Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak
2 Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak
Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak adalah sebuah cerita petualangan dalam bentuk prosa yang dikarang oleh Muhammad Bakir pada tahun 1887. Hikayat ini terkandung dalam sebuah naskah tunggal yang tersimpan di Perpustakaan Nasional dengan kode ML 249.
Ringkasan Cerita
Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak adalah lanjutan dari Hikayat Nakhoda Asyik (lihat deskripsinya di atas). Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak mulai dengan cerita Raja Sahriyuna yang bertahta di negeri Banduburi. Ia mempunyai seorang putri bernama Budi Wangi. Tuan Putri ini memiliki seekor merak mas yang pandai berbicara dan berpantun.
Raja Sahriyuna mempunyai kakak bernama Bujangga Tala, yang tinggal di kampung Kanca Wanis, Negeri Pura Nurani, bersama istri dan dua orang putra, yang bernama Merpati Mas dan Merpati Perak. Mereka hidup dalam kesusahan.
Untuk menghidupi keluarganya, Merpati Mas dan Merpati Perak menangkap burung berbulu indah dan menjualnya di Negeri Pura Nurani. Negeri itu diperintah oleh Raja Sunca Rama, yang memiliki putri bernama Sari Rasmi. Ketika menjual burung-burung itu, Merpati Perak jatuh cinta kepada Sari Rasmi.
Negeri Banduburi hancur diterjang air bah. Rajanya hanyut terseret arus air dan terdampar di tengah hutan. Tuan putri Budi Wangi bersama dua orang dayang berlindung di dalam kulit mutiara yang besar dan selamat dari air bah. Kulit mutiara tenggelam dalam air dan setelah air surut, terjatuh ke dasar sebuah kolam.
Musibah yang menimpa negeri Banduburi merupakan hukuman dari Tuhan karena Sahriyuna mengambil tahta yang bukan haknya. Seharusnya, Bujangga Tala sebagai kakak tertualah yang berhak sebagai raja, bukan adiknya Sahriyuna. Setelah musibah itu, Sahriyuna memutuskan akan bertapa di bawah pohon besar Gampa Anih-Anih.
Bujangga Tala meninjau negeri yang telah musnah oleh air bah. Ia mengenali negeri asalnya sendiri dan menggali tanah untuk menemukan barang-barang sisa kerajaan. Ia pindah ke sana bersama istri dan anaknya. Barang-barang berharga yang amat banyak ditemukan, kemudian dijual oleh kedua anaknya.
Mereka menjual perhiasan sampai ke negeri Purani dan ditangkap karena disangka mencuri perhiasan putri. Ketika Raja Sunca Rama mengetahui mereka bukan pencuri, mereka dibebaskan. Dari hasil berdagang barang-barang itu, mereka membangun negeri baru yang diberi nama negeri Padang Temurat.
Merpati Perak bermaksud balas dendam atas penghinaan Raja Sunca Rama dengan menyerang negeri Purani, tetapi dicegah Bujangga Tala. Mereka kemudian menulis surat kepada raja dengan maksud melamar Sari Rasmi untuk dijodohkan dengan Merpati Mas.
68 Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak
Katalog
Lamaran ditolak dan terjadi peperangan hebat antara Negeri Purani dengan Negeri Padang Temurat.
Perang berakhir dengan kemenangan negeri Padang Temurat. Raja Sunca Rama yang tertangkap diperlakukan dengan hormat. Merpati Perak dan Sari Rasmi dinikahkan dan Raja Sunca Rama pulang ke negerinya. Bujangga Tala bergelar Raja Garu Mahsan, sedangkan Merpati Mas dan Merpati Perak bersalin nama menjadi Patih Mas dan Patih Perak.
Sampai di akhir cerita, Merpati Mas tidak pernah membuka rahasia tentang Tuan Putri Budi Wangi yang bersembunyi di dalam kulit mutiara. Rahasia itu hanya diketahui olehnya dan Merpati Perak.
Cerita ini mempunyai sambungan yang kiranya pernah ditulis oleh Muhammad Bakir dengan judul Hikayat Asma Tuturan, namun naskahnya kini telah hilang.
Kolofon dan tanda tangan Muhammad Bakir di hlm. 270.
Naskah
Teks ditulis di atas kertas eropa, berukuran 31 × 19 cm. Ada empat jenis kertas yang berbeda; salah satunya mempunyai dua cap kertas, yaitu nama BATAVIA dan O GILVIE & C°.
Naskah berjumlah 270 halaman. Tiap halaman terdiri dari 17 baris. Teks ditulis dengan tinta hitam yang kini warnanya pudar menjadi cokelat tua.
Penomoran halaman asli menggunakan angka Arab 1-270. Tulisan naskah masih jelas terbaca. Kertas naskah dalam keadaan baik karena sudah dikonservasi dengan cara dilaminasi. Terdapat gambar ilustrasi pada hlm. 140-144, 146, dan 173.
Pada akhir teks terdapat syair yang berisi pemberitahuan bahwa penulis sudah susah payah menulis hikayat ini dan mengharap uang sewanya sepuluh sen. Syair ini juga berisi sekadar ringkasan cerita. Muhammad Bakir memberitahukan pembaca bahwa hikayat ini ada lagi sambungannya.
Pada halaman awal terdapat daftar judul 20 hikayat dan syair yang disewakan oleh Muhammad Bakir. Pada halaman sebelahnya terdapat judul “Hikayat Merpati Mas dan
Merpati Perak Ceritera Tuan Putri di dalam Kulit Mutiara” serta tanda tangan Muhammad Daftar 20 judul karangan yang disewakan oleh M. Bakir. Bakir.
Halaman kedua berisi judul hikayat dan tanda tangan M. Bakir.
Kolofon
Kolofon pada hlm. 270 menyatakan bahwa hikayat selesai ditulis pada hari Jumat, 20 Dzulhijah 1304, tahun Ba, atau 9 September 1887, pukul 12 siang. Naskah ditulis oleh Muhammad Bakir bin Syafian Usman bin Fadli, Kampung Pecenongan Langgar Tinggi. Kolofon ini disertai tanda tangan Muhammad Bakir.
Estetika Naskah
Tempat sirih dari perak yang
Naskah mengandung 17 gambar ilustrasi, semuanya antara hlm. 135-173. Selain itu,
Bakul, botol dan gelas yang
ditemukan oleh Merpati Mas dan
terdapat 4 gambar hiasan huruf, ditambah 4 buah tanda tangan M. Bakir (di halaman judul
Taman pemandian buatan Merpati Mas
dibawa keluarga Bujangga
Merpati Perak ketika mengorek-
serta hlm. 23 dan 270).
dan Merpati Perak, yang airnya terus
Tala dalam perjalanan (hlm.
ngorek tanah (hlm. 141).
memancur ke atas (hlm. 135).
68 Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak
Katalog
Lamaran ditolak dan terjadi peperangan hebat antara Negeri Purani dengan Negeri Padang Temurat.
Perang berakhir dengan kemenangan negeri Padang Temurat. Raja Sunca Rama yang tertangkap diperlakukan dengan hormat. Merpati Perak dan Sari Rasmi dinikahkan dan Raja Sunca Rama pulang ke negerinya. Bujangga Tala bergelar Raja Garu Mahsan, sedangkan Merpati Mas dan Merpati Perak bersalin nama menjadi Patih Mas dan Patih Perak.
Sampai di akhir cerita, Merpati Mas tidak pernah membuka rahasia tentang Tuan Putri Budi Wangi yang bersembunyi di dalam kulit mutiara. Rahasia itu hanya diketahui olehnya dan Merpati Perak.
Cerita ini mempunyai sambungan yang kiranya pernah ditulis oleh Muhammad Bakir dengan judul Hikayat Asma Tuturan, namun naskahnya kini telah hilang.
Kolofon dan tanda tangan Muhammad Bakir di hlm. 270.
Naskah
Teks ditulis di atas kertas eropa, berukuran 31 × 19 cm. Ada empat jenis kertas yang berbeda; salah satunya mempunyai dua cap kertas, yaitu nama BATAVIA dan O GILVIE & C°.
Naskah berjumlah 270 halaman. Tiap halaman terdiri dari 17 baris. Teks ditulis dengan tinta hitam yang kini warnanya pudar menjadi cokelat tua.
Penomoran halaman asli menggunakan angka Arab 1-270. Tulisan naskah masih jelas terbaca. Kertas naskah dalam keadaan baik karena sudah dikonservasi dengan cara dilaminasi. Terdapat gambar ilustrasi pada hlm. 140-144, 146, dan 173.
Pada akhir teks terdapat syair yang berisi pemberitahuan bahwa penulis sudah susah payah menulis hikayat ini dan mengharap uang sewanya sepuluh sen. Syair ini juga berisi sekadar ringkasan cerita. Muhammad Bakir memberitahukan pembaca bahwa hikayat ini ada lagi sambungannya.
Pada halaman awal terdapat daftar judul 20 hikayat dan syair yang disewakan oleh Muhammad Bakir. Pada halaman sebelahnya terdapat judul “Hikayat Merpati Mas dan
Merpati Perak Ceritera Tuan Putri di dalam Kulit Mutiara” serta tanda tangan Muhammad Daftar 20 judul karangan yang disewakan oleh M. Bakir. Bakir.
Halaman kedua berisi judul hikayat dan tanda tangan M. Bakir.
Kolofon
Kolofon pada hlm. 270 menyatakan bahwa hikayat selesai ditulis pada hari Jumat, 20 Dzulhijah 1304, tahun Ba, atau 9 September 1887, pukul 12 siang. Naskah ditulis oleh Muhammad Bakir bin Syafian Usman bin Fadli, Kampung Pecenongan Langgar Tinggi. Kolofon ini disertai tanda tangan Muhammad Bakir.
Estetika Naskah
Tempat sirih dari perak yang
Naskah mengandung 17 gambar ilustrasi, semuanya antara hlm. 135-173. Selain itu,
Bakul, botol dan gelas yang
ditemukan oleh Merpati Mas dan
terdapat 4 gambar hiasan huruf, ditambah 4 buah tanda tangan M. Bakir (di halaman judul
Taman pemandian buatan Merpati Mas
dibawa keluarga Bujangga
Merpati Perak ketika mengorek-
serta hlm. 23 dan 270).
dan Merpati Perak, yang airnya terus
Tala dalam perjalanan (hlm.
ngorek tanah (hlm. 141).
memancur ke atas (hlm. 135).
70 Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak
Katalog
Kolam di tengah padang, tempat mandi Merpati Mas dan Merpati Perak pada sore hari (hlm. 142).
Gambar gubuk, ceret kopi dan mangkuk, serta pedang di hlm. 140.
Dua kapal asap milik Saudagar Hamdani (hlm. 169). Bulan dan bintang yang diamati
Bujangga Tala bersama kedua anaknya sebagai pedoman (hlm. 143).
Gambar pemandangan dan burung merak di hlm. 144. Ketika sudah tiga hari tiga malam berjalan, Bujangga Tala dan keluarganya sampai di Kampung Kanca Wanis, lalu disambut oleh seekor merak mas.
Peti yang ditemukan oleh Bujangga Tala dan kedua anaknya ketika memacul-macul tanah (hlm. 146).
Gambar kura-kura dan cumi-cumi yang dipakai M. Bakir untuk menutupi kata-kata yang salah di hlm. 11.
Gambar sejenis naga yang dipakai M. Bakir untuk menutupi kata-kata yang salah di hlm. 12.
Rumah besar dan indah yang dibangun oleh Bujangga
Pintu gerbang negeri Padang Temurat yang
Tala di padang Kanca Wanis dengan mempekerjakan
dibangun oleh Bujangga Tala (hlm. 173).
ratusan buruh (hlm. 172). Kata Arkian dihiasi keris, pedang dan katapel (?) di
hlm. 130.
70 Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak
Katalog
Kolam di tengah padang, tempat mandi Merpati Mas dan Merpati Perak pada sore hari (hlm. 142).
Gambar gubuk, ceret kopi dan mangkuk, serta pedang di hlm. 140.
Dua kapal asap milik Saudagar Hamdani (hlm. 169). Bulan dan bintang yang diamati
Bujangga Tala bersama kedua anaknya sebagai pedoman (hlm. 143).
Gambar pemandangan dan burung merak di hlm. 144. Ketika sudah tiga hari tiga malam berjalan, Bujangga Tala dan keluarganya sampai di Kampung Kanca Wanis, lalu disambut oleh seekor merak mas.
Peti yang ditemukan oleh Bujangga Tala dan kedua anaknya ketika memacul-macul tanah (hlm. 146).
Gambar kura-kura dan cumi-cumi yang dipakai M. Bakir untuk menutupi kata-kata yang salah di hlm. 11.
Gambar sejenis naga yang dipakai M. Bakir untuk menutupi kata-kata yang salah di hlm. 12.
Rumah besar dan indah yang dibangun oleh Bujangga
Pintu gerbang negeri Padang Temurat yang
Tala di padang Kanca Wanis dengan mempekerjakan
dibangun oleh Bujangga Tala (hlm. 173).
ratusan buruh (hlm. 172). Kata Arkian dihiasi keris, pedang dan katapel (?) di
hlm. 130.
72 Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak
Kepustakaan
Naskah Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak berkode ML 249 dideskripsikan dalam Catalogus van Ronkel (1909:174) dan dalam Katalogus Sutaarga dkk. (1972:124), serta juga dicatat dalam Katalog Behrend (1998:286).
Naskah ini telah dialihmediakan dalam bentuk mikrofilm dengan nomor rol 661.02. Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak telah dua kali diedit: pertama, sebagai buku
berjudul Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984; kedua, oleh Henri Chambert-Loir dalam buku Sapirin bin Usman, Hikayat Nakhoda Asik; Muhammad Bakir, Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak, Jakarta: Masup Jakarta, 2009.
Katalog