Bahasa Didong: Ekspresi Identitas Etnik Masyarakat Gayo di Medan

2.5. Bahasa

Untuk berkomunikasi antara sesama anggota masyarakat Gayo dalam kehidupan sehari-hari, mereka menggunakan bahasa asalnya, yaitu bahasa Gayo disebut diatas agak sedikit berbeda, walaupun tidak begitu menyolok karena bahasa Gayo yang satu masih dimengerti oleh Gayo yang lainnya. Selain itu, bahasa Gayo sebenarnya mempunyai kemiripan dengan bahasa- bahasa suku-bangsa lainnya, antara lain bahasa-bahasa Melayu, bahasa Karo, dan bahasa Aceh. Selain bahasa sehari –hari, ada juga bahasa dalam berbagai bentuk upacara, kesenian, dan lain-lain. Sehubungan dengan penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, ada orang berpendapat bahwa dalam bahasa Gayo hampir tidak dikenal tingkatan pemakaian kata seperti yang dikenal, misalnya, dengan orang Jawa. Dalam bertutur kata dengan orang yang dihormati, dengan orang yang sebaya atau setara, atau yang lebih rendah statusnya, biasanya dibedakan dalam tekanan suara yang “lemah-lembut” atau tekanan “biasa”. Namun, kalau kita dapat mengamati lebih jauh, sebenarnya tingkat-tingkat bahasa ada juga dalam bahasa Gayo. Berbicara dengan kerabat yang seharusnya dihormati, kata-kata tertentu harus mengalami “seleksi”. Kata ko atau kam ‘engkau’ kiranya tidak pantas ditujukan kepada seseorang yang kita hormati. Untuk itu harus diganti dengan tutur seperti : ama, ine, pun, uwe dan lain-lain yang berarti bapak, ibu, uwak, dan sebagainya. Kepada mertua, biasanya tidak digunakan kata ‘bapak’ ama, apalagi ko atau kam, tetapi dengan kata tuen atau awane. Tutur yang dipakai oleh pihak-pihak yang masih setara untuk menyatakan “kamu” yang dipakai kata ko, sepanjang yang bersangkutan belum berumah tangga. Kalau pihak setara ini sudah berumah tangga maka mereka akan merasa lebih intim kalau menyapa dengan kam. Ada kalanya kata ka mini seakan merupakan bentuk Universitas Sumatera Utara jamak dari kata ko. Seorang suami kepada istri dan sebaliknya biasanya saling menyebut kam. Memang dalam kata ini terkandung rasa intim, karena secara ideal sepasang suami-istri sudah seharusnya berada dalam hubungan yang intim, saling berkasih-kasihan. Kepada orang yang lebih rendah statusnya dilihat dari segi tutur akan disebut ko. Namun kalau seseorang sudah kawin sampai menjelang mempunyai anak biasanya disapa dengan aman mayak untuk laki-laki dan inen mayak untuk perempuan.

2.6. Organisasi Sosial Masyarakat Gayo