89 orang tuanya, maka hubungan suami istri belum bias dilakukan. Dan saat
acara pemulangan, ibu dan keluarga mempelai laki-laki akan membawa mempelai perempuan ke kediaman ibunya, dan disana tidak ada acara khusus
hanya saja keluarga mempelai laki-laki membawa buah tangan saja berupa buah-buahan dan manisan dan keluarga mempelai perempuan pun akan
mengundang untuk menikmati jamuan makan yang telah disediakan. Dan keesokan harinya, mempelai perempuan akan dijemput dan ini disebut acara
mangklawa. 7.
Acara penjemputan mempelai perempuan Magkalwa Mangklawa adalah acara penjemputan mempelai perempuan ke tempat
kediaman besannya atau orang tua mempelai perempuan. Dalam sebutan besan pada suku bangsa Punjabi yaitu untuk besan dari pihak laki disebut
dengan khurep dan besan dari pihak perempuan disebut dengan khurumni. Dan disana, kedua orang tua mempelai perempuan akan memberikan hantaran
barang-barang keperluan putrinya dan berbagai alat-alat rumah tangga. Dan banyaknya hantaran yang akan diberikan tergantung dengan status sosial ke
dua orang tuanya, namun untuk keperluan alat rumah tangga putrinya wajib diberikan. Dengan acara mangklawa ini, maka mempelai perempuan akan sah
menjadi istri orang lain dan mempelai perempuan itu sudah menjadi bagian dari keluarga mempelai laki-laki.
4.3. Adat Menetap Sesudah Menikah
Adat menetap sesudah menikah merupakan sebuah hal yang sangat penting, setelah berlangsungnya perkawinan. Dengan adanya penentuan tempat
tinggal, maka kedua mempelai dapat menempati tempat tinggal mana yang akan
Universitas Sumatera Utara
90 mereka huni. Sebagaimana yang dijelaskan pada bab 1 halaman 13, bahwa dalam
ilmu antropologi terdapat tujuh kemungkinan adat menetap sesudah menikah. Ketujuh kemungkinan inilah yang akan ditentukan oleh kedua mempelai atau kedua
keluarganya dan tentunya masih sesuai dengan adat suku bangsa tersebut. Dalam suku bangsa Punjabi, adat menetap sesudah menikah juga
menjadi hal yang terpenting dan pada suku bangsa ini, adat tersebut ditentukan sesuai dengan kesepakatan kedua keluarga. Namun menurut informan Pak Harjit Singh,
karena garis keturunan ditarik melalui ayah atau patrilineal, maka anak perempuan Punjabi setelah menikah harus menempati tempat kediaman mertuanya atau tempat
tinggal suaminya. Hal ini, karena menurut suku bangsa Punjabi, anak laki-laki tidak boleh meninggalkan kediaman orang tuanya dan dia harus menggantikan posisi
ayahnya Pitaji sebagai pemimpin keluarga dan memiliki tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan persoalan keluarga, baik itu dalam mengurus
kedua orang tuanya setelah lanjut usia atau menjalankan perannya selaku anak laki- laki. Namun jika dilihat saat ini, penentuan tempat tinggal sesudah menikah sudah
tidak lagi sebagaimana aturannya. Seorang laki-laki atau anak perempuan yang telah menikah dapat menentukan sendiri dimana ia akan tinggal, baik itu dirumah keluarga
mempelai perempuan dan keluarga mempelai laki-laki bahkan diluar kedua keluarga mempelai.
Menurut suku bangsa Punjabi, adat menetap sesudah menikah adalah adat kemanusiaan dan ini karena bagi suku bangsa ini segala sesuatunya harus
ditentukan sesuai kesepakatan bersama. Dengan demikian, tidak akan adanya sebuah penyesalan yang akan merugikan keluarga kedua mempelai dan hubungan
kekerabatan tetap terjalin dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
91
4.4. Adat Perceraian