Hikayat Wayang Arjuna

18 Hikayat Wayang Arjuna

Hikayat Wayang Arjuna adalah sebuah cerita wayang dalam bentuk prosa yang dikarang oleh Muhammad Bakir pada tahun 1897. Hikayat ini terkandung dalam sebuah naskah tunggal yang tersimpan di Perpustakaan Nasional dengan kode ML 244.

Ringkasan Cerita

Kisah ini menceritakan kepala Arjuna yang dipenggal tiga kali. Pada suatu hari, Arjuna jatuh sakit. Ia dapat sembuh karena Dewi Jembawati, istri Prabu Jenggala, bernazar akan makan sepiring bersama Arjuna kalau ia sembuh. Arjuna kemudian berkasih-kasihan dengan Dewi Jem-bawati, sehingga menimbulkan angkara Prabu Jenggala. Prabu Jenggala meminta bantuan para Kurawa untuk menangkap Arjuna. Baladewa berhasil memotong kepala Arjuna dan membawanya ke Astina.

Kepala Arjuna dibawa oleh Dewi Banowati, istri Prabu Darawati, ke dalam kamarnya. Pada malam hari, Arjuna hidup kembali dan berkasih-kasihan dengan Dewi Banowati. Setelah diketahui oleh Prabu Darawati, terjadi pertempuran yang hebat. Prabu Darawati melarikan diri ke Suralaya, dikejar Arjuna.

Dalam pada itu, keluarga Pandawa baru mengetahui bahwa Arjuna hilang. Berkat bantuan para batara, Batara Narada dapat menangkap Arjuna dan memenggal kepalanya. Kepala Arjuna diletakkan di Taman Bidadari, sedangkan tubuhnya dihanyutkan di sungai tempat para bidadari mandi. Waktu ditemukan oleh para bidadari, tubuh Arjuna hidup kembali, ditambah dengan empat satria lain yang secakap Arjuna. Kelima satria itu bercumbu rayu dengan para bidadari setiap hari. Keadaan itu membuat Suralaya lesu. Setelah mengetahui sebabnya, Batara Guru dan Batara Narada berperang melawan Arjuna, namun tidak mampu menghadapinya dan melarikan diri ke Amarta. Arjuna mengejar mereka.

Arjuna sampai ke Amarta dan bertemu dengan keluarganya dan meminta maaf atas tindakannya. Ia diminta membuat sumur di belakang keraton Astina. Setelah selesai, kepala Arjuna dipenggal di alun-alun keraton Astina. Saat itu, turunlah hujan lebat sehingga alun- alun Astina tergenang. Setelah itu, datang kemarau panjang selama tujuh tahun, yang membuat orang sulit mendapat air. Semua orang, termasuk para batara, mengambil air ke alun-alun yang tergenang, tetapi baik pria maupun wanita menjadi hamil karena minum air tersebut.

Sementara itu, keempat satria penjelmaan Arjuna pergi mencari Arjuna. Batara Raksaning Jagat yang mengetahui bahwa penyebab keonaran dunia dan Suralaya adalah Arjuna, juga mencari Arjuna untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ia membekali keempat satria tersebut dengan anak panah. Keempat satria itu beserta Arjuna kemudian dapat mengobati semua penderitaan hamil di dunia. Mereka berlima pergi ke Suralaya, tetapi disuruh Batara Raksaning Jagat agar kembali ke dunia. Arjuna berkumpul

Hikayat Wayang Arjuna

Katalog

kembali dengan saudara-saudaranya dan saling bermaafan. (Ringkasan ini berdasarkan Kelima belas gambar ini dilukis dengan gaya yang serupa dengan naskah Hikayat Purasara Ikram 2004:290).

(ML 178) tetapi tidak berwarna. Selain itu, juga terdapat beberapa iluminasi berupa kata syahdan, hatta, sebermula, yang dihiasi dengan tanda tangan Muhammad Bakir (hlm. 5, 135,

Naskah

Teks ditulis dalam buku kas Eropa dengan kertas bergaris biru dan merah, berukuran 33 × 21 Pada hlm. 5 tanda tangan Muhammad Bakir menandai akhir sebuah paragraf. Tanda cm. Naskah berjumlah 214 halaman. Setiap halaman berisi 21 baris.

tangan serupa terdapat pada hlm. 15, 32, 78, 90, 111, 112, 135, 141, 151, 156, 159, 182 dan 195. Teks ditulis dengan menggunakan tinta hitam, (juga tinta hitam, merah, hijau dan biru

Pada hlm. 135 kata syahdan ditambahi tanda tangan Muhammad Bakir. Demikian juga untuk menulis empat nama pada hlm. 88). Meskipun warna tinta memudar, tulisan masih

hlm. 159.

jelas terbaca. Penomoran halaman asli menggunakan angka Arab 1-207; ke-7 halaman

hlm. 5

hlm. 135

terakhir kosong. Kondisi naskah masih baik. Kertas naskah berwarna kecokelat-cokelatan. Ada lembaran yang terlepas dari kurasnya atau koyak pada sisinya. Teks ditulis dalam bahasa Melayu dengan pengaruh bahasa Betawi. Di beberapa bagian terdapat kalimat yang tercampur bahasa Jawa, misalnya “Lelakon ing lakon dadi lakon wewayang ora lalakon ora lakon ora wayang, melainkan ing dalam kun yang dadi lakon.” Pada

Pada hlm. 151 kata hatta ditambahi tanda tangan Muhammad Bakir. Pada hlm. 156 kata akhir teks terdapat kolofon dan syair. Pada hlm. 80 pengarang menyisipkan pantun dalam

sebermula ditambahi tanda tangan Muhammad Bakir.

alur cerita. Saat itu, Lurah Gerubuk sedang menghibur tuannya yang sedang berduka cita.

hlm. 151

hlm. 156

“Sungguh betul apa mau dikata

Jikalau tiada itu, tiada jadi cerita

Sekalian itu kehendak dewata

Timbang dan pikir pula serta

Supaya dapat mengajar yang nyata Tiada disebutkan perkhabaran negeri Ngamarta Perkhabaran lain kami berwarta.”

Pada akhir teks, di hlm. 205, terdapat pernyataan bahwa hikayat ini disewakan sehari Dalam naskah ini banyak sekali ditemukan ilustrasi wayang yang disesuaikan dengan alur

semalam 10 sen, disusul sebuah syair berisi ringkasan cerita.

cerita. Contoh-contohnya di bawah ini.

“Daripada sebab hamba tiada bekerja

Hanya mengajar dan menulis saja

Bukan diminta puji dan dipuja

Itu sepuluh sen buat wang belanja.”

Kolofon

Kolofon di hlm. 203 terbaca: “Telah selesai ini hikayat pada hari Sabtu jam setengah tiga siang berbetulan pada 22 Mei tahun Masehi 1897 tahun Jimakhir berbetulan 20 Zulhijjah hijrat 1314. Dikasih tahu ini hikayat disewakan sehari semalam sepuluh sen dan banyak juga lain-lain hikayat dan sair-sair yang disewakan. Salam takzim daripada saya yang empunya, al-faqir al- hakir 'ila Allah, Muhammad Bakir bin Syafian bin Usman bin Fadli, tukang ajar anak mengaji di Pecenongan Langgar Tinggi”. Selain itu, di tengah cerita (hlm. 87), sebuah surat ditulis pada tgl. “1 Mei 1897”, yaitu hari halaman tersebut disalin.

Semar memberi nasihat kepada Gerubuk agar setiap

Begawan Narada menghadap Batara Guru untuk

Estetika Naskah melaporkan perihal Arjuna yang sedang

pekerjaan yang dibebankan kepada mereka

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya (hlm. 79).

mengamuk membinasakan barisan tentara

Naskah Hikayat Wayang Arjuna banyak dihiasi ilustrasi berupa gambar adegan yang Suralaya (hlm. 81). melibatkan tokoh-tokoh dalam alur cerita, antara lain gambar Lurah Semar sedang berdialog

dengan Gerubug (hlm. 79), gambar Begawan Narada berdialog dengan Batara Guru (hlm. 81), serta juga gambar ilustrasi yang lain (hlm. 84, 97, 115, 117, 121, 122, 125, 126, 127, 131, 154, 155, 173).

Hikayat Wayang Arjuna

Katalog

kembali dengan saudara-saudaranya dan saling bermaafan. (Ringkasan ini berdasarkan Kelima belas gambar ini dilukis dengan gaya yang serupa dengan naskah Hikayat Purasara Ikram 2004:290).

(ML 178) tetapi tidak berwarna. Selain itu, juga terdapat beberapa iluminasi berupa kata syahdan, hatta, sebermula, yang dihiasi dengan tanda tangan Muhammad Bakir (hlm. 5, 135,

Naskah

Teks ditulis dalam buku kas Eropa dengan kertas bergaris biru dan merah, berukuran 33 × 21 Pada hlm. 5 tanda tangan Muhammad Bakir menandai akhir sebuah paragraf. Tanda cm. Naskah berjumlah 214 halaman. Setiap halaman berisi 21 baris.

tangan serupa terdapat pada hlm. 15, 32, 78, 90, 111, 112, 135, 141, 151, 156, 159, 182 dan 195. Teks ditulis dengan menggunakan tinta hitam, (juga tinta hitam, merah, hijau dan biru

Pada hlm. 135 kata syahdan ditambahi tanda tangan Muhammad Bakir. Demikian juga untuk menulis empat nama pada hlm. 88). Meskipun warna tinta memudar, tulisan masih

hlm. 159.

jelas terbaca. Penomoran halaman asli menggunakan angka Arab 1-207; ke-7 halaman

hlm. 5

hlm. 135

terakhir kosong. Kondisi naskah masih baik. Kertas naskah berwarna kecokelat-cokelatan. Ada lembaran yang terlepas dari kurasnya atau koyak pada sisinya. Teks ditulis dalam bahasa Melayu dengan pengaruh bahasa Betawi. Di beberapa bagian terdapat kalimat yang tercampur bahasa Jawa, misalnya “Lelakon ing lakon dadi lakon wewayang ora lalakon ora lakon ora wayang, melainkan ing dalam kun yang dadi lakon.” Pada

Pada hlm. 151 kata hatta ditambahi tanda tangan Muhammad Bakir. Pada hlm. 156 kata akhir teks terdapat kolofon dan syair. Pada hlm. 80 pengarang menyisipkan pantun dalam

sebermula ditambahi tanda tangan Muhammad Bakir.

alur cerita. Saat itu, Lurah Gerubuk sedang menghibur tuannya yang sedang berduka cita.

hlm. 151

hlm. 156

“Sungguh betul apa mau dikata

Jikalau tiada itu, tiada jadi cerita

Sekalian itu kehendak dewata

Timbang dan pikir pula serta

Supaya dapat mengajar yang nyata Tiada disebutkan perkhabaran negeri Ngamarta Perkhabaran lain kami berwarta.”

Pada akhir teks, di hlm. 205, terdapat pernyataan bahwa hikayat ini disewakan sehari Dalam naskah ini banyak sekali ditemukan ilustrasi wayang yang disesuaikan dengan alur

semalam 10 sen, disusul sebuah syair berisi ringkasan cerita.

cerita. Contoh-contohnya di bawah ini.

“Daripada sebab hamba tiada bekerja

Hanya mengajar dan menulis saja

Bukan diminta puji dan dipuja

Itu sepuluh sen buat wang belanja.”

Kolofon

Kolofon di hlm. 203 terbaca: “Telah selesai ini hikayat pada hari Sabtu jam setengah tiga siang berbetulan pada 22 Mei tahun Masehi 1897 tahun Jimakhir berbetulan 20 Zulhijjah hijrat 1314. Dikasih tahu ini hikayat disewakan sehari semalam sepuluh sen dan banyak juga lain-lain hikayat dan sair-sair yang disewakan. Salam takzim daripada saya yang empunya, al-faqir al- hakir 'ila Allah, Muhammad Bakir bin Syafian bin Usman bin Fadli, tukang ajar anak mengaji di Pecenongan Langgar Tinggi”. Selain itu, di tengah cerita (hlm. 87), sebuah surat ditulis pada tgl. “1 Mei 1897”, yaitu hari halaman tersebut disalin.

Semar memberi nasihat kepada Gerubuk agar setiap

Begawan Narada menghadap Batara Guru untuk

Estetika Naskah melaporkan perihal Arjuna yang sedang

pekerjaan yang dibebankan kepada mereka

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya (hlm. 79).

mengamuk membinasakan barisan tentara

Naskah Hikayat Wayang Arjuna banyak dihiasi ilustrasi berupa gambar adegan yang Suralaya (hlm. 81). melibatkan tokoh-tokoh dalam alur cerita, antara lain gambar Lurah Semar sedang berdialog

dengan Gerubug (hlm. 79), gambar Begawan Narada berdialog dengan Batara Guru (hlm. 81), serta juga gambar ilustrasi yang lain (hlm. 84, 97, 115, 117, 121, 122, 125, 126, 127, 131, 154, 155, 173).

Hikayat Wayang Arjuna

Katalog

Gambar Gunungan yang merupakan tanda Arjuna menghadap Eyang Prajungkara yang

bahwa pengarang akan ganti menceritakan meminta agar Arjuna menebus dosa karena

Arjuna menjelma menjadi empat, yaitu Sukma Warna,

Arjuna menjelma sebagai Batara Agung Sakti. Ketika

Sukma Rasa, Sukma Macan, Sukma Rupa. Keempat

kisah lain (hlm. 125). Gambar ini mengandung telah membinasakan rakyat Suralaya (hlm. 84).

Begawan Narada dan Raja Suralaya melarikan diri ke

sukma ini terbang ke Suralaya untuk “bersuka-sukaan”

Gunung Parasu dikejar Arjuna, ternyata Arjuna sudah

dengan para widadari di kayangan (hlm. 122).

tidak kurang dari lima buah tanda tangan

mendahului mereka di gunung tersebut dan menjelma

Muhammad Bakir, semuanya dari tipe yang

menjadi Batara Agung Sakti (hlm. 97).

sama.

Arya Jayasena (Sang Bima) murka ketika tidak

Pendeta Dorna dan Ratu Jenggala memohon melihat Arjuna dan keponakannya di Negeri

Pendeta Dorna ketakutan karena dikejar oleh Arjuna,

Pendeta Dorna memohon kepada Raja Ngamarta

kepada Raja Ngamarta agar Arjuna dilenyapkan Ngamarta, karena khawatir kalau-kalau ada

apalagi dilihatnya Arjuna dibantu kakaknya, Arya

agar Arjuna dilenyapkan dari muka bumi (hlm. 126).

dari muka bumi karena Arjuna, yang mengaku yang menganiaya saudaranya itu (hlm. 115).

Jayasena, (hlm. 117).

sebagai Lanang Sejagat, Sejagat Ning Lanang, dianggap takabur (hlm. 127).

Hikayat Wayang Arjuna

Katalog

Gambar Gunungan yang merupakan tanda Arjuna menghadap Eyang Prajungkara yang

bahwa pengarang akan ganti menceritakan meminta agar Arjuna menebus dosa karena

Arjuna menjelma menjadi empat, yaitu Sukma Warna,

Arjuna menjelma sebagai Batara Agung Sakti. Ketika

Sukma Rasa, Sukma Macan, Sukma Rupa. Keempat

kisah lain (hlm. 125). Gambar ini mengandung telah membinasakan rakyat Suralaya (hlm. 84).

Begawan Narada dan Raja Suralaya melarikan diri ke

sukma ini terbang ke Suralaya untuk “bersuka-sukaan”

Gunung Parasu dikejar Arjuna, ternyata Arjuna sudah

dengan para widadari di kayangan (hlm. 122).

tidak kurang dari lima buah tanda tangan

mendahului mereka di gunung tersebut dan menjelma

Muhammad Bakir, semuanya dari tipe yang

menjadi Batara Agung Sakti (hlm. 97).

sama.

Arya Jayasena (Sang Bima) murka ketika tidak

Pendeta Dorna dan Ratu Jenggala memohon melihat Arjuna dan keponakannya di Negeri

Pendeta Dorna ketakutan karena dikejar oleh Arjuna,

Pendeta Dorna memohon kepada Raja Ngamarta

kepada Raja Ngamarta agar Arjuna dilenyapkan Ngamarta, karena khawatir kalau-kalau ada

apalagi dilihatnya Arjuna dibantu kakaknya, Arya

agar Arjuna dilenyapkan dari muka bumi (hlm. 126).

dari muka bumi karena Arjuna, yang mengaku yang menganiaya saudaranya itu (hlm. 115).

Jayasena, (hlm. 117).

sebagai Lanang Sejagat, Sejagat Ning Lanang, dianggap takabur (hlm. 127).

Hikayat Wayang Arjuna

Katalog

Arjuna bertemu dengan Lurah Semar dan Srikandi, yang sedang Petruk melihat Gareng sedang berkelahi mempertahankan air sumur Pandawa menangis karena mendengar bahwa Arjuna telah dua kali dibunuh.

dari serbuan musuh yang hendak meminta air mujarab itu (hlm. 155). Lurah Semar menasihati Arjuna agar jangan takabur (hlm. 131).

Nala Gareng sedang menjaga air sumur Pandawa yang dapat menyembuhkan penyakit bunting. Waktu itu, seluruh raja yang

memusuhi Arjuna mendapat penyakit bunting (hlm. 154).

Sang Gatotsura sedang berperang dengan rakyat Suralaya

(hlm. 173).

Hikayat Wayang Arjuna

Katalog

Arjuna bertemu dengan Lurah Semar dan Srikandi, yang sedang Petruk melihat Gareng sedang berkelahi mempertahankan air sumur Pandawa menangis karena mendengar bahwa Arjuna telah dua kali dibunuh.

dari serbuan musuh yang hendak meminta air mujarab itu (hlm. 155). Lurah Semar menasihati Arjuna agar jangan takabur (hlm. 131).

Nala Gareng sedang menjaga air sumur Pandawa yang dapat menyembuhkan penyakit bunting. Waktu itu, seluruh raja yang

memusuhi Arjuna mendapat penyakit bunting (hlm. 154).

Sang Gatotsura sedang berperang dengan rakyat Suralaya

(hlm. 173).

Hikayat Wayang Arjuna

Kepustakaan

Naskah Wayang Arjuna telah dideskripsikan dalam Catalogus van Ronkel (1909:28-29) dan Katalogus Sutaarga dkk. (1972:12) serta dicatat dalam Katalog Behrend (1998:286).

Naskah ini telah dialihmediakan dalam bentuk mikrofilm dengan nomor rol 173.05. Hikayat ini sudah diedit dua kali:

- dalam buku Hikayat Wayang Arjuna dan Purusara oleh Nikmah Sunardjo dkk., Jakarta: Pusat Bahasa, 1991; - dalam Kumpulan Cerita Wayang Versi Pecenongan: Suntingan Teks yang digarap oleh Nur-Karim dkk., Jakarta: Perpustakaan Nasional R.I., 2012.

Katalog