TAHAPAN-TAHAPAN SISTEM PERKAWINAN SISTEM PERKAWINAN DAN

72

BAB IV SISTEM PERKAWINAN DAN

ADAT SESUDAH MENIKAH SUKU BANGSA PUNJABI

4.1. TAHAPAN-TAHAPAN SISTEM PERKAWINAN

4.1.1. PERSIAPAN UPACARA PERKAWINAN

Setiap suku bangsa yang ada di dunia ini memiliki ketentuan-ketentuan tersendiri di dalam melakukan sebuah acara, baik itu acara pemberian nama pada bayi maupun acara perkawinan. Dan hal ini juga berlaku pada suku bangsa Punjabi, dimana suku bangsa ini adalah suku bangsa yang berdomisili di kawasan Indonesia, terutama di daerah Sumatera Utara. Suku bangsa Punjabi yang merupakan bagian suku bangsa terkecil di wilayah Medan, memiliki sebuah komunitas tersendiri dalam mempertahankan ajaran, adat yang telah dimiliki suku tersebut. Dan dalam hal ini, suku bangsa Punjabi mempunyai tahapan-tahapan dalam pelaksanaan perkawinan dimana tahapan itu, yakni : 1. Sehgen Pemberitahuan Sebagimana adat kebiasaan suku bangsa Punjabi, bahwa dalam penentuan jodoh kepada anak-anaknya dilakukan oleh orang tua dan anak hanya dapat menerima pilihan yang telah dijatuhkan oleh kedua orang tuanya, dan ini secara tidak langsung membuat si anak tidak dapat memilih gadis atau pria idamannya. Dan acara ini adalah sebuah acara pertemuan kedua orang tua masing- masing. Orang tua si laki-laki dan perempuan sama-sama merembukkan rencana Universitas Sumatera Utara 73 perkawinan anaknya. Dan disini, masing-masing orang tua akan saling memberitahukan nama putra dan putrinya dan setelah kedua orang tua setuju maka mereka akan melakukan penentuan tanggal pertunangan sampai acara perkawinan. Namun seiring perkembangan jaman, acara ini mulai tidak diperdulikan lagi, karena kaum pemuda-pemudi suku bangsa Punjabi telah memilih jodoh sendiri dan orang tua tidak banyak berperan dalam pemilihan jodoh dan bahkan banyak terdapat pemuda-pemudi suku bangsa Punjabi mengawini seorang gadis atau pria diluar sukunya sendiri. Dan menurut hasil wawancara, banyak kaum pemuda-pemudi yang beralih keyakinan, karena telah terpikat dengan seorang gadis maupun pria lain yang diluar dari suku dan kepercayaannya. Hal inilah yang membuat kaum suku bangsa Punjabi menjadi sedikit lemah dalam mempertahankannya aturan-aturan yang sebelumnya telah dibuat sejak dulunya. 2. Swarah Tukar cicin Swarah merupakan acara tukar cicin yang resmi secara agama dan ini dilaksanakan di dalam Gurdwara, dimana acara ini hanya dihadirin oleh mempelai laki-laki beserta keluarga dan ayah mempelai perempuan serta kerabat- kerabat dekat. Dan disini keluarga perempuan akan membawakan cicin, permen, uang rupe, gula batu serta bunga dua buah dan jika keluarga dari perempuan mampu, mereka akan membawakan buah-buahan sebagai tambahan. Sementara keluarga mempelai laki-laki membawakan kain remalla dan diatas kain tersebut diberikan uang. Dalam hal ini, mempelai laki-laki dan keluarganya akan menunggu kedatangan keluarga perempuan ke Gurdwara dan sambil menunggu, pendeta Universitas Sumatera Utara 74 akan melantunkan nyayian-nyayian syukur dengan diiringi musik harmonium, teblla dan chepta. Dan salah satu keluarga dari pihak mempelai laki-laki akan mengipas Guru Granth Shaib Chorre Granth Shaib dengan tujuan memberikan penghormatan pada kitab suci ajaran Sikh. Setelah keluarga mempelai perempuan datang, seluruh keluarga mempelai laki-laki akan berdiri tanda memberikan selamat datang. Setelah kedua keluarga berkumpul di dalam Gurdwara, maka acara akan dimulai oleh Pendeta dan semua umat kembali berdiri untuk memanjatkan doa syukur yang kemudian pemberian kain remalla dan pengalungan bunga kepada kitab suci. Dan setelah itu mempelai laki-laki beserta yang mendampinginya Serballa maju kedepan dan menghadap kitab suci Guru Granth Shaib serta sujud meteate. Seusai meteate, ayah mempelai perempuan akan memberikan bingkisan permen kepada mempelai laki-laki, meletakkan uang rupe ditelapak tangan kanan yang dilanjutkan dengan pemakaian cicin serta disuapin permen, memberikan doa berkat dan diakhiri dengan pengalungan bunga. Setelah selesai acara pemberian permen kepada mempelai laki-laki, dan tahap selanjutnya adalah mempelai laki-laki akan membagi-bagikan permen tersebut kepada semua umat yang hadir dan diikuti dengan pemberian amplop kepada mempelai laki-laki. Dan diakhiri dengan penitipan permen kepada calon istrinya atau mempelai perempuan. Setelah selesai acara, semua kerabat dan undangan dipersilakan untuk menikmati makanan, minuman yang telah disediakan oleh keluarga mempelai perempuan. Swarah yang dilaksanakan di dalam Gurdwara merupakan lambang peresmian yang sah karena tukar cicin tersebut dilakukan dihadapan kitab suci dan seluruh umat menyaksikannya. Dan setelah acara selesai dilakukan di Gurdwara, Universitas Sumatera Utara 75 maka mempelai laki-laki akan melanjutkan acara dikediamannya sesuai adat suku bangsa Punjabi, yaitu acara tepung tawar atau pemandian pada mempelai laki-laki Thele Crah. Serballah yang merupakan seorang pendamping mempelai laki-laki saat berlangsungnya perkawinan, yang akan menghantarkan mempelai ke dalam Gurdawara merupakan suatu hal yang wajib, karena menurut informan pendamping ini dapat melindungi mempelai. Informan mengatakan, dulunya pendamping ini harus orang yang sama dewasanya dengan mempelai dan ini harus di luar dari anggota keluarga atau orang yang tidak memiliki ikatan sebagai saudara dengan mempelai. Ketentuan ini dibuat, karena untuk berjaga-jaga dengan berbagai sesuatu yang akan terjadi, maksudnya adalah jika mempelai tiba-tiba kecelakaan atau meninggal maka yang akan menggantikannya untuk menikahi calon istrinya adalah pendampingnya atau serballah, Namun seiring berjalannya waktu, ketentuan ini tidak lagi dijalankan dan bahkan pendamping hanya sebagai syarat dan ini juga boleh diperankan oleh anak kecil atau anak dari adik mempelai laki-laki. Berubahnya aturan ini, karena suku bangsa Punjabi menganggap sekarang bukan seperti dulu, yang sering terjadi peperangan dank arena itu pendamping pada saat ini hanya sebagai syarat saja atau mengikuti kebiasaan yang telah ada bahwa seorang mempelai laki-laki sebelum bertemu dengan mempelai perempuan harus didampingi oleh seorang laki-laki. 3. Thele Crah Acara tepung tawar pada mempelai laki-laki. Acara tepung tawar ini adalah salah satu adat kebiasaan yang dilakukan oleh suku bangsa Punjabi sebelum berlangsungnya perkawinan, adapun bahan-bahan yang dipersiapkan adalah Susu asam dyai, Kunyit yang telah Universitas Sumatera Utara 76 dihaluskan hall dyai, Minyak makan putih tell klapeddeh, Pandan, Gula kanddeh, Uang, kursi kecil serta serbuk kelapa yang diberi warna dan dihias seindah mungkin dan masing-masing diikat dengan benang merah yang menandakan bahwa menantu akan datang. Dalam acara ini mempelai laki-laki akan duduk diatas kursi yang telah disediakan serta didampingi oleh ibu, saudara perempuannya dan untuk saudara laki-lakinya atau adik kandungnya dan sepupu dari pihak ayah membentangkan kain diatas kepala mempelai laki-laki. Setelah persiapan selesai, maka acara akan dimulai dari ibunya yang mengitari uang dikepala anaknya sebanyak empat kali putaran, meletakkan susu, minyak putih diatas kepala anaknya, dipercikkan air, memberikan kunyit ditelapak tangan, mengoleskan kunyit tersebut kewajah anaknya dan memberikan gula, yang sambil bernyanyi. Dan hal yang sama akan dilanjutkan oleh saudara perempuannya atau kakak kandungnya serta kerabat- kerabatnya lainnya, setelah selesai maka semua saudara, kerabat perempuannya akan mengusapkan kunyit tersebut keseluruh tubuh mempelai laki-laki dan yang akan dilanjutin dengan mengikat gelang berwarna rakkhi ketangan sampai gelang itu tidak dapat lepas, kemudian pamannya mama ji atau adik ibunya memberikan cicin dan mengangkat berdiri untuk membersihkan tubuhnya dengan air putih . Acara Thele Crah ini sekarang telah sedikit berubah dan perubahannya terletak pada pembersihan mempelai saat selesai di oleskan dengan kunyit, diteteskan dengan air susu, mempelai diperbolehkan mempersihkan diri, sedangkan dulu mempelai tidak boleh mempersihkan diri sebelum selesai upacara perkawinan, karena menurut informan ini telah menjadi kebiasaan yang dibuat oleh kakek, nenek. Perubahan itu terjadi, karena menurut informan kaum muda Universitas Sumatera Utara 77 sekarang lebih mementingkan keharuman badan dari pada mengikuti aturan- aturan yang dibuat sejak dulu. Setelah acara tepung tawar selesai, maka akan ditutup oleh ibunya dengan menjunjung kain yang telah dibentangkan sebelumnya serta mengitari tempat pemandian anaknya sebanyak tujuh kali dan yang dilanjutin dengan pengumpulan rangkaian warna secara berlahan-lahan dan setelah terkumpul maka warna-warni tersebut diremas-remas sampai menghasilkan warna merah. Warna yang telah melekat ditangan ibunya akan dicapkan ke dinding luar sebelah kanan rumahnya Panche Piarre, yang mana menandakan bahwa anaknya akan melaksanakan perkawinan. Setelah siap dicapkan, kumpulan warnanya akan dibuang ke sungai yang menandakan acara thele crah telah selesai. Namun acara mengecapkan tangan ke dinding luar bagian rumah tidak wajib dilaksanakan, karena selain ini tanda bahwa anaknya akan menikah, cap tangan ini juga menandakan bahwa ibunya siap memikul semua beban anaknya atau keluarganya. Dan jika pun ada yang melaksanakannya, maka itu menandakan telah siap memikul beban yang ada dalam keluarganya dan ini biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki status sosial yang tinggi atau hidup berlebihan secara materi. Dan acara pun akan dilanjutin dengan nyanyian-nyanyian syukur yang dilantunkan oleh kaum ibu-ibu. Dengan serangkaian acara tepung tawar, seluruh keluarga mengharapkan kelak keluarga saudara laki-lakinya yang melaksankan perkawinan diberikan bahtera rumah tangga yang akur serta dilimpahi rejeki. Dengan berakhirnya acara tepung tawar, maka akan dilanjutkan dengan acara sanggit naight atau lady sanggit. Acara tepung tawar yang dilaksanakan oleh mempelai laki-laki menyatakan bahwa akan terlaksananya perkawinan sesuai hari yang telah Universitas Sumatera Utara 78 disepakati bersama oleh kedua belah pihak keluarga. Dan pada umumnya acara perkawinan ini akan dilaksanakan di Gurdwara yang dipilih oleh keluarga perempuan atau ditempat perempuan. 4. Sanggit naight atau lady sanggit acara senang-senang kaum muda-mudi mempelai laki-laki dan perempuan. Sebagaimana biasanya, acara ini yang merupakan lambang kebahagian membuat kaum muda-mudi memberikan kesan terakhir atau pelepasan masa lajang kepada temannya yang akan kawin. Sanggit naight adalah sebuah acara senang-senang yang dilakukan oleh kaum muda-mudi mempelai laki-laki. Namun dalam hal ini, acara lady sanggit juga dapat dilaksanakan sama-sama oleh kedua mempelai dan tentunya harus persetujuan kedua keluarga. Dalam acara ini seluruhnya pemuda-pemudi memberikan semangat kepada temannya yang akan melangsungkan perkawinan, berupa nyanyian-nyayian, tari-tarian dan kegiatannya lainnya yang memberikan kesan terindah pada temannya. Dan acara ini juga dilaksanakan oleh mempelai perempuan di tempat kediamannya, dimana mempelai perempuan akan dipakaikan inai menddi sebagai tanda bahwa dia akan diperistri yang sambil diiringi dengan lantunan musik. Acara ini dilakukan pada malam hari dan juga akan selesai sampai seluruh temannya usai memberikan persembahan hiburan. Dengan adanya acara ini, kedua mempelaipun telah siap melepaskan massa lajangnya dan menuju untuk menjadi seorang suami dan istri atau membentuk sebuah keluarga. Selesai sanggit naight, maka keesokan harinya atau beberapa hari lagi sesuai kesepakatan kedua belah pihak keluarga akan melangsungkan perkawinan di Gurdwara. Jadi lady sanggit ini dapat dilakukan kapan saja, dengan catatan sebelum upacara perkawinan berlangsung. Universitas Sumatera Utara 79

4.2. PELAKSANAAN ACARA PERKAWINAN ANAND KARJ