaeni et al., 1999.
Peroksidase merupakan anggota enzim reduktase yang dianggap memiliki hubungan nyata dengan penyebab perubahan pada rasa, warna, tekstur dan kandungan
gizi buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum diolah. Peroksidase pada tanaman merupakan isozim yang berperan dalam pertumbuhan, diferensiasi dan pertahanan
Gaspar, et al., 1980. Aktivitas isozim peroksidase mudah dideteksi karena aktivitasnya yang luar biasa pada jaringan Touti, 1988.
Universitas Sumatera Utara
Perlu dilakukan penelitian enzim peroksidase dan polifenol oksidase pada tanaman salak guna meningkatkan mutu tanaman salak. Menurut Rivero et al. 2001,
beberapa penelitian telah melaporkan bahwa aktivitas enzim polifenol oksidase dan peroksidase dapat mengurangi beberapa tipe stres pada tanaman baik yang biotik
maupun abiotik Pandolvini et al., 1992; Ruiz et al., 1999. Lebih spesifik dapat ditunjukkan bahwa kedua enzim tersebut telah saling bergabung dan sama-sama
muncul untuk mencegah cekaman fisiologis yang disebabkan oleh kondisi stres tadi.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang mengalami cekaman pertahanan terhadap penyakit secara fisik ataupun fisiologis menunjukkan
peningkatan aktivitas enzim peroksidase PO yang signifikan Artlip and Funkhouser, 1995. Abeles et al. 1990 juga mengemukakan bahwa peningkatan aktivitas enzim
peroksidase adalah respon umum tanaman terhadap cekaman lingkungan. Seperti cekaman suhu rendah pada gandum dan jagung Peruanskii et al., 1991 dan cekaman
terhadap polusi udara Rao and Dubey, 1990. Selain itu aktivitas enzim peroksidase juga menunjukkan adanya mekanisme pertahanan dan perlindungan terhadap penyakit
yang menyerang tanaman Herison et al., 2007.
Aktivitas dari berbagai enzim terjadi selama adanya interaksi ketahanan, setiap enzim menggunakan batasan tertentu terhadap pertumbuhan penyakit tersebut
agar tidak bertambah banyak. Contohnya dapat dilihat dari aktivitas enzim dari kelompok padi yaitu Xanthomonas oryzae, dimana respon pertahanan pada padi
tersebut muncul setelah terdapat interksi antargennya. Penambahan enzim peroksidase telah dilakukan selama adanya interaksi ketahanan dan kerentanan pada padi.
Sejumlah besar gen peroksidase pada padi muncul seiring dengan meningkatnya penyakit yang timbul untuk mengatasi serangan penyakit pada tanaman dan juga pada
saat yang yang paling kritis atau kondisi stres pada padi tersebut Chittoor et al., 1997.
Contoh lainnya dari aktivitas enzim polifenol oksidase yaitu dilakukan penelitiannya pada tomat dan semangka. Dihasilkan bahwa aktivitas enzim polifenol
oksidase dan peroksidase pada tomat lebih rendah dibandingkan dengan pada semangka. Hubungan atau korelasi diantara keduanya ditunjukkan melalui aktivitas
Universitas Sumatera Utara
dan konsentrasi kelarutan fenolik, dimana pada tomat total enzim PO, r = -0,890 dan total enzim PPO, r = -0,820 dan pada semangka total enzim PO, r = -0,841 dan total
enzim PPO, r = -0,739. Kedua aktivitas enzim tersebut dipicu oleh stres terhadap panas maupun dingin dari suhu yang optimal berturut-turut, yaitu pada tomat dengan
suhu 35
o
C dan pada semangka dengan suhu 15
o
C. Kelarutan komponen fenol dihasilkan sebagai mekanisme aklimatisasi untuk mencegah stres panas dan dingin
pada tanaman tomat dan semangka Rivero et al., 2001.
Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan adanya respon aktivitas enzim PPO dan PO terhadap infeksi patogen, yaitu bahwa tanaman yang tahan terhadap
penyakit cenderung memperlihatkan aktivitas kedua enzim tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang rentan Andreeva, 1989; Gupta et al., 1990; Zhou
et al., 1992; Yurina et al., 1993. Pada tanaman yang terinfeksi patogen, peningkatan radikal bebas yang selaras dengan peningkatan aktivitas kedua enzim tersebut
berkaitan dengan mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan tersebut diwujudkan dalam bentuk lignifikasi dinding sel Vance et al., 1980 dan pembentukan senyawa
fitoaleksin Lagrimini et al., 1991; Hammerschmidt, 1999 sehingga perkembangan patogen terhambat Herison et al., 2001.
Enzim PPO dan PO memerlukan gen untuk mengekspresikan reaksi pertahanannya pada tanaman. Untuk menganalisis peran dari enzim ini diperlukan tiga
gen peroksidase seperti POX22.3, POX8.1 dan POX5.1 contohnya pada daun tanaman padi untuk reaksi ketahanan terhadap patogen. Gen tersebut hampir sama dengan
rangkaian asam nukleat dan asam amino yang berada pada satu famili gen. Ketiga gen tersebut menunjukkan ekspresi yang berbeda pada daun selama interaksi patogen dan
mekanisme ketahanan tanaman Chittoor et al., 1997.
Berdasarkan observasi dan pengamatan lapangan yang telah penulis lakukan di perkebunan salak desa Sibakua dan desa Huta Lambung, pada beberapa tanaman
salak terlihat adanya penyakit jamur yang berupa bercak putih pada kulit buah. Menurut Anarsis 1999, penyakit jamur putih merupakan penyakit yang paling sering
dijumpai pada tanaman salak. Jamur putih ini biasanya menyerang pada seluruh bagian tanaman terutama pada bagian dekat susunan pelepahnya. Selain penyakit
Universitas Sumatera Utara
jamur putih, juga terdapat penyakit rebah kecambah yang menyerang tanaman salak. Menurut Anarsis 1999, penyakit rebah kecambah sering muncul pada tunas yang
baru muncul dari biji. Penyakit ini banyak terjadi pada kecambah yang berumur kurang dari 2 bulan, yaitu sebelum daun pertamanya mekar.
1.2 Permasalahan