Tinjauan Pustaka Didong: Ekspresi Identitas Etnik Masyarakat Gayo di Medan

diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat perantauan Gayo yang ingin mengetahui tentang kesenian Didong yang semakin jarang ditemui dalam upacara- upacara adat. Mengingat kesenian didong ini salah satu ciri budaya Gayo yang telah lama dikenal luas dan merupakan salah satu warisan masyarakat Gayo. Dengan harapan bahwa masyarakat Gayo akan semakin mencintai dan melestarikan

1.5. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kelurahan Tembung yang merupakan salah satu tempat masyarakat perantau Gayo. Kelurahan ini terletak di jalan Letda Sujono. Dengan pilihan lokasi tersebut diharapkan akan lebih untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian dimaksud. Pemilihan lokasi penelitian ini di dasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi tersebut dekat dengan tempat tinggal penulis, sehingga mudah di jangkau dan penulis mudah untuk mengatur waktu. Namun demikian, penentuan lokasi ini tidak lantas membatasi penggalian informasi permalasahan ini, boleh jadi informasi yang diperlukan diperoleh dari orang Gayo yang berdomisili di daerah lain bukan Medan Tembung, asalkan informasi yang bersangkutan menguasai permasalahan tersebut.

1.6. Tinjauan Pustaka

Kehidupan bersama adalah penting, setiap orang terikat dan tergantung kepada nilai bersama, dan karena itu setiap individu sangat menjaga hubungan baik dengan sesamanya. Sebab nilai individu hanya penting dalam kehidupan berkelompok. Seni melahirkan pemujaan, cinta kasih saying, kemesraan baik terhadap Tuhan, orang tua, saudara maupun sesama manusia. Pengungkapan rasa seni itu dapat Universitas Sumatera Utara melalui media musik, tari, lukis, dan sastra, sebagai hasil cipta manusia sejak zaman dahulu hingga sekarang. Sebahagian dari budaya terwujud melalui seni. Seni merupakan bentuk ekspresi perasaan manusia. Maka selama manusia masih perlu untuk mengungkapkan perasaan lewat seni, selama itu pula budaya tetap bertahan Posman,2000;113. Di dalam setiap aspek kehidupan dan penghidupan sehari-hari selalu ditekankan kebersamaan. Bentuk kebersamaan itu dapat terlihat dalam kegiatan adat- sitiadat. Hidup menetap dan berkumpul dalam satu rumah adat, sifat tolong- menolong, cara-cara mengasuh anak, kegiatan kesenian dan sebagainya. Di dalam kehidupan sehari-hari semua wujud itu saling kait-mengait, satu kesatuan yang tidak terpisah. Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar Koentjaraningrat, 1980:193. Didong dapat dikatakan sebagai hasil karya manusia, untuk menjadikan sebagai suatu hasil karya manusia diperlukan adanya proses penyampaian hasil karya tersebut kepada generasi selanjutnya, proses transmisi ini meliputi cara pandang, cara pembuatan maupun penggunaan yang dapat diperoleh melalui kebudayaan. Salah satu bentuk atau wujud kebersamaan itu ialah kegiatan dalam bidang kesenian. Kehidupan perantauan Gayo seperti juga kehidupan manusia dalam setiap kelompok, masyarakat, bangsa mana pun, mempunyai kebudayaan, mempunyai kesenian dalam mengungkapkan rasa keindahan. Pengungkapan rasa keindahan itu ditampilkan dalam berbagai bentuk, seperti seni Didong, dan seni tari. Dalam bentuk yang awal seni Didong dan seni tari ini merupakan hiburan di tempat-tempat perhelatan, dan menurut adat, hanya laki-laki saja yang turut dalam seni Didong dan Universitas Sumatera Utara seni tari ini, sedang wanita adalah tabu. Pengungkapan rasa keindahan bagi wanita diwujudkan dalam bnetuk seni kerajinan, seni ukir atau seni ragam hias. Kini laki-laki dan wanita sudah dapat tampil dalam berbagai wujud kesenian termasuk seni Didong, seni sa’er, seni tari, dan lain sebagainya. Masyarakat Gayo sebagai suatu masyarakat, sebagai suatu suku bangsa, mempunyai kebiasaan-kebiasaan, mempunyai adat istiadat, punya pola tingkah laku tersendiri, punya aspirasi, punya identitas. Ikatan yang menyebabkan suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang menyangkut semua aspek kehidupan dalam batas kesatuan tersebut, yang sifatnya khas, mantap, dan keseninambungan, sehingga menjadi adat-istiadat. Selain ikatan adat-istiadat khas yang meliputi sektor kehidupan serta kontinuitas waktu, warga suatu masyarakat juga harus memiliki suatu ciri lain, yaitu rasa identitas bahwa mereka merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya. Strauss dan Quinn 1994 berpendapat ada 4 kecenderungan pemahaman budaya; 1. Pemahaman budaya secara relative dapat bertahan lama dalam diri individu; 2. Secara histories relative stabil dan bias diproduksi dari satu generasi ke generasi berikutnya; 3. Pemahaman-pemahaman tadi cenderung dipahami secara tematis, dimana ini orang bias menerapkannya secara berulang-ulang di berbagai konteks yang berbeda-beda; 4.Pemahaman budaya dimiliki bersama, kalau tidak memiliki bersama dalam suatu kelompok, dia tidak disebut sebagai kebudayaannya. Universitas Sumatera Utara Keesing 1999 mengatakan bahwa pengetahuan yang berada di kepala seseorang merupakan hal yang sudah ada di benak orang tersebut, dimana pengetahuan ini akan membantu orang tersebut untuk bertindak. Lebih lanjut, keesing mengartikan budaya sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari. Keseluruhan yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah seperangkat model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapinya dan untuk menolong serta menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukannya. Sehingga demikian manusia akan mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dimana ia akan tinggal dan melakukan aktivitas sehari-hari, penyesuaian terhadap lingkungan ini merupakan suatu strategi manusia di dalam memenuhi kebutuhan, dimana dalam pemenuhan kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk memberikan respons dengan kebudayaan yang dimilikinya. Seperti yang ditulis oleh Haviland 1988, dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya ini, manusia berusaha kebutuhan primernya, seperti kebutuhan akan pangan yang diperoleh dari alam dan mendapatkan berbagai rintangan yang berasal dari alam. Hal ini menyebabkan manusia selalu berusaha beradaptasi dan menguasai ilmu pengetahuan yang ada padanya yang merupakan bagian dari kebudayaan. Untuk mengetahui pengetahuan suatu masyarakat secara menyeluruh, kita harus dapat berfikir dan bertindak seperti yang difikirkan dan dilakukan oleh masyarakat tersebut. Pengetahuan budaya yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota masyarakat memiliki dua bentuk pertama yaitu pengetahuan budaya yang dimiliki oleh seorang dan dapat dipraktekkan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari, namun tidak terungkapkan dengan kata-kata. Universitas Sumatera Utara Penanda-penanda identitas budaya bias berasal dari sebuah kekhasan yang diyakini ada pada agama, bahasa, dan adat pada budaya. Manusia memiliki budaya dan budaya dan masyarakat tidak dapat dipisah-pisahkan, karena budaya lahir dari pada masyarakat. Oleh karena itu, budaya itu dapat didefinisikan adalah segala daya upaya manusia untuk memenuhi keperluan hidup, sama ada keperluan rohani maupun keperluan jasmani. Kebudayaan diperolehi manusia melalui pembelajaran dan menjadi milik masyarakat yang menjalankannya Koentjaraningrat 1980 :193. Kebudayaan yang dimilikinya, suatu masyarakat akan mengatur perilaku mereka dalam hubungannya dengan lingkungan dalam interaksi sosial. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa kebudayaan merupakan manifestasi dari kepribadian suatu masyarakat. Artinya identitas masyarakat tersebut akan tercermin dalam orientasi yang menunjukkan pandangan hidup serta sistem nilainya dalam persepsi untuk melihat dan menanggapi dunia luarnya dalam pola serta sikap hidup yang ditunjukkan dalam tingkah laku sehari-hari serta dalam gaya hidup yang mewarnai perikemanusiaannya. Sedangkan kebudayaan terwujud kedalam tiga bentuk yaitu : 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas-aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam bermasyarakat. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Ketiga wujud kebudayaan tersebut berlaku universal, karena dimiliki oleh semua kebudayaan yang ada di dunia. Wujud ideal dari kebudayaan bersifat abstrak, tidak dapat diraba dan difoto Koentjaraningrat, 1996:75. Sehingga hanya dapat diketahui dan dipahami oleh warga kebudayaan lain karena berada di dalam alam Universitas Sumatera Utara pikiran dari warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Lapisan yang paling abstrak adalah sistem nilai budaya karena budaya terdiri dari konsep-konsep yang masyarakat yang bersangkutan, lapisan yang konkret adalah sistem norma-norma atau sistim hukum yang tertuang kedalam beberapa pranata- pranata, sosial, seperti pendidikan, peradilan, ekonomi, kesenian, keagamaan, dan sebagainya. Ide-ide dan gagasan-gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat, memberi jiwa kepada masyarakat itu. Gagasan-gagasan itu tidak lepas satu dari yang lain, melainkan selalu berkaitan, menjadi suatu sistem. Wujud dari kebudayaan yang disebut sistem social, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Di dalam Didong selalu berisi tentang kebudayaan masyarakat Gayo. Budaya Gayo dalam Didong, seperti manusia sebagai makhluk sosial, hubungan kekerabatan, strata sosial, dll. Masing-masing kawasan mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri berbagai bentuk kesenian yang khas. Menekuni seni Didong adalah sebuah pilihan dan menunjukkan jalan hidup. Meski untuk ukuran secara materi apa yang didapatkan dari kesenian Didong jauh dari kecukupan apalagi melimpah. Nilai-nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan believe, symbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dengan yang lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan Universitas Sumatera Utara atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, motto, visi, misi atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok motto suatu lingkungan atau organisasi. Ada tiga hal yang terkait dengan nilai- nilai budaya ini, yaitu: 1. Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata jelas. 2. Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, motto tersebut. 3. kepercayaan yang tertanam yang mengakar dan muncul kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku tidak terlihat. Sistem budaya merupakan bagian dari kebudayaan, sistem kebudayaan lazim disebut adat istiadat. Dalam adat istiadat ada nilai budayanya dan juga sisitem normanya. Fungsi dari sistem budaya adalah menata serta menetapkan tindakan- tindakan berinteraksi antarindividu yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat, sistem soial lebih konkret dan nyata sifatnya daripada sistem budaya, sehingga semuanya dapat dilihat dan diobservasi. Sistem kepribadian menyangkut isi jiwa serta watak individu dalam interaksinya sebagai warga dari suatu masyarakat. Kepribadian juga terbentuk berkat adanya rangsangan dan pengaruh dari nilai-nilai serta norma- norma yang terdapat dalam sistem budayanya. Sistem organik merupakan pelengkap bagi seluruh skerangka. Apabila kita pikirkan lebih mendalam, kepribadian, pola-pola tindakan, serta gagasan-gagasan yang dicetuskan seseorang turut mennetukan sistem organiknya. Kebudayaan merupakan adat istiadat yang menyangkut nilai-nilai, norma- norma dan kebiasaan-kebiasaan dalam hidup sehari-hari yang dianut oleh sekelompok orang dan berfungsi sebagai pedoman tingkah laku. Menurut Barth dalam Parsudi Suparlan 1986 setiap golongan suku bangsa atau sekolompok etnik mempunyai seperangkat kebudayaan yang melekat pada identitas suku bangsa atau etnik tersebut, Universitas Sumatera Utara yang sewaktu-waktu bila diperlukan dapat diaktifkan sebagai simbol-simbol untuk identifikasi dan untuk menunjukkan adanya batas-batas sosial dengan golongan suku bangsa atau etnik lainnya dalam interaksi. Didong adalah sejenis kesenian tradisional yang dipertandingkan antara dua Guru Didong yang berasal dari pada dua kampong yang berbeda. Persembahan dimulai selepas sholat isya’ sehingga sebelum sholat shubuh. M.J. Melalatoa 1985 : 71. Didong termasuk kedalam salah satu folklore. Didong merupakan gabungan antara folklore lisan dan folklore bukan lisa. Karena di dalam Didong terdapat cerita yang yang disampaikan melalui puisi dan melalui gerakan. Bentuk-bentuk folklor lisan yang termasuk di dalamnya adalah : a. Bahasa rakyat folk speech seperti logat, julukan, dan titel kebangsawanan. b. Ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah dan pameo c. Pertanyaan tradisional, seperti teka-teki d. Puisi rakyat, seperti pantun, gurindam, dan syair e. Cerita prosa rakyat, sperti mite, legenda,dongeng, dan f. Nyanyian rakyat Didong yang juga merupakan permainan rakyat, yang merupakan bagian dari folklore lisan. Kegiatan ini termasuk kedalam folklore karena diperolehnya melalui warisan lisan Danandjaja 1994:171. Permainan rakyat folk games dapat dibagi kedalam dua golongan besar, yaitu permainan bermain dan permainan untuk bertanding. Perbedaan permainan bermain dan permainan bertanding adalah, yang pertama bersifat untuk mengisi waktu senggang atau rekreasi, sedangkan yang kedua bersifat kurang mempunyai sifat itu. Namun yang kedua hamper selalu mempunyai Universitas Sumatera Utara lima sifat khusus, seperti 1 terorganisasi, 2 perlombaan competitive, 3 harus dimainkan paling sedikit oleh oleh dua orang peserta, 4 mempunyai criteria yang menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah, 5 mempunyai pertauran permainan yang telah diterima bersama oleh pesertanya. Selanjutnya permainan bertanding dapat pula dibagi lagi kedalam: 1 permainan bertanding yang bersifat keterampilan fisik, 2 permainan bertanding yang bersifat siasat, 3 dan permainan bertanding yang bersifat untung-untungan. Kesenian terbagi atas dua, yaitu kesenian profane dan kesenian yang sacral. Kesenian Didong termasuk kedalam kedua bentuk tersebut. Selain sebagai kesenian profan yaitu kesenian yang hanya sebagai hiburan, Didong juga sebagai kesenian yang sacral, dimana Didong juga dipertunjukkan pada saat upacara adat, seperti pada saat perkaiwanan. Perantau Gayo sebagai suatu masyarakat, sebagai suatu suku bangsa, mempunyai kebiasaan-kebiasaan, punya adat istiadat, punya pola tingkah laku tersendiri, punya aspirasi, punya cita-cita, tentang watak yang ideal, punya ciri khas, punya identitas. Dengan kata lain orang Gayo punya kebudayaan tersendiri yang berbeda dengan suku bangsa lain. Kebudayaan tersebut diekspresikan oleh masyarakat Gayo melalui berbagai media antara lain melalui Didong. Manusia dalam kehidupan juga tidak terlepas dari kebudayaannya, dimana kebudayaan yang dipunyai oleh manusia merupakan jembatan secara hubungan kegiatan manusia dengan lingkungannya. Kebudayaan merupakan alat kontrol bagi kelakuan dan tindakan manusia Suparlan, 1980:238. Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenaran oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi manusia serta menjadi sumber bagi penilaian sesuatu yang baik atau yang Universitas Sumatera Utara buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu yang kotor atau sebagainya. Hal ini bias terjadi karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai normal yang sumbernya nilai-nilai tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dipunyai oleh setiap masyarakat manusia Suparlan, 1980:239. Kebudayaan nasional yang bersumber pada kebudayaan daerah perlu dibina dan dipelihara, usaha pembinaan dan pemeliharaan kebudayaan nasional tersebut harus dimulai dari usaha pemeliharaan unsur-unsur kebudayaan daerah. Cerita rakyat adalah suatu bagian kebudayaan nasional yang masih hidup dan berkembang disetiap daerah. Peranan cerita rakyat dalam masyarakat tidak perlu disangsikan lagi mengingat pentingnya nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Koentjaraningrat 1984 : 8-25, mengatakan bahwa nilai budaya merupakan tingkatan pertama dari kebudayaan ideal atau adat. Nilai budaya adalah lapisan paling abstrak dan luas ruanglingkupnya, tingkatan ini adalah ide-ide yang mengosepsikan hal-hal yang bernilai dalam kehidupan masyarakat. Suatu sistem nilai budaya terdiri atas konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat mengenal hal-hal yang harus mereka amat sangat bernilai sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Manusia mempunyai bakat yang telah terkandung dalam gen-nya untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi dalam kepribadian individunya, tetapi wujud dan pengaktifan dari berbagai macam isi kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimuli yang berada dalam sekitar alam dan lingkungan social maupun budayanya. Dalam prose itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu sekelilingnya yang menduduki Universitas Sumatera Utara beraneka macam peran social dalam kehidupan sehari-hari Koentjaraningrat, 1990:228-229. Fungsi-fungsi yang ada di dalam masyaraka Gayo di Medan inilah yang ada hubungannya dengan alam artinya bagaimana manusia bersahabat dengan alam, karena alam merupakan bagian dari lingkungan hidup manusia. Manusia dibekali oleh alam dengan akal budi untuk berfikir dan berkarya. Dengan adanya kesadaran akan eksistensinya diri serta kemampuannya, dia berusaha memberikan bentuk baru atau bentuk lain yang lebih baik terhadap lingkungannya. Setiap lingkungan suatu masyarakat menerangkan pola-pola yang mengatur bagaimana seharusnya individu bertingkah lakunya. Dalam pola-pola pergaulan, seorang individu harus menyesuaikan tingkah lakunya dengan aturan-aturan yang berlaku dilingkungan sosialnya. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari manusia yang lainnya. Dalam kehidupan, sehingga manusia harus mengadakan interaksi sosial dengan orang lain, karena hubungan dengan orang lain dalam suatu masyarakat sangatlah penting. Dengan hidup bermasyarakat manusia dapat saling belajar dan melengkapi. Proses sosial yang terjadi karena hubungan antara manusia seperti kekuatan besar yang bersifat memperat hubungan antar manusia seperti kekuatan kasih saying, saling menghargai dan memperkuat dan saling membutuhkan. Kekuatan-kekuatan ini selalu akan timbul di dalam masyarakat jika sebuah kekuatan tersebut ada yang mendorongnya dalam arti kata bahwa jika suatu masyarakat mengalami suatu musibah atau kejadian maka mereka sedikit banyak akan belajar dari pengalaman. Hal ini yang ada pada perantauan masyarakat Gayo dimana mereka telah belajar bagaimana sebuah kesenian biasa menjadi pelajaran yang sangat berarti, pelajaran-pelajaran ini akhirnya diturunkan secara turun-temurun dari generasi- Universitas Sumatera Utara kegenarasi berikutnya dan akhirnya menjadi sebuah ekspresi identitas atau boleh dikatakan menjadi sebuah budaya asli dari warga masyarakat tersebut. Komunitas sebagai suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah yang nyata, dan yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat, serta yang terikat oleh suatu rasa identitas komunitas. Sehubungan dengan masalah identitas maka kebudayaan alat adopsi manusia terhadap lingkungannya, ditransmisikan dari generasi tua kegenarasi muda dalam masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. Dalam identitas ini, pola-pola baku yang telah ada dalam kebudayaan sebagai alat adopsi mendapat persambungan dari satu generasi berikutnya. Hal ini kemajuan kearah yang lebih baik. Identitas dapat diukur menurut tingkatan pengetahuan serta pengertian si individu maupun kelompok kebudayaan. De Vos menyatakan bahwa identitas etnik, seperti bentuk identitas lainnya, bukan saja merupakan persoalan mengetahui siapa seseorang itu, tetapi juga masalah mengetahui bagaimana seseorang itu dipandang oleh orang lainnya. Dalam Usman Pelly: 199 Identitas etnik memerlukan perilaku yang cukup konsisten sehingga memungkinkan orang-orang lain untuk meletakkan seseorang atau sesuatu kelompok ke dalam kategori sosial tertentu, dengan demikian memungkinkan interaksi-interaksi yang diperlukan. Setidaknya terdapat dua macam kekuatan terus-menerus mempengaruhi keutuhan kelompok etnik di daerah rantau kota. Pertama, orang-orang di kampung halaman mengaharapkan para perantau menjalankan misi budaya dan mempertahankan identitas etnik mereka, dan kedua, para perantau harus menyusaikan diri dengan latar belakang tuan rumah. Para perantau harus mengendalikan hubungan- Universitas Sumatera Utara hubungan dinamik antara kebertahanan dan perubahan yang mempengaruhi bagaimana beradaptasi. Strategi-strategi adaptasi adalah cara-cara yang dipakai perantau untuk mengatasi rintangan-rintangan yang mereka hadapi dan untuk memperoleh suatu keseimbangan positif dengan kondisi latar belakang perantau. Identitas etnik menyebutkan bahwa identitas sosial, termasuk identitas etnik merupakan penggabungan ide-ide, perilaku, sikap, simbol-simbol bahasa yang ditransfer dari generasi melalui sosialisasi. Salah satu mendorong terbentuknya identitas etnik adalah kesamaan-kesamaan sesama anggota etnik yang terbentuknya melalui kesamaan proses belajar, kesamaan pengalaman, dan perilaku.

1.7. Metode Penelitian