Hikayat Agung Sakti

14 Hikayat Agung Sakti

Hikayat Agung Sakti adalah cerita wayang berbentuk prosa. Hikayat ini terkandung dalam sebuah naskah tunggal yang tersimpan di Perpustakaan Nasional dengan kode ML 260.

Ringkasan Cerita

Hikayat Agung Sakti berisi cerita tentang Batara Guru dan Narada di Suralaya. Mereka sedang membicarakan Dewa Agung Sakti yang membuat keonaran. Agung Sakti merayu para bidadari dan menimbulkan wabah penyakit di kayangan. Batara Guru memutuskan mengusir Agung Sakti dari tempat bidadari dengan meminta bantuan Sakutaram. Sebenarnya, Agung Sakti adalah penjelmaan dari gigi Semar yang tanggal ketika sedang tertidur pulas. Terjadi perang antara Agung Sakti dan Sakutaram. Agung Sakti tidak terkalahkan karena gagah dan sakti. Namun, ketika terkena panah sakti Sakutaram, maka Agung Sakti melesat kembali ke asalnya dan jatuh ke mulut Semar, lalu berubah kembali menjadi gigi Semar yang hilang.

Lurah Semar tersadar dari tidurnya dan merasa heran karena ia berada di kayangan. Ia lalu meraba gusinya. Ternyata, giginya yang hilang telah kembali. Ia ingin marah kepada Patih Narada, tetapi diredakan amarahnya oleh Batara Guru. Lurah Semar kemudian kembali pulang ke negeri Pandawa.

Di akhir cerita, Sakutaram menunggu musuhnya yang tidak muncul kembali. Ia pun pulang ke kayangan dan kembali pada asalnya menjadi bagawan bernama Bagawan Sakutaram.

Naskah

Naskah ML 260 setebal 138 halaman berukuran 31,5 × 19 cm. Kertas yang digunakan merupakan campuran tiga jenis kertas Eropa. Pertama, hlm. 1-50, kertas tebal kecokelat - cokelat an yang telah dilaminasi sehingga cap kertas susah terlihat; di beberapa lembar terlihat cap C ONCORDIA . Kedua, hlm. 51-90, kertas putih kekuning-kuningan bergaris bercap kertas G K OLFF & C° serta B ATAVIA . Ketiga, hlm. 91-138, kertas putih bergaris tanpa cap kertas.

Kondisi kertas cukup baik karena sudah dikonservasi dengan cara dilaminasi. Penomoran halaman asli menggunakan angka Arab 1-137. Tiap halaman berisi 16-19 baris (kecuali hlm. 40 yang tidak kurang dari 29 baris).

Tulisan naskah masih jelas terbaca. Tinta yang digunakan berwarna hitam, tetapi kini menjadi cokelat tua. Teks terbagi atas sejumlah paragraf. Pada akhir naskah tersapat sebuah syair berisi pesan pengarang kepada pembaca:

Hamba miskin hina dan papa Suda bebal bertambah pelupa Hikayat dikarang mengharap upah

Sepuluh sen itu tiada seberapa Sepuluh sen itu sudah patutnya

Dalam sehari semalam itu sewanya

Hikayat Agung Sakti

Katalog

Tiada rugi dengan ceritanya

Sebab 10 sen pulangin wang capenya

Kolofon

Cape menulis pegal mengarang

Kolofon pada hlm. 137 menyatakan bahwa hikayat telah “selesai ditulis pada berbetulan 18 Baca hikayat menjadi girang

Upahnya sepuluh sen dibilang terang

Dapat tahu raja berperang

Oktober 1892, malam Selasa, jam pukul sebelas, ketika tanggal 26 Rabiul Awwal 1310 H.” Sepuluh sen itu diberinya nyata

Naskah dikarang oleh Muhammad Bakir bin Syafian Usman Fadli, Kampung Pecenongan Belon wang kertasnya dan tinta

Wang mengarang ini cerita

Wang minyak lampu pelita

Langgar Tinggi.

Maka itu jangan takut rugi

Sewa hikayat jangan sampai tagih

Bayaran betul boleh dapat lagi

Boleh dengar cerita berbagai-bagai.

Estetika Naskah

ZDalam naskah ini hanya ditemukan satu iluminasi berupa gambar gunungan pewayangan, Selanjutnya masih terdapat daftar judul hikayat yang disewakan di taman bacaan keluarga

namun dengan motif hiasan yang tidak lazim, pada hlm. 134.

Fadli (hlm. 138, lihat di bawah).

Ilustrasi pada hlm. 134

Kolofon pada hlm. 137

Kepustakaan

Naskah Hikayat Agung Sakti dideskripsikan dalam Catalogus van Ronkel (1909:32) dan Katalogus Sutaarga dkk. (1972:15), serta tercatat dalam Katalog Behrend (1998:286).

Hikayat ini telah diedit dua kali:

1. Dalam disertasi di Universitas Gajah Mada oleh Bani Sudardi dengan judul “Peran Semar dalam Teks Melayu: Suntingan Teks serta Kajian Peran dan Makna Semar dalam Hikayat Agung Sakti”, 2003.

2. Dalam buku Kumpulan Cerita Wayang Versi Pecenongan: Suntingan Teks, disusun oleh Nur- Karim dkk., 2012

Halaman yang memuat 30 judul karangan yang disewakan Muhammad Bakir.

Hikayat Agung Sakti

Katalog

Tiada rugi dengan ceritanya

Sebab 10 sen pulangin wang capenya

Kolofon

Cape menulis pegal mengarang

Kolofon pada hlm. 137 menyatakan bahwa hikayat telah “selesai ditulis pada berbetulan 18 Baca hikayat menjadi girang

Upahnya sepuluh sen dibilang terang

Dapat tahu raja berperang

Oktober 1892, malam Selasa, jam pukul sebelas, ketika tanggal 26 Rabiul Awwal 1310 H.” Sepuluh sen itu diberinya nyata

Naskah dikarang oleh Muhammad Bakir bin Syafian Usman Fadli, Kampung Pecenongan Belon wang kertasnya dan tinta

Wang mengarang ini cerita

Wang minyak lampu pelita

Langgar Tinggi.

Maka itu jangan takut rugi

Sewa hikayat jangan sampai tagih

Bayaran betul boleh dapat lagi

Boleh dengar cerita berbagai-bagai.

Estetika Naskah

ZDalam naskah ini hanya ditemukan satu iluminasi berupa gambar gunungan pewayangan, Selanjutnya masih terdapat daftar judul hikayat yang disewakan di taman bacaan keluarga

namun dengan motif hiasan yang tidak lazim, pada hlm. 134.

Fadli (hlm. 138, lihat di bawah).

Ilustrasi pada hlm. 134

Kolofon pada hlm. 137

Kepustakaan

Naskah Hikayat Agung Sakti dideskripsikan dalam Catalogus van Ronkel (1909:32) dan Katalogus Sutaarga dkk. (1972:15), serta tercatat dalam Katalog Behrend (1998:286).

Hikayat ini telah diedit dua kali:

1. Dalam disertasi di Universitas Gajah Mada oleh Bani Sudardi dengan judul “Peran Semar dalam Teks Melayu: Suntingan Teks serta Kajian Peran dan Makna Semar dalam Hikayat Agung Sakti”, 2003.

2. Dalam buku Kumpulan Cerita Wayang Versi Pecenongan: Suntingan Teks, disusun oleh Nur- Karim dkk., 2012

Halaman yang memuat 30 judul karangan yang disewakan Muhammad Bakir.

118 Hikayat Agung Sakti

Naskah Hikayat Agung Sakti (ML 260, Koleksi Perpustakaan Nasional)

Katalog