Universitas Indonesia Universitas Indonesia

48 Universitas Indonesia 48 Universitas Indonesia

ketika melakukan transisi aliran musik.

“Maksudnya, daripada nggak jalan kan, terus dipikir, pikir, pikir, kenapa sih kita nggak coba ambil metal aja gitu kan …” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

“…dulu di band gue kan vokalisnya itu ada dua, yang satu vokal biasanya, yang satu lagi scream doang. Nah, setelah yang vokalis biasanya ini keluar karena dia juga udah kerja, akhi rnya cuma scream doang nih… Akhirnya kita memutuskan untuk main di metal karena emang basicnya kita juga sama-sama suka metal …” (Wawancara bersama Chacha, 1 November 2015)

“Ya udah kita ganti aliran aja yu gitu haha. Gue lagi suka sama ada band namanya Wall of Jericho, itu keren banget, vokalisnya cewek, cocok nih kalo buat inspirasinya si Chuminya lah gitu kan. Bisa nih kita bawain lagunya, pada suka juga kok akhirnya. Emang kita pada dasarnya suka sama musik-musik keras, jadi pas kita mau beralih juga nggak masalah. ” (Wawancara bersama Chacha, 1 November 2015)

Selain karena keluarnya salah satu vokalis mereka, suasana metal dalam musik mereka juga mulai terasa sejak masuknya Onenk sebagai gitaris. Onenk yang pada dasarnya memang memiliki ketertarikan yang tinggi dengan musik metal memiliki pengaruh yang lebih terhadap perubahan aliran bermusik dari

Psychotic Angels . Onenk sendiri mengaku, dalam bermusik, jiwanya adalah metal dan sudah sangat cocok dengan musik metal .

“Sampe gitaris yang kemaren itu, yang Onenk masuk, dia influence-nya metal kan, emang anak metal dasarnya, ya udah akhirnya ya udah deh, yaa dia dateng dan gue juga udah mulai bisa screaming gitu misalnya, udah lumayan lancar-lancar akhirnya ya udah deh kita metal aja deh. ” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

“…pas udah kenal musik metal sih lebih suka ke musik metal. Jadi jiwanya ke metal karena udah, apa ya, jiwanya ya, lebih cocok ke metal sih. ” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)

Ketika pertama kali memutuskan untuk beraliran metal , para personel Psychotic Angels sempat memiliki keraguan dalam diri mereka masing-masing. Keraguan mereka terletak pada apakah mereka sanggup membawakan musik metal dengan baik karena pada awalnya mereka tidak begitu mahir mengikuti permainan musik metal . Namun demikian, hal tersebut justru menjadi motivasi tersendiri bagi para personel untuk terus berlatih dan memantapkan diri mengusung aliran metal dalam band mereka. Keinginan membuat gebrakan di dalam skena musik keras Bogor juga menjadi alasan utama mereka, karena menurut mereka dengan membawakan musik metal akan membuat musik yang

diperdengarkan terasa lebih ‘gahar’. “…Awalnya sih mungkin kita emang yang, kayak bisa nggak ya? Bisa

nggak ya? Yang dulunya cuma main di (kord) E kan gitu, kalo sekarang mainnya yang udah di Drop gitu kan, awalnya juga pasti ada proses sih, awalnya juga kita nggak ada yang begitu mahir dengan alat musiknya gitu. Semuanya jadi niat, ya udah bawa metal aja. Kayaknya lebih, lebih, lebih gahar deh kayaknya kalo metal kan daripada screamo. ” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

Chacha mengatakan bahwa keputusan mereka membawakan musik metal dikala musik emo sedang mengalami naik daun saat itu justru menjadi nilai Chacha mengatakan bahwa keputusan mereka membawakan musik metal dikala musik emo sedang mengalami naik daun saat itu justru menjadi nilai

“…waktu itu lagi rame-ramenya emo, kita bener-bener metal sendiri gitu kan, jadi malah jadi kayak apa ya, rame aja gitu, jadi nilai tambah banget gitu. Nambah excitement orang juga gitu. Cewek-cewek main band metal. Jadi, kesan ceweknya itu bukan malah melemahkan, malah menguatkan kita gitu, karena jarang di Bogor .” (Wawancara bersama Chacha, 1 November 2015)

“Nah, waktu pertama kali itu kita kayak yang ngasih gebrakan gitu. Karena di Bogor band cewek semua yang metal tuh jarang, malahan

kayaknya gue baru denger band gue doang gitu. Ya mungkin sebelumnya pernah ada, cuman nggak lama gitu kan. Cuma mereka kayak yang ngasih nilai tambah sendiri sih, orang-orang juga jadi pada sering nonton. ” (Wawancara bersama Chacha, 1 November 2015)

Hingga kini, menurut mereka, Psychotic Angels menjadi satu-satunya band beraliran metal dengan personel perempuan seluruhnya yang berada di sekitar Jabodetabek. Onenk mengatakan sebelumnya ada juga band asal Jakarta yang memiliki konsep yang serupa dengan band mereka, yakni band metal dengan personel perempuan seluruhnya, yaitu Vendetta. Akan tetapi, kini band tersebut sudah tidak aktif lagi. Oleh karena itu, band perempuan yang mengusung aliran metal kini tersisa mereka saja. Mereka juga mengatakan bahwa sebenarnya saat ini sudah cukup banyak perempuan yang berkarier di dalam musik metal , namun kebanyakan hanya menjadi bagian dari band yang personel lainnya adalah laki- laki, seperti misalnya hanya menjadi vokalis, gitaris, bassist, atau drummer-nya saja. Sejauh ini tidak dijumpai lagi perempuan yang membentuk band dengan personel keseluruhannya adalah perempuan.

“Wah kayaknya udah enggak ada deh, di Bogor aja dari dulu juga kayaknya c uma kita doang deh…” jawab Chacha. “Iya. Kalo yang cuma “Wah kayaknya udah enggak ada deh, di Bogor aja dari dulu juga kayaknya c uma kita doang deh…” jawab Chacha. “Iya. Kalo yang cuma

“Iya. Kalo metal iya. Sebelum gue belum ada… tapi yang kesini-sininya mulai ada sih yang gitarisnya aja cewek atau vokalisnya aja yang cewek, tapi yang full cewek kayaknya, setau gue, selama ini, kalo metal ya, eee nggak ada. ” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

Selanjutnya, dengan terjun ke dalam musik metal , Chumi, Chacha, dan Onenk, memiliki keinginan untuk menunjukkan kepada khalayak bahwa mereka sebagai perempuan juga bisa berkarya di dalam musik metal dan memiliki skill yang tidak kalah dengan musisi laki-laki. Selain itu, Psychotic Angels ini muncul sebagai gebrakan dari pandangan lama mengenai skena musik metal yang menganggap musik metal merupakan musik para lelaki. Dan juga muncul sebagai suguhan alternatif terhadap skena musik metal di Bogor, khususnya.

“Yang pertama sih kita nunjukkin kalo kita ini cewek semua punya skill.” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)

“Secara nggak langsung sih iya. Karena memang dasarnya waktu bikin band ini kan kita mikirnya kenapa kita nggak bikin yang cewek semua ya, awalnya sih kita pasti nggak pede, anjir bawain metal lagi nih. Bisa nggak ya? Bisa nggak ya? Kayak gitu. Eee, tapi setelah dijalanin kan bisa, kita tunjukin juga gitu. ” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

“Yang mau dibawa sih sebenernya ya itu, kita emang pengen buktiin kalo ya kita cewek-cewek pun juga bisa main musik metal, nggak kalah sama band-band cowok gitu. Ya pengen orang kenal lagu kita, pesan-pesan dari lirik yang kita bawakan juga bisa sampe , gitu…” (Wawancara bersama Chacha, 1 November 2015)

4.2. Cerita Tentang Iniz ex Psychotic Angels Pada bagian ini peneliti akan memaparkan bagaimana ketikdaksukaan terhadap musik metal menjadi penyebab keluarnya Iniz, salah satu pendiri band Psychotic Angels , dari band ini. Berawal dari wawancara yang dilakukan bersama Chumi, peneliti mendapatkan informasi bahwa salah satu personel band mereka ada yang memutuskan keluar dari band ini dikarenakan faktor ketidaksukaan keluarganya terhadap musik metal. Akan tetapi, saat itu peneliti tidak menanyakan informasi lebih jauh tentang temannya tersebut.

“Nah kalo yang gitaris gue yang satunya, eee, juga, eee, sebenernya ke luarganya juga agak kurang suka… mungkin karena keluarganya lebih berat untuk yang di metal ini, makanya dia mikirnya, ‘daripada gue ngehambat yaudah gue cabut aja deh ’, kayak gitu.” (Wawancara bersama Chumi, 11 Oktober 2015)

Peneliti kemudian mendapatkan cerita lebih jauh tentang Iniz ketika melakukan wawancara bersama dengan Chacha. Chacha lebih banyak bercerita mengenai Iniz dikarenakan latar belakangnya yang sudah bersahabat dengan Iniz sejak lama dan sudah mulai bermain band dengan Iniz sejak di bangku SMP (Sekolah Menengah Pertama). Chacha menceritakan bagaimana pengalaman mereka saat sedang melakukan performance dalam suatu acara, orang tua dari Iniz secara tiba-tiba datang dan langusng menyuruh Iniz untuk pulang dari acara tersebut.

“Terus sahabat gue nih, si Iniz ini, dia ketahuan sama nyokapnya bawain band metal. Karena mungkin kan kalo metal kan lingkungannya keras kan ya, orang moshing lah, terus kita cewek, suatu hari entah gimana ceritanya bokap sama nyokapnya bisa dateng gitu pas kita lagi manggung. ” (Wawancara bersama Chacha, 1 November 2015)

“Pas ketemu, wah udah langsung di cut. Terus udah deh tuh terpaksa berhenti. ” (Wawancara bersama Chacha, 1 November 2015)

Selain itu, cerita lain yang peneliti dapatkan adalah ketika Onenk menceritakan bagaimana sulitnya mereka saat Iniz masih menjadi personel dari Psychotic Angels untuk mencari jadwal latihan rutin. Sulitnya mencari jadwal latihan rutin ini dikarenakan setiap kali ingin melakukan latihan, personel lainnya harus menyesuaikan waktu mereka dengan Iniz seorang. Selain itu, ketika ada jadwal untuk perform pun mereka harus berbohong dan mencari-cari alasan kepada orang tua dari Iniz agar mereka bisa berangkat untuk perform . Hal ini dikarenakan oleh orang tua dari Iniz yang pada dasarnya tidak mendukung Iniz untuk berkarier di dalam musik metal .

“…gitaris gue sebelumnya yang pertama, dia kuliah kan dan keluarganya juga nggak support, jadi dia keluar dan fokus di kuliah … Nggak supportnya jadi kalo misalnya mau manggung harus bohong, bilangnya ada acara apa gitu. Terus kalo latihan juga kita nunggu waktu dia bisanya. ” (Wawancara bersama Onenk, 6 November 2015)

Berdasarkan wawancara dengan Chacha dan Onenk, peneliti juga mendapatkan informasi bahwa yang menjadi alasan utama dari ketidaksukaan orang tua Iniz, yang berujung pada keluarnya Iniz dari Psychotic Angel, bukan terletak pada pilihan Iniz untuk berkarier di musiknya, melainkan karena pilihan musik dalam berkariernya, yakni metal . Hal ini ditunjukkan dengan fakta bahwa Iniz sampai saat ini masih berkarier di dalam dunia musik dan memiliki sebuah band, tetapi dengan aliran yang berbeda dari sebelumnya. Orang tua dari Iniz dianggap lebih bisa menerima dan setuju jika Iniz bermusik dengan pilihan aliran yang tidak begitu keras seperti melodic, misalnya.

“Dia masih punya band juga sih… bandnya dia yang sekarang itu alirannya melodic, jadi nggak begitu keras lah. Jadi orang tuanya masih bisa nerima lah, karena emang masih suka kalo akustik-akustikan. Jadi kalo yang sama Psychotic udah di cut hahah, nggak boleh lah pokoknya. ” (Wawancara bersama Chacha, 1 Npvember 2015)

“…karena band metal, karena alirannya ya. Kalo mungkin alirannya melodic gitu mungkin nggak apa-apa. Dan sekarang dia punya bandnya “…karena band metal, karena alirannya ya. Kalo mungkin alirannya melodic gitu mungkin nggak apa-apa. Dan sekarang dia punya bandnya

Guna mencari informasi lebih jauh tentang faktor keluarga yang menyebabkan keluarnya Iniz dari Psychotic Angels , peneliti meminta kontak Iniz kepada Chacha. Singkat cerita, peneliti pun bertemu dengan Iniz dan mewawancarai Iniz secara langsung untuk mengonfirmasi dan mencari tahu lebih jauh terkait latar belakang keluarnya dia dari Psychotic Angels . Iniz bercerita bahwa dari awal sebenarnya orang tuanya sudah mengetahui jika Iniz mulai berkarier di musik dan membentuk band bersama teman-temannya, dan orang tuanya pun tidak bermasalah dengan pilihan Iniz berkarier di musik. Suatu waktu Iniz menunjukkan cuplikan video perform -nya saat bersama Psychotic Angels kepada orang tuanya dan reaksi dari orang tuanya adalah terkejut dengan aliran metal yang dipilih oleh Iniz. Berawal dari sana, orang tua dari Iniz pun menunjukkan ketidaksukaannya dan ketidaksetujuannya terhadap keputusan Iniz yang berkarier di musik metal , meskipun menurut pengakuan Iniz orang tuanya tidak secara langsung memaksanya untuk keluar dari Psychotic Angels . Akan tetapi, terlihat dari tindakannya, orang tua dari Iniz benar-benar menunjukkan ketidaksukaannya terhadap lingkungan metal tempat di mana Iniz bermusik, karena suatu waktu ketika Iniz sedang melakukan perform di sebuah acara di Bogor, orang tua Iniz mendatanginya dan menyuruhnya untuk langsung pulang tanpa menghiraukan acara yang masih berlangsung, Iniz pun pulang meninggalkan teman-teman personel Psychotic Angels lainnya saat itu.

“Cuman ya itu, orang tua kan awalnya nggak tau nih, tau sih gue ngeband, tapi nggak tau alirannya kayak apa gitu kan. Suatu hari, gue bikin lah video gue manggung, gue kasih liat orang tua gue kan, terus kaget langsung awalnya. ” (Wawancara bersama Iniz, 8 November 2015)

“…orang tua itu kurang suka. Tapi nggak maksa gue buat keluar sih, enggak. Cuman keseringan kalo manggungnya untuk acara-acara musik metal gitu, eee, orang tua gue ngerasa kan malem, terus lingkungannya, lingkungan sih gitu. Yah namanya juga orang tua ada khawatir lah ya. Karena pernah dateng waktu itu pas gue manggung … Terus kaget. Itu “…orang tua itu kurang suka. Tapi nggak maksa gue buat keluar sih, enggak. Cuman keseringan kalo manggungnya untuk acara-acara musik metal gitu, eee, orang tua gue ngerasa kan malem, terus lingkungannya, lingkungan sih gitu. Yah namanya juga orang tua ada khawatir lah ya. Karena pernah dateng waktu itu pas gue manggung … Terus kaget. Itu

Selain itu, menurut Iniz, ketidaksukaan orang tuanya terhadap musik metal dikarenakan perbedaan selera musik yang dimiliki. Musik metal , oleh orang tua Iniz, dianggap tidak elegan untuk sebuah aliran musik. Secara keseluruhan, keluarga dari Iniz sendiri juga adalah penikmat dan penampil musik, namun musik yang menjadi pilihan dan ‘selera bersama’ dari keluarganya adalah musik jazz, hanya Iniz seorang yang memiliki selera terhadap musik metal .

“…Kakak gue juga ngeband, tapi kakak gue tuh, eee, loncat alirannya. Dulu mah dia hard rock, kayak GNR, sekarang jazz hahaha jazz total dia, jazz. Dan bonyok gue juga basicly sukanya jazz, jadi kayak gue tuh beda sendiri di keluarga. Pada masa itu tuh gue metal sendiri haha …” (Wawancara bersama Iniz, 8 November 2015)

“Eee, kalo mau bermusik yang, eee, ya katanya mah yang lebih elegan lah gitu. ” (Wawancara bersama Iniz, 8 November 2015)

Iniz juga mengatakan bahwa orang tuanya tidak suka dengan musik metal karena citra yang ditampilkan dari metal kecenderungannya adalah lingkungan yang didominasi oleh laki-laki dan hal-hal yang negatif, seperti kekerasan, gaya hidup yang berantakan, dan lainnya. Menurut Iniz, orang tuanya terlalu melihat lingkungan metal hanya dari luaran citra yang ditampilkannya saja dan cukup sulit untuk merubah perspektif orang tuanya dalam melihat lingkungan metal tersebut. Oleh karena itu, bagi orang tuanya Iniz, sebagai seorang perempuan dirinya tidak pantas berada di dalam lingkungan yang seperti demikian.

“Nggak suka hahaha. Nggak pantes katanya.” (Wawancara bersama Iniz, 8 November 2015)

“Dan agak, yaa namanya metal gitu, mungkin di, apa, first impression-nya langsung, mungkin, cowok, kekerasan, urak-urakan, berantakan, mabok- mabokan, gitu. Jadi ngerasanya nggak cocok lah kamu, jangan. Pernah sih ngomong “jangan” gitu.” (Wawancara bersama Iniz, 8 November 2015)

“Simply karena cuma lingkungan aja, karena dia liatnya kalo gue manggung itu di depan pasti banyak yang moshing gitu, mayoritas cowok

kan, dan ya rata-rata penampilannya gitu, jadi yaa bener-bener liat secara luarnya aja. Padahal di balik itu nggak semuanya jahat orangnya haha. Banyak yang baik kok, meskipun penampilannya banyak yang urakan juga. Tapi ya itu susah juga sih…” (Wawancara bersama Iniz, 8 November 2015)

Peneliti kemudian menanyakan bagaimana pola didikan orang tua terhadap anak-anaknya yang terjalin dalam keluarga Iniz, apakah termasuk keluarga yang kaku atau tidak. Menurut Iniz, orang tuanya tidak menerapkan pola asuh yang kaku dalam kesehariannya, namun masih ada beberapa hal yang masih konvensional, seperti adanya jam malam untuk anak perempuan dan, juga sebagai anak perempuan, Iniz juga sangat diawasi dalam pergaulannya. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua Iniz memiliki ketakutan akan pengaruh-pengaruh negatif yang dapat mempengaruhi anaknya. Meskipun Iniz sebenarnya juga sudah tahu batasan-batasan dalam bergaul dan bertindak.

“Enggak sih. Tapi masih ada hal-hal yang konvensional… Gue anak cewek nggak boleh pulang yang terlalu malem, ada jam malem. Yang gitu gitu. Gue nggak terlalu bebas masalah itu. Dan itu, yang dia liat dari lingkungan band gue kan bebas. Tapi gue sendiri masih, masih tau batas, jadi even gue nggak suka diatur tapi gue tau batas. Kayak gitu sih. ” (Wawancara bersama Iniz, 8 November 2015)