36 Karang Sari yang dulunya dikenal dengan suku bangsa Punjabi, sekarang menjadi
daerah yang tercampur dengan suku bangsa lain dan agama lain. Dan ini, karena suku bangsa ini pada saat itu membagi-bagi lahan kosong tersebut pada masyarakat yang telah tinggal
lama di daerah tersebut. Dan menurut informan, daerah ini telah sah menjadi milik penduduk setempat, karena telah dikuatkan dengan hak kepemilikan tanah. Daerah ini juga telah dibagi
menjadi 9 Sembilan lingkungan. Dan Karang Sari ini terdiri dari beberapa suku bangsa yaitu suku bangsa Batak Toba, Karo, Jawa, Tami dan suku bangsa Punjabi. Sementara untuk
suku bangsa Punjabi sendiri, tinggal dibeberapa lingkungan yaitu pada lingkungan 4,5,6 dan lingkungan 9. Dan untuk saat ini jumlah suku bangsa Punjabi di daerah Karang Sari ini ± 40
kepala keluarga. Namun meskipun jumlah penduduk suku bangsa Punjabi tidak terlalu banyak, tetap saja daerah ini telah dikenal dengan wilayah Punjabi. Berkurangnya suku
bangsa Punjabi di Sumatera Utara dan terkhusus pada wilayah Medan, itu karena adanya peraturan Pemerintah 1952 bahwa bangsa asing tidak dapat masuk ke wilayah Indonesia.
Dan saat peraturan itu ditetapkan seluruh suku bangsa Punjabi langsung menggantikan kewarganegaraannya menjadi Negara Indonesia dan menurut informan jika pun ada saat itu
yang berhasil masuk, karena adanya zaminan dari konsulat India agar dapat memasuki wilayah Indonesia.
2.2. Gambaran Suku Punjabi di Medan
Medan adalah kota yang di dalamnya terdapat beragam suku bangsa. Keberagaman suku bangsa menjadikan kota ini dikenal dengan masyarakat majemuk. Dan salah satu suku
yang terdapat di kota ini adalah suku bangsa Punjabi, dimana suku bangsa ini telah menyebar ke berbagai wilayah yang ada di kota ini, seperti Helvetia, Padang Bulan,
Marendal, Polonia, Marelan, Deli tua, Tengku Umar, Karang Sari, Mongonsidi, Patumbak
Universitas Sumatera Utara
37 serta Setia Budi. Dari keseluruhan wilayah yang ditempati suku bangsa Punjabi, jumlahnya
sekitar ± 1000 kepala keluarga Eva Yanthi,2010:29. Pada suku bangsa Punjabi terdapat nama yang menentukan bahwa ia adalah penganut
Sikh. Jika pada pria dikenakan kata Singh di belakang nama dan sebaliknya pada wanita dikenakan kata Kaor di belakang nama. Dan jika dilihat dari identitas pengenal atau KTP,
penganut Sikh membuat identitasnya sebagai agama Hindu dan ini terlihat dari beberapa kartu pengenal suku bangsa Punjabi yang diperlihatkan kepada si peneliti. Menurut informasi
yang di dapatkan si peneliti, suku bangsa ini membuat di identitas pengenalnya sebagai penganut agama Hindu, karena saat suku bangsa ini ingin membuat surat perkawinan yang
sah secara hukum atau membuat catatan sipil, mereka terlebih dulu mendapatkan stempel Hindu Parisada yang merupakan sebagai pengurus yang mensahkan berbagai surat secara
hukum dan melalui Hindu Parisada inilah suku bangsa Punjabi dapat membuat surat perkawinan yang diakui oleh Negara.
2.3. Sejarah Gurdwara di Karang Sari
Gurdwara adalah tempat ibadah suku bangsa Punjabi yang menganut ajaran Sikh dan keberadaan Gurdwara ini bagi umat Sikh sangatlah penting dalam melakukan berbagai
kegiatan-kegiatan rohani serta kegiatan sosial. Gurdwara ini ditandai dengan adanya sebuah bendera berwarna kuning atau disebut dengan Nisham Sahib. Di Medan, Gurdwara yang
merupakan tempat ibadah ajaran Sikh telah berdiri 4 empat bangunan,yakni : 1.
Gurdwara Nanak Dev ji atau Cental Sikh Temple, di jalan Karya Murni Gg A daerah Mongonsidi,
2. Gurdwara Sri Guru Tegh Bahadur Sahib Ji yayasan Missi, di jalan Polonia No.172
Medan, 3.
Gurdwara Perbandhak, di jalan Tengku Umar,
Universitas Sumatera Utara
38 4.
Gurdwara Shree Arjundev Ji, di jalan Mawar daerah Karang Sari.
Gurdwara di Karang Sari didirikan pada tahun 1953. Pada saat itu bangunan Gurdwara masih dalam keadaan yang sederhana dan kecil yaitu hanya dilapisi dengan atap tepas dan
berdindingkan papan. Dan ini didirikan oleh Banta Singh Fatupila, Chanan Singh Kour arka, Shinggara Singh Chabal, Djagat Singh Chabal, Harnam Singh Kairon, masyarakat suku
Punjabi yang lainnya dan juga masyarakat setempat. Pertambahan penduduk suku bangsa Punjabi yang semakin banyak saat itu, menjadi awal dari perubahan luas bangunan untuk
lebih mendirikan sebuah Gurdwara yang megah dan nyaman. Kerja sama yang dilakukan sesama suku bangsa Punjabi menghasilkan dana sampai sebesar Rp.35 milyar, yang berhasil
membangun Gurdwara megah seperti saat ini. Kemegahan ini ada,tidak lain karena hasil kerja keras serta keinginan suku bangsa Punjabi untuk mendirikan tempat ibadah. Bangunan
ini berdiri secara bertahap seperti pada tahun 2000, suku bangsa Punjabi meluaskan tempat ibadah 23 x 33 meter persegi, yang mana akhirnya pada tahun 2003 bangunan ibadah ini
disahkan atau diresmikan oleh walikota Medan Abbdillah Ramli. Dan Gurdwara ini dinamakan dengan Gurdwara Shree Arjundev Ji. Gurdwara ini dapat dilihat dari gambar di
bawah :
Universitas Sumatera Utara
39 Kemegahan Gurdwara ini terlihat dari bangunannya yang besar dan banyak dilapisi
dengan warna emas pada setiap bangunan dan pada setiap kubah yang ada. Bentuk bangunan ini mengikuti bentuk Gurdwara di India sebagai identitas ajaran Sikh itu sendiri. Dan pada
bagian Pintu depan Gurdwara ini terdapat lukisan Guru Shree Arjundev Ji yang sedang mengenakan kostum prajurit dan selain ini pada bagian dalam Gurdwara dilengkapi dengan
fasilitas yang lengkap seperti karpet yang lembut pada lantai dan ini menandakan kenyamanan untuk beribadah, terdapat beberapa unit kipas angin yang menandakan adanya
kesejukan pada tempat ibadah serta di tengahnya terdapat kubah kecil, yang dihiasi dengan kain ramllah guna menutupi kitab suci agar terhindar dari serangga-serangga kecil untuk
tempat sang Pendeta dalam membacakan Guru Granth Sahib, terdapat kamar khusus Guru Granth Sahib kitab suci. Sementara pada bagian kiri altar terdapat tempat pemain musik
level dalam mengiring acara ibadah dan pada bagian kanan altar terdapat tempat penyimpanan manisan atau manisan berkah yang akan diberikan usai acara ibadah.
Guru Granth Shaib adalah kitab suci pada ajaran Sikh. Setiap Sikh menganggap kitab ini sebuah kitab yang menyimpan berbagai ajaran-ajaran suci yang akan menuntun orang
Sikh ke jalan Tuhan. Keberadaan Guru Granth Shaib ini menjadi hal yang terpenting dan bersifat sakral. Hal ini terlihat dari cara ajaran Sikh dalam menjaga kitab suci tersebut dengan
menyediakan kamar khusus yang dilengkapi dengan tempat tidur serta selimut guna menutupi kitab suci ini dan ini dilakukan karena bagi ajaran Sikh, Guru Granth Shaib dianggap nyata
dan hidup sehingga semua ajaran Sikh memperlakukan dengan sangat teliti. Kemewahan lainnya pada Gurdwara ini adalah terdapat lampu Kristal dan ini
langsung didatangkan dari Chekos Loavia dengan biaya sebesar Rp.78.000.000 juta pada tahun 2003. Pada setiap sudut bangunan juga terdapat simbol-simbol Sikh yaitu ik kiwangkar,
khenda kerpan perisai. Dan pada bagian depan altar terdapat tempat peletakkan sumbangan dan ini digunakan untuk membiayai segala keperluan Gurdwara serta jemaat. Hal yang
Universitas Sumatera Utara
40 paling sepesial dari Gurdwara ini adalah terdapat dapur umum langger dan ini dibuat guna
untuk memberikan makanan pada semua jemaat Sikh serta orang-orang yang datang ke Gurdwara. Dalam dapur umum ini terdapat berbagai jenis makanan seperti roti chane yang
terbuat dari tepung roti dan kacang hijau dan sayur-sayuran terkecuali telur dan daging karena suku bangsa Punjabi yang menganut ajaran Sikh, tidak mengkonsumsi daging karena
bagi mereka hewan itu adalah makhluk hidup yang memiliki nyawa sama halnya seperti manusia Wawancara,25 November 2010.
Gambar : Kitab Suci Sikh Guru Granth Shaib
Dalam memasuki wilayah Gurdwara ada aturan-aturan khusus yaitu tidak boleh merokok, diharuskan memakai penutup kepala atau sorban, menanggalkan alas kaki dan
disimpan pada tempat yang telah disediakan, mencuci kaki . Beberapa aturan ini dilakukan untuk lebih menghargai tempat ibadah karena tempat ibadah adalah tempat yang suci, bersih
dan saat melakukan ibadah pun dapat lebih tenang Wawancara,25 November 2010.
Universitas Sumatera Utara
41
2.4. Sistem Religi