Pengalaman Subyek Selama Bermusik Metal

4.3. Pengalaman Subyek Selama Bermusik Metal

Pada bagian ini peneliti mencoba memaparkan pengalaman-pengalaman apa saja yang pernah dialami oleh band Psychotic Angels selama mereka berkarier di kancah permusikan metal , baik itu pengalaman-pengalaman yang bersifat positif maupun yang negatif. Peneliti membagi pengalaman-pengalaman yang pernah didapatkan oleh masing-masing personel ke dalam tiga bagian. Pertama, peneliti memaparkan pengalaman masing-masing personel mengenai respon dari keluarga terkait keputusan mereka untuk berkarier di dalam musik metal . Selanjutnya, peneliti juga memaparkan pengalaman masing-masing personel Pada bagian ini peneliti mencoba memaparkan pengalaman-pengalaman apa saja yang pernah dialami oleh band Psychotic Angels selama mereka berkarier di kancah permusikan metal , baik itu pengalaman-pengalaman yang bersifat positif maupun yang negatif. Peneliti membagi pengalaman-pengalaman yang pernah didapatkan oleh masing-masing personel ke dalam tiga bagian. Pertama, peneliti memaparkan pengalaman masing-masing personel mengenai respon dari keluarga terkait keputusan mereka untuk berkarier di dalam musik metal . Selanjutnya, peneliti juga memaparkan pengalaman masing-masing personel

4.3.1. Respon Keluarga

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan mengenai respon dari keluarga masing-masing personel terkait keputusan mereka untuk berkarier di dalam musik metal . Diawali dari keluarga Chumi, dia mengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki masalah terhadap teman-teman Chumi yang sebagian besar adalah laki- laki karena sejak dahulu Chumi memang sudah lebih sering bergaul di lingkungan yang kebanyakan adalah laki-laki. Oleh karena itu, ketika Chumi berada di lingkungan metal yang sampai saat ini sebagian besar diisi oleh laki-laki, orang tuanya tidak begitu mempermasalahkannya. Namun, orang tuanya sempat merasa kaget dan khawatir ketika tahu bahwa Chumi menjadi vokalis dari sebuah band metal . Pertama kali mengetahui bahwa Chumi adalah seorang vokalis band beraliran metal , orang tuanya selalu menanyakan kesehatan dan keamanan dari teknik vokal yang digunakan oleh Chumi ketika perform . Selain itu, konflik yang sering kali terjadi di keluarganya terkait aktivitas Chumi bersama bandnya adalah mengenai jam pulang ke rumah yang terlalu larut malam.

“Sering sih kalo kayak gitu sih. Udah pasti. Sebenernya, basicly memang lingkungan gue itu kebanyakan cowok, temen-temen gue banyak yang cowok. Jadi kalo yang dari awal temen-temen gue kebanyakan yang cowok sih keluarga gue nggak ada masalah. Paling kalo untuk aliran apa (dalam bermusik) mungkin karena pada awalnya kaget aja gitu. Soalnya dulu suka ditanyaian ‘Itu suara nggak abis? Itu suara nggak rusak? Itu nggak bakalan kenapa- kenapa tuh tenggorokan?’ Kan pasti kan awalnya kayak gitu tuh suka ada konflik kayak gitu.” (Wawancara bersama Chumi,

11 Oktober 2015)

“Terus paling kayak yang pulang malem, otomatis main di Bekasi jam 10 atau jam 11 malem pulangnya kan di Bogor jam 1 atau jam 2 kan.”

(Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015) Chumi juga menceritakan bahwa sebenarnya orang tuanya tidak begitu

kaku dalam mendidik anak-anaknya dan juga cenderung lebih menerapkan asas bebas yang bertanggung jawab. Selain itu, pada dasarnya ayah dari Chumi juga menyukai musik-musik heavy metal . Ketertarikan Chumi terhadap musik beraliran metal pun menurutnya merupakan efek secara tidak langsung dari kebiasaan ayahnya memutar musik-musik heavy metal sejak Chumi masih kecil. Namun, meskipun pada dasarnya ayahnya menyukai musik heavy metal dan lebih menerapkan asas kebebasan dalam mendidik anak, Chumi mengatakan tetap saja ada rasa keberatan dari keluarganya terkait keputusannya untuk berkarier di dalam musik metal . Terutama pada masalah jam malam. Chumi mengatakan hingga saat ini keluarganya masih menerapkan jam malam terhadap dirinya. Dirinya akan menerima toleransi pulang malam hanya ketika ada jadwal untuk perform .

“Eee mungkin ya, tapi secara langsung gue nggak ngeh karena memang dari kecil memang bokap kan nyetelnya lagu-lagu kayak gitu. Maksudnya otomatis kan mungkin jadinya keserep gitu, jadi kan mungkin udah biasa gitu. Tapi ya tetep sih namanya kalo keberatan sih tetep ada gitu. Maksudnya kalo dibilang liberal banget juga enggak. ”

“Gue kalo selain gue manggung tetep nggak boleh pulang di atas jam berapa gitu, kan pasti udah ada batesannya juga … Kalo di keluarga gue sih sampe sekarang juga masih ada jam malemnya sih, kalo paling malem bener-bener itu paling jam 1 gitu sih. Padahal udah seumur segini tapi tetep masih… bebas yang bertanggung jawab aja kali ya.” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

Selain itu, Chumi juga mengatakan bahwa rasa keberatan keluarganya terhadap aktivitas Chumi bersama bandnya tidak sampai pada tahap melarangnya yang ekstrem. Dirinya hanya lebih sering dimarahi orang tuanya jika melanggar jam malam yang sudah ditentukan. Chumi juga menegaskan bahwa yang menjadi Selain itu, Chumi juga mengatakan bahwa rasa keberatan keluarganya terhadap aktivitas Chumi bersama bandnya tidak sampai pada tahap melarangnya yang ekstrem. Dirinya hanya lebih sering dimarahi orang tuanya jika melanggar jam malam yang sudah ditentukan. Chumi juga menegaskan bahwa yang menjadi

“…mungkin kalo dari keluarga lebih ke jam malem aja. Ya pasti sih. Kita juga kalo dimarahin kita udah siap kuping gitu. Tapi kalo sampe yang ekstrim banget kayak gimana gitu nggak ada… nggak ada yang sampe ekstrim, diusir dari rumah misalnya kayak gitu, nggak ada.” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

“Lebih ke situasi waktu manggung aja.” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

Chumi juga mengatakan bahwa dirinya juga selalu berusaha bertanggung jawab dalam studinya sebagai upayanya untuk membuat orang tuanya tak merasa khawatir dengan keputusannya berkarier di musik metal . Chumi selalu menyiasati kehawatiran dan rasa keberatan orang tuanya dengan menjalankan kewajibannya sebagai anak dengan menunjukkan bahwa aktivitas bersama bandnya tidak menganggu kuliahnya dan sejauh ini kuliahnya tetap baik-baik saja.

“Posisinya kan waktu itu tuh gue yang lagi banyak manggungnya itu kan pas waktu kuliah, eee, gue selalu comparing dengan hak dan kewajiban gue aja… Eee, itu sih, kalo gue sih menyiasatinnya dulu karena memang kuliah gue juga baik- baik aja, jadi gue selalu punya tamengnya itu.” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

Selanjutnya dari keluarga Chacha. Chacha merasa bahwa sejauh ini orang tuanya mendukung dirinya dalam berkarier di musik metal . Chacha mengatakan dirinya sejak dahulu sering memutar musik-musik beraliran keras sehingga dia merasa orang tuanya sudah mengerti bagaimana selera musik dari Chacha. Orang tua Chacha sudah mengetahui bahwa Chacha memiliki ketertarikan terhadap dunia musik dan juga mengetahui bahwa Chacha sejak SMP sudah mulai sering bermain band. Dukungan dari orang tua Chacha terhadap karier musik Chacha terlihat ketika dirinya dibiayai untuk mengikuti les musik dan juga dibelikan alat- alat musik sendiri untuk berlatih di rumah.

“Gue kalo dari keluarga sih alhamdullilah mendukung aja sih. Dari SMP gue udah punya alat-alat musik, gitar, bass sama amplinya gitu kan. Terus

pas tau gue ngeband, dari SMP karena gue juga udah ngeband sih, dibiayain buat les, terus, eee, udah ngerti juga gue setiap di rumah gue nyetelnya yang musik-musik keras. ” (Wawancara bersama Chacha, 1 November 2015)

Namun, meskipun orang tuanya lebih membebaskan Chacha dalam memilih aliran metal dalam karier musiknya, ibu dari Chacha selalu mengingatkan Chacha untuk terus berhati-hati ketika sedang perform . Chacha juga melanjutkan bahwa dari kedua orang tuanya yang paling merasa khawatir akan aktivitas Chacha bersama bandnya adalah ibunya. Kekhawatiran ibunya Chacha tersebut mungkin saja timbul dari cerita-cerita orang mengenai bagaimana musik dan lingkungan metal yang cenderung negatif. Ibu dari Chacha suka menanyakan bagaimana keadaan ketika Chacha dan teman-teman lainnya sedang perform di suatu acara. Tetapi ketika ibunya menanyakan hal tersebut kepada Chacha, dirinya selalu berusaha meyakinkan kepada ibunya bahwa ketika dirinya sedang perform dipastikan aman-aman saja serta memberi tahu kepada ibunya

bahwa setiap dirinya pergi ke acara-acara selalu bersama dengan teman-teman sehingga ada yang menjaganya. Chacha juga mengaku bahwa dirinya tidak pernah memberi tahu kepada ibunya bahwa di dalam gigs atau acara-acara musik metal selalu ada penonton yang melakukan moshing . Hal ini juga dilakukan Chacha untuk mengurangi kekhawatiran dari ibunya tersebut.

“Tapi ya gitu, nyokap gue sih ngingetin aja, eee, apa namanya, intinya jangan nyusahin orang tua deh, hati-hati kalo lagi ngeband. ” (Wawancara bersama Chacha, 1 November 2015)

“Nyokap juga suka nanya kalo pas manggung itu gimana, gue juga sih selalu agak-agak memperlembut sih, maksudnya kalo gue bilang ‘Iya banyak yan g moshing, banyak yang berantem’ kan kasian nyokap gue haha. Gue nggak pernah bilang, paling gue bilang tenang aja karena bareng bareng-bareng kalo acara sama anak-anak juga gitu kan, kalo manggung pasti ada yang jagain kan kalo nggak ada panggungnya. Karena “Nyokap juga suka nanya kalo pas manggung itu gimana, gue juga sih selalu agak-agak memperlembut sih, maksudnya kalo gue bilang ‘Iya banyak yan g moshing, banyak yang berantem’ kan kasian nyokap gue haha. Gue nggak pernah bilang, paling gue bilang tenang aja karena bareng bareng-bareng kalo acara sama anak-anak juga gitu kan, kalo manggung pasti ada yang jagain kan kalo nggak ada panggungnya. Karena

Meskipun dirinya mendapatkan dukungan dari orang tuanya dalam berkarier di musik metal ini, Chacha juga tidak lepas dari kendala yang dialami oleh Chumi, yakni permasalah jam malam. Chacha bercerita bahwa jika dirinya pulang terlalu malam setelah perform , dirinya akan dimarahi oleh ibunya. Tetapi, menurut pernyataan Chacha, sejauh ini dirinya hanya sering sekadar terkena marah dari ibunya saja, tidak pernah sampai dilarang untuk bermain musik metal seperti yang dialami oleh sahabatnya, Iniz.

“Terus pasti karena, eee, pulang malem paling abis manggung kadang kena marah nyokap juga. Ya udah, sekedar itu aja sih. Nggak ada yang

sampe bener- bener… yaa kayak si Iniz itu temen gue yang sampe dilarang sama orang tuanya. ” (Wawancara bersama Chacha, 1 November 2015)

Selain itu, meskipun Chacha mendapatkan dukungan penuh dari orang tuanya untuk berkarier di dalam musik metal , dirinya pernah mendapatkan respon yang negatif dari saudara-saudaranya yang lain, terutama saudaranya yang berasal dari keluarga ibunya. Menurut Chacha, keluarga besar ibunya merupakan keluarga yang sangat kental ke-Islamannya. Karena kentalnya nilai-nilai Islami di dalam keluarga besar ibu dari Chacha tersebut membuat dirinya sering kali mendapatkan komentar yang tidak mengenakan, seperti pernah ditanyakan untuk apa dirinya bermain band dan juga pernah dilarang untuk bermain musik metal karena dirinya seorang perempuan. Chacha juga mengatakan dirinya pernah diceramahi oleh saudara ibunya tentang musik metal yang adalah musik pengikut setan dan tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Namun, Chacha tidak menghiraukannya lebih jauh terkait respon dari keluarga besar ibunya tersebut.

“Hemm, pernah ada sih. Itu dari keluarga nyokap gue. Kan keluarga nyokap gue itu emang Islamnya itu kuat banget. ” (Wawancara bersama Chacha, 1 November 2015)

“Terus pas tau gue main metal, ada lah yang ceramahin gitu, cewek itu nggak boleh ikutan main musik metal, ada juga lah yang bilang musik

metal pengikut setan lah. Kan emang ada kan tuh yang metal yang hardcore banget, yang sampe mainnya juga potong-potong (biasanya anak anjing, domba), pake darah gitu kan… Kita kan nggak yang kayak gitu juga hahaha. Jadi gitu, lu ngapain sih ngeband ngeband, kayak gitu

diceramahin hahaha. Gue mah keun wae , teu didengekeun hahaha.” (Wawancara bersama Chacha, 1 November 2015)

Terakhir adalah keluarganya Onenk. Onek mengatakan bahwa sebelumnya orang tuanya sudah tau bahwa dirinya sudah sering bermain band, namun tidak mengetahui jika bandnya tersebut beraliran metal . Ketika orang tua dari Onenk mendengarkan lagu yang dibawakan oleh bandnya, orang tuanya tidak suka dengan aliran metal yang diusung oleh band Psychotic Angels ini. Onenk juga mengatakan bahwa sempat ada respon negatif juga dari orang tuanya, namun orang tua dari Onenk mengembalikan pilihan-pilihan tersebut kepada pribadi Onenk karena dianggap sudah dewasa dan sudah bisa memilih pilihan hidupnya sendiri. Onenk juga menanggapi kebebasan yang diberikan oleh orang tuanya dengan meyakinkan mereka bahwa dirinya tidak berbuat hal-hal yang negatif selama berada di lingkungan metal -nya tersebut, melainkan murni berkarya di dalam musik metal .

“Sebelumnya sih taunya cuma ngeband ya, nggak tau alirannya kayak gini, aliran metal kayak gini. Terus pas dulu sempet dengerin lagunya, nggak ini lah mereka, nggak suka, cuma balik lagi ke kitanya ya punya apa, eee, mikirnya oh udah gede ini deh bisa milih sendiri mau kayak apa, yang penting nggak berbuat negatif, nggak yang mabok mulu, nge-drugs gitu, nggak lah. Balik lagi ke kitanya aja. ” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)

“Eee, ada aja sih respon negatif, cuman emang kitanya juga menunjukkannya positif …” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)

Tidak berbeda dengan yang dialami oleh Chumi dan Chacha, Onenk juga mendapatkan permasalahan terkait jam malam. Onenk juga mendapatkan larangan pulang terlalu larut malam dari kedua orang tuanya. Namun demikian, Onenk mengatakan bahwa selama bersama keluarganya dirinya hanya mendapatkan keluhan tentang jam malam saja terkait aktivitas bersama bandnya. Dan kini, ketika Onenk sudah menikah dengan Vino, yang juga merupakan musisi metal , dirinya mengaku semakin mendapatkan dukungan yang penuh dari suaminya dalam kariernya di musik metal .

“Dilarang sih paling nggak boleh pulang malem ya, itu doang. Terus pas karena sekarang udah merit, suami juga support ya, sesama penyuka musik metal, fine fine aja sih. ” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)

4.3.2. Respon Metalheads dan Sesama Musisi Metal Lainnya

Pada bagian ini peneliti memaparkan pengalaman para personel Psychotic Angels terkait respon yang mereka dapatkan dari para metalhead ketika mereka pertama kali menunjukkan diri di skena musik keras dan juga bagaimana respon dari sesama musisi metal lainnya, yang sebagian besar adalah laki-laki, yang dirasakan oleh setiap personel. Ketika pertama kali mulai memutuskan untuk menunjukkan diri di dalam dunia musik metal , para personel Psychotic Angels merasakan bahwa apa yang mereka pertunjukkan belum sepenuhnya bisa diterima oleh para metalhead . Onenk mengatakan ketika di awal-awal mereka perform ada saja yang pernah meragukan kemampuan musikalitas mereka sebagai sebuah band metal karena mereka adalah perempuan. Menurut Chumi, ketika awal mereka mulai perform di depan khalayak ramai, banyak tanggapan sebelah mata yang mereka dapatkan dari para penontonnya juga dikarenakan mereka benar-benar baru di genre metal tersebut, sehingga cukup wajar menurutnya jika akan ada yang suka dan tidak.

“Ya kadang-kadang orang mikirnya ini ya, ah bandnya cewek nih pasti mainnya cupu segala macem gitu, pe rnah. Pernah aja.” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)

“Awalnya sih memang kita kan memang masih baru di genre itu. Awalnya pasti sih tanggepan orang kayak yang sebelah mata lah, kayak gitu …

maksudnya kita tau lah ada yang suka ada yang enggak. ” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

Chumi juga menceritakan bagaimana ketika mereka masih baru-barunya ada di skena musik metal mereka juga belum mendapatkan apresiasi positif dari metalheads tidak hanya saat di kota Bogor, tetapi terlebih di kota lainnya, seperti Jakarta. Apresiasi tinggi dari metalheads terhadap sebuah band metal adalah dengan membuat kerumunan dan melakukan pogo atau moshing untuk menikmati musik yang disajikan, namun Psychotic Angels tidak mendapatkannya saat itu.

Mereka hanya ditonton layaknya sebuah band ‘biasa’. Chumi juga menceritakan sulitnya ‘menaklukkan’ metalheads Jakarta Selatan, yang menurut Chumi mereka sangat terkenal pemilih sebagai penonton. Ketika perform di daerah Jakarta Selatan, Chumi dan teman-teman tidak mendapatkan respon yang berarti dari para metalhead di sana sehingga mereka merasa tak dianggap sebagai sebuah band metal saat itu.

“Band gue pun ngalamin kok bukan di kota kita sendiri aja, di kota lain pasti kita awal nggak, nggak akan ada crowd yang begitu kan (moshing), cuma ngeliat aja, oh band cewek nih kayak gitu aja. Apalagi di Jakarta Selatan, tau sendiri kan, maksudnya mereka kan terkenal picky, si penontonnya kan pemilih banget tuh dulu. Waktu kita pertama kali juga nggak ada respon, enggak ya… ya nggak dianggep lah ya gitu.” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

Selain itu, Chacha menambahkan bagaimana dia dan teman-teman Psychotic Angels lainnya mendapatkan underestimate yang mereka terima dari kru-kru dan band lain ketika berada di backstage karena mereka kumpulan perempuan sendiri di lingkungan tersebut. Chacha mengaku merasakannya dari bagaimana cara para lelaki tersebut menatap mereka ketika di backstage . Namun, Chacha tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut dan berusaha menunjukkan kualitasnya ketika di panggung sebagai pembuktian diri. Selanjutnya, Chacha menceritakan bandnya juga pernah mengalami underestimate dari panitia sebuah Selain itu, Chacha menambahkan bagaimana dia dan teman-teman Psychotic Angels lainnya mendapatkan underestimate yang mereka terima dari kru-kru dan band lain ketika berada di backstage karena mereka kumpulan perempuan sendiri di lingkungan tersebut. Chacha mengaku merasakannya dari bagaimana cara para lelaki tersebut menatap mereka ketika di backstage . Namun, Chacha tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut dan berusaha menunjukkan kualitasnya ketika di panggung sebagai pembuktian diri. Selanjutnya, Chacha menceritakan bandnya juga pernah mengalami underestimate dari panitia sebuah

“…kayak di backstage itu mereka kayak agak-agak, keliatan agak-agak meng-underestimate kita gitu. Soalnya, misalnya yang lainnya mereka pada heboh bawa-bawa alat segala macem, kita cewek-cewek manis-manis sendiri. Keliatan sih dari tatapan-tatapannya, ini apaan nih, bisa nggak sih gitu kan. Tapi pas manggung ya udah biar mereka yang liat sendiri aja, kita buktiin aja. ” (Wawancara bersama Chacha, 1 November 2015)

“Kalo sama yang di luar, yaa ada aja sih… Eee, lebih ke apa ya, eee, waktu di Jakarta sih, ooh, waktu itu sih gue kan ada ngisi kan di Jakarta,

tau kita band cewek-cewek, di situ kayak yang udah mainnya sore aja, nggak dimainin malem. Misalnya kayak gitu. Padahal mah main malem juga kita nggak apa-apa, kita main malem juga. Cuman mereka kayak mikirnya udahlah mainnya sore aja .” (Wawancara bersama Chacha, 1 November 2015)

Chumi, kemudian, juga menceritakan bagaimana band mereka sering dianggap hanya ‘menjual muka’ saja pada awal-awal karier mereka di dalam musik metal . Para personel merasa bahwa banyak yang mau menonton mereka perform hanya karena mereka perempuan, banyak yang hanya menilai mereka hanya dari fisik dan juga keunikan mereka sebagai band metal perempuan pertama di daerah Bogor, sehingga para penonton justru tidak memberikan perhatian lebih kepada musikalitas yang teman-teman Psychotic Angels tampilkan. Chumi juga mengatakan saat itu mereka sering diundang untuk tampil ke berbagai acara hanya karena orang-orang melihat mereka unik dan berbeda (Catatan Lapangan, 15 November 2015).

“Banyak yang nonton awal-awalnya juga gara-gara kita cewek aja.” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

“…tanggepan orang ya gitu, maksudnya kita diliat jual, eee, ceweknya aja, maksudnya ‘wah’ gitu kan. Maksudnya mungkin kayak kurang dianggap sih kalo diawalnya, kayak gitu. ” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

Oleh karena itu, teman-teman Psychotic Angels terus berusaha untuk membuktikan kepada khalayak penikmat musik metal bahwa mereka merupakan suatu entitas yang patut diperhitungkan juga dari segi musikalitasnya di dalam perskenaan musik metal . Mereka pun sudah membuktikan hal tersebut, karena jika mereka memang hanya mengandalkan tampilan fisik saja, tidak akan ada orang yang menyukai lagu mereka dan yang terutama tidak mungkin mereka bisa bertahan selama ini. Seiring berjalannya waktu, mereka juga terus melakukan perbaikan demi perbaikan dalam bandnya, sebagai upaya pembuktian diri mereka dan tidak lagi dipandang secara sebelah mata oleh orang-orang, dengan tidak menutup diri terhadap kritikan-kritikan yang mereka terima dan juga dengan melakukan perbaikan pada lagu dan performance mereka.

“Tapi kan kita ngebuktiin kok, kalo memang kita cuma ngandelin yang begitu aja nggak mungkin orang-orang bakal suka lagu kita. ” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

“…lama kelamaan kita juga perbaikin diri gitu, maksudnya denger kritikan dari orang juga kita bukannya yang sabodo amat, tapi gue dengerin gitu. Makanya kan ada perbaikan dari lagu, ada perbaikan performance gitu, ada stage act-nya juga. Kayak gitu sih. ” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

Chumi kemudian menceritakan bahwa yang dilakukannya bersama dengan teman-teman Psychotic Angels lainnya tidak lah sia-sia. Setiap upaya perbaikan diri dalam bandnya, mulai dari perbaikan lagu, perubahan sound musik, dan lainnya, yang dilakukan membuat mereka mulai diperhitungkan musikalitasnya di skena musik metal dan mulai diterima oleh pada metalhead . Onenk juga menambahkan dengan seiring berjalannya waktu, dengan semakin bertambahnya pengalaman mereka dalam bermusik metal , band mereka pun menjadi semakin Chumi kemudian menceritakan bahwa yang dilakukannya bersama dengan teman-teman Psychotic Angels lainnya tidak lah sia-sia. Setiap upaya perbaikan diri dalam bandnya, mulai dari perbaikan lagu, perubahan sound musik, dan lainnya, yang dilakukan membuat mereka mulai diperhitungkan musikalitasnya di skena musik metal dan mulai diterima oleh pada metalhead . Onenk juga menambahkan dengan seiring berjalannya waktu, dengan semakin bertambahnya pengalaman mereka dalam bermusik metal , band mereka pun menjadi semakin

“semua itu kebayar waktu kita coba ubah lagu, yang tadinya kita dari E aja jadi nge-Drop kan. Dari situ kan udah mulai kerasa … dari sound-nya, lebih… lebih gahar… eee, mungkin di situ kali ya baru, baru, kayak oh ya (mulai diterima oleh metalheads). ” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

“…semakin, apa, berjalannya waktu, pengalaman juga semakin bertambah, jadi kitanya juga udah makin lebih baik aja sih. Makin mateng lah ya. ” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)

“Makin bagus sih. Makin ke sini makin banyak yang menunggu, nunggu kita perform, kayak gitu. ” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)

Selanjutnya, menurut mereka, respon dari teman-teman musisi lainnya dirasakan sangat baik terhadap keberadaan mereka dan Psychotic Angel mendapatkan dukungan penuh dari teman-teman musisi lainnya di dalam skena musik metal di Bogor. Chacha mengatakan hal ini dikarenakan lingkungan musik metal di mana Psychotic Angels berada adalah lingkungan yang memang terbangun dari pertemanan sejak lama. Oleh karenanya, Psychotic Angels justru sering mendapatkan bantuan dari teman-teman lainnya ketika akan mempersiapkan alat-alat untuk perform mereka. Dan meskipun mereka adalah band perempuan, mereka tidak pernah dibelakangkan oleh teman-teman musisi lainnya.

“Eee, lebih nge-support sih ya.” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)

“Di situ sih kayak malah apa ya, kalo sama temen-temen gue sih kita sama-sama bareng gitu, nggak pernah yang kayak, ‘Ah ini mah entar aja,’ gitu. Jadi malah kayak kalo bawa-bawa barang dibantuin, kita malah “Di situ sih kayak malah apa ya, kalo sama temen-temen gue sih kita sama-sama bareng gitu, nggak pernah yang kayak, ‘Ah ini mah entar aja,’ gitu. Jadi malah kayak kalo bawa-bawa barang dibantuin, kita malah

4.3.3. Pengalaman di dalam Lingkungan dan Skena Musik Metal Pada bagian kali ini peneliti memaparkan pengalaman-pengalaman apa saja yang pernah didapatkan oleh para personel Psychotic Angels , suka-duka mereka selama berpetualang di kancah musik metal . Selama berkarier bersama Psychotic Angels , Chacha mengatakan dirinya mendapatkan banyak pelajaran baru mengenai musik metal dan juga pengalaman-pengalaman baru. Selain itu, dirinya juga mendapatkan teman-teman baru, serta semakin mengetahui komunitas-komunitas metal lainnya selain di Bogor. Menurutnya, kariernya bersama Psychotic Angels sangat membantunya untuk semakin kenal dengan banyak orang. Serupa dengan Chacha, Onenk juga merasakan banyak sekali pengalaman baru yang didapatkannya selama berkarier bersama Psychotic Angels , seperti pernah ikut serta dalam pembuatan kompilasi album bersama band-band metal lainnya. Onenk juga menceritakan pengalamannya merasakan kekompakkan dari teman-teman sesama musisi di komunitas, seperti saat Psychotic Angels bersama dengan band-band lainnya harus patungan sendiri untuk membuat acara-acara demi terus berlanjutnya perskenaan musik metal di Bogor. Selain itu, menghadapi ketidak-karuannya penonton musik metal juga menjadi salah satu pengalaman yang didapatkannya selama berkarier bersama Psychotic Angels .

“Terus dari PA juga apa ya, yaa banyak belajar, dapet pengalaman, temen- temen baru, jadi tau komunitas-komunitas juga. Semakin banyak tau orang sih. ” (Wawancara bersama Chacha, 1 November 2015)

“Pengalaman banyak ya. Dari segi, dari pertama masuk ikutan kompilasi, eee, apa sih, kompilasi CD gitu, terus, eee, manggung yang harus kolektif (patungan), dari segi penontonnya yang mulai nggak karuan, terus temen- temen yang kompak sih ya lebihnya. ” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)

Berbicara mengenai pengalaman mereka menghadapi penonton musik metal yang rusuh, mereka sepakat bahwa pengalaman ketika mereka perform di Parung, Bogor, merupakan pengalaman yang paling ekstrem yang pernah mereka alami. Saat itu mereka perform di sebuah lapangan sepak bola di daerah Parung, Bogor, dengan panggung yang seadanya, yang menurut Chumi hanya seperti panggung acara 17 Agustusan, dan saat itu penonton yang datang pun sangat ramai, karena metalheads satu kabupaten menyatu di area tersebut, sehingga keadaannya sangatlah crowded . Keadaan yang crowded tersebut ditambah dengan banyaknya penonton yang mulai mabuk membuat keadaan semakin tak terkendali dan rusuh. Bahkan ada penonton yang sampai naik ke atas panggung dan juga kolong-kolong panggung.

“Mungkin yang paling ektrim itu pernah kita main di Parung, di lapangan bola gede banget, stage-nya cuman kayak panggung 17-an, yang lebarnya juga nggak gede-g ede amat… lu bisa bayangin aja, di Parung pula, eee, orang sekabupaten yang semua minum, itu sebenernya udah dijagain tapi ketampol- tampol juga gitu.” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

“…itu penontonnya rusuh. Sampe ada yang naik ke panggung… Terus nyampe ada yang ribut-ribut, kesenggol lah, ada yang masuk ke kolong panggung lah. Eee, gitu gitu. ” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)

Keadaan yang rusuh dan tak terkendali tersebut terjadi tepat sebelum Psychotic Angels memulai perform -nya. Saat itu meskipun mereka sudah dijaga

oleh pihak keamanan acara, tetapi tetap saja sempat terkena pukulan dan sikutan dari para penonton yang mulai tak terkendali tersebut. Ketika itu yang sempat terkena pukulan adalah Chacha. Chacha mengatakan dirinya sempat terkena pukulan di bagian bibirnya hingga berdarah. Chacha pun mengaku dirinya saat itu sampai menangis karena sakitnya pukulan yang didapatkannya dari penonton tersebut. Namun demikian, keadaan tersebut dapat kembali terkendali dan kondusif. Setelah keadaan semakin mereda, mereka pun tetap kembali ke panggung untuk melakukan perform .

“Sempet yang ketampol waktu itu tuh si Chacha sampe nangis…” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

“…kena tonjok ini gue tuh (menunjuk ke arah bibir samping kiri) sampe berdarah. Itu sebelum manggung banget. Udah nangis, gue bener-bener nangis karena sakit banget. Cuman yaudah karena emang mau manggung, gue jalanin aja haha. ” (Wawancara bersama Chacha, 1 November 2015)

Onenk mengatakan bahwa melihat penonton-penonton yang mulai melakukan moshing menjadi pengalaman tersendiri untuk dirinya. Hal tersebut dikarenakan dirinya merasa seperti mendapat sebuah transfer energi, dirinya bisa mendapatkan dan merasakan emosi yang terkeluarkan tersebut sehingga semakin memacu adrenalinnya ketika bermain musik metal . Onenk tidak menyangkal bahwa pada awalnya dirinya merasa takut dengan kebiasaan moshing dari para metalhead ketika sedang menikmati pertunjukkan musik metal . Namun, seiring berjalannya waktu, dirinya menjadi semakin terbiasa dengan atmosfer tersebut.

“Terus yang lucu lagi penonton ya kalo mereka udah pogo ya, moshing gitu, itu auranya nyampe, emosinya dapet. ” (Wawancara bersama Onenk,

6 November 2015) “Takut sih ya awalnya. Cuman kesini-sini udah biasa aja. Karena emang

musik begitu penontonnya biasa ya bakal begitu, jadi udah biasa aja sih. ” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)

Selain pengalaman-pengalaman di atas, karena pilihan mereka untuk berkarier di dalam dunia musik metal , yang identik dengan lingkungan bebas dan malam, para personel Psychotic Angels juga kerap mendapatkan cap buruk dari orang lain. Onenk mengatakan orang lain menganggapnya orang-orang yang berada di lingkungan metal sangat lekat dengan konsumsi minum berakohol yang berlebihan sehingga para personel Psychotic Angels dicap sebagai perempuan buruk karena berada di lingkungan yang seperti demikian, meskipun pada kenyataannya mereka tidaklah seperti itu. Selain itu, karena kegiatan yang membuat mereka lebih sering pulang hingga larut malam, mereka juga kerap Selain pengalaman-pengalaman di atas, karena pilihan mereka untuk berkarier di dalam dunia musik metal , yang identik dengan lingkungan bebas dan malam, para personel Psychotic Angels juga kerap mendapatkan cap buruk dari orang lain. Onenk mengatakan orang lain menganggapnya orang-orang yang berada di lingkungan metal sangat lekat dengan konsumsi minum berakohol yang berlebihan sehingga para personel Psychotic Angels dicap sebagai perempuan buruk karena berada di lingkungan yang seperti demikian, meskipun pada kenyataannya mereka tidaklah seperti itu. Selain itu, karena kegiatan yang membuat mereka lebih sering pulang hingga larut malam, mereka juga kerap

jauh terkait pandangan-pandangan buruk tersebut karena pada kenyataannya mereka tidak melakukan hal-hal seperti yang orang lain pikirkan tersebut.

“Pernah sih ya. Eee, mungkin kan kebanyakannya yang main musik underground atau metal itu kan lebihnya ke yang kayak suka minum- minum kan kayak gitu ya, tapi kita nggak sih ya. ” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)

“…apa ya, kebanyakan orang mikirnya udah nggak virgin, segala macem, karena sukanya pulang malem, atau apa, ada aja. ” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)

“Selama kita tidak melakukan hal-hal yang mereka pikirkan sih, nggak masalah. ” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)

Selanjutnya, Chumi menceritakan bahwa dirinya juga pernah mendapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan dari pihak-pihak luar. Misalnya, ketika bandnya belum memiliki manager, di mana saat itu otomatis kontak Chumi yang dijadikan penghubung antara Psychotic Angels dengan pihak-pihak luar yang ingin membicarakan kegiatan-kegiatan terkait bandnya. Saat itu, dirinya sering sekali mendapatkan SMS-SMS yang tidak mengenakan, bahkan cenderung melecehkan dan merendahkan dirinya, seperti ada yang memesan dirinya untuk ‘di- booking ’. Chumi mengaku tidak hanya sekali-dua kali saja hal dirinya menerima SMS-SMS seperti demikian, melainkan beberapa kali. Chumi menganggap hal tersebut bisa terjadi karena adanya stereotipe terhadap perempuan yang berada di lingkungan yang identik dengan laki-laki tersebut sebagai perempuan yang pasti bisa ‘dipakai’.

“Kalo dari luar sih mungkin pada saat kerja, apa ya, mungkin pas lagi sering-seringnya manggung nih, waktu dulu gue nggak pake manager, otomatis ke nomer gue kan apa-apanya, itu gue yang ngurusin sendiri “Kalo dari luar sih mungkin pada saat kerja, apa ya, mungkin pas lagi sering-seringnya manggung nih, waktu dulu gue nggak pake manager, otomatis ke nomer gue kan apa-apanya, itu gue yang ngurusin sendiri

“Itu nggak cuma sekali dua kali yang kayak gitu. Misalnya, sempet waktu itu ada omongan nggak enak kayak yang ‘Ah lo gini gini, bisa dipake nggak?’ gitu lah. Itu kayak gitu sering, yaa nggak sering juga sih, beberapa kali lah ada. Sempet kayak gitu. ” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

Mengenai cap buruk yang sampai saat ini terus menempel ketat pada lingkungan dan komunitas metal , Chumi mengiyakan bahwa hal tersebut juga tidak lepas dari adanya peran media massa yang tidak memberikan pemberitaan yang seimbang. Chumi mencontohkan pada insiden konser band asal Bandung, Beside, yang saat itu tidak mampunya venue menampung jumlah penonton membuat keadaan menjadi tidak terkendali dan harus menelan belasan korban jiwa. Ketika itu, musik metal benar-benar menjadi sorotan utama pemberitaan dari media-media massa. Setelah kejadian tersebut, musik metal semakin lekat dengan cap musik kekerasan. Chumi mengatakan hal tersebut sangat berdampak pada semakin sulitnya untuk mengurus perizinan untuk mengadakan acara musik metal dan semakin ketatnya peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pihak kepolisian ketika akan mengadakan acara-acara musik metal , seperti misalnya pembatasan waktu acara yang sebelumnya bisa memiliki durasi yang lebih lama sampai jam

12 malam, setelah kejadian tersebut rata-rata acara-acara seperti ini jadi dibatasi hanya sampai jam 7 malam saja. Menurut Onenk, hal tersebut terjadi karena adanya pemikiran dari pihak berwajib yang memandang bahwa pergelaran musik metal bisa dipastikan akan berujung keributan.

“Iyaa. Mungkin kekerasannya yang lebih, mungkin yang isidennya Beside kan… Itu kan yang paling, kerasa banget kok masalah itu tuh.” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

“Setelah itu kan susah buat bikin acara, buat bikin perizinannya. Rata-rata acara cuma sampe jam 7 yang tadinya sampe jam 12 juga bisa gitu, paling “Setelah itu kan susah buat bikin acara, buat bikin perizinannya. Rata-rata acara cuma sampe jam 7 yang tadinya sampe jam 12 juga bisa gitu, paling

11 Oktober 2015) “Ya karena itu kali ya, karena musik metal, karena underground. Jadi

mikirnya tuh pasti ribut segala macem. ” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)

Selain itu, Onenk juga menambahkan bahwa pihak kepolisian sering kali melakukan pemberhentian secara sepihak terhadap acara-acara musik metal , meskipun sebenarnya acara tersebut seharusnya masih berlangsung. Onenk merasa menjadi semakin terbatas waktu untuk sebuah acara musik metal . Mereka sering mengalami yang seharusnya membawakan lima lagu ketika perform , namun dipersingkat hanya menjadi membawakan dua atau tiga lagu saja.

“Sering ya. Kita kalo main tuh acara belum beres, udah di cut sama polisi. Entah itu karena yang ribut atau karena acaranya lebih dari jam yang harusnya berhenti. Banyak banget yang di cut. Terus yang harusnya bawain 5 lagu, jadinya cuma bawain 2 lagu, 3 lagu. Lebih sering kayak gitu. Terbatas ya jadinya waktunya. ” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)