Syair Perang Pandawa

13 Syair Perang Pandawa

Sair Perang Pandawa adalah sebuah cerita wayang dalam bentuk syair sepanjang 1018 bait. Sair Perang Pandawa terkandung dalam sebuah naskah tunggal yang tersimpan di Perpustakaan Nasional dengan kode ML 248. Syair ini sering disebut sebagai Syair Cerita Wayang, misalnya dalam berbagai katalog, tetapi judul yang sebenarnya disebut pada halaman pertama, ialah “Syair Perang Pandawa: Darmakusuma jadi kumbang, inilah syairnya”.

Ringkasan Cerita

Sair Perang Pandawa tampak seolah-olah terdiri atas tiga kisah terpisah. Pertama, cerita tentang lima dewa yang menjelma menjadi Pandawa untuk menguji para Pandawa yang sebenarnya: “Raja Kayangan empunya ceritera, akan memerintah lima batara, turun ke dunia dengan segera, mencoba Dewanata empunya putra” (hlm. 1). Maka Aria Sejati menjelma sebagai Darmakusuma di Cuaca Nagara, Juata Kala sebagai Jaya Sena (Bima) di Jambi Pura, Ganda Kusuma sebagai Arjuna di Pura Nagara, sementara Ganda Parwati dan Ganda Prawira menjelma sebagai Sakula dan Sadewa di Kinsi dan Kinsu. Masing-masing batara itu mengadu kesaktian dengan Pandawa sesamanya, tetapi mereka kalah dan pulang ke kayangan.

Kedua, cerita tentang peperangan antara keluarga Pandawa dan Kurawa, terutama pertempuran antara Pandita Durna dan para panakawan. Situasi semakin kacau karena baik Darmakusuma maupun Arjuna hilang. Peperangan ini didamaikan oleh Raja Darawati dari Janggala.

Ketiga, pada akhir babak pertama, Darmakusuma (yang asli) dibunuh oleh para dewa, sementara tubuhnya menjelma sebagai kembang harum yang dijaga oleh empat batara. Banyak tokoh berusaha merebut kembang tersebut, termasuk Arjuna, Durna dan Gatotkaca. Akhirnya, kembang itu dibawa ke dalam kamar Darmakusuma oleh sebuah anak panah yang dilepaskan oleh Darawati, barulah Darmakusuma menjelma kembali sebagai manusia.

Naskah

Teks ditulis di atas kertas folio bergaris, berukuran 31,5 × 19 cm. Terdapat dua cap kertas dalam bagian awal naskah, yaitu nama G K OLFF & C° dan B ATAVIA .

Syair Perang Pandawa

Katalog

Naskah berjumlah 136 halaman. Penomoran asli menggunakan angka Arab 2- Kondisi kertas kurang baik, berwarna kecokelat-cokelatanan, lapuk, dan 126, dengan kekeliruan (97, 98, 89, 90), yang kemudian dikoreksi orang lain

getas akibat senyawa lignin, serta pengaruh asam dalam kertas. Pada hlm. 1-2, dengan pulpen. Tiap halaman berisi 15 baris. Tulisan masih jelas terbaca.

15-20, 37-40, 57-60, 121-122, dan 135-136, kertas terlepas dari kurasnya. Tinta yang digunakan berwarna hitam, tetapi sudah menjadi cokelat tua.

Pada halaman pertama, Muhammad Bakir memberikan daftar 20 judul karangan (19 hikayat dan 1 syair) yang disewakannya.

Kolofon

Di bagian akhir syairnya, pada hlm. 135, dinyatakan bahwa naskah selesai ditulis pada tanggal 9 Desember 1890, jam 12 malam Selasa, atau 25 Rabiul Akhir 1308. Naskah ditulis oleh Muhammad Bakir di Pecenongan, Langgar Tinggi.

Dalam kolofon ini, tercatat peristiwa di luar cerita sebagai berikut: “Mengarang sair siang dan malam, sekarang sudah hatinya kelam, 25 Rabiulakhir bulan Islam, di itu bulan matinya Willem” (hlm. 136). Maksudnya Raja Belanda Willem III, ayah Ratu Wilhelmina, yang sebenarnya meninggal tgl. 23 November 1890: bulan Masehinya lain tapi bulan Hijriah tetap Rabiulakhir.

Estetika Naskah

Iluminasi ditemukan dalam teks naskah ini berupa gambar bunga mawar pada hlm. 53, 62, dan 121. Gambar ilustrasi berbentuk anak panah dililit bunga mawar ditemukan pada hlm. 127.

hlm. 53

hlm. 62

Halaman yang berisi daftar judul karangan yang disewakan Muhammad Bakir.

Syair Perang Pandawa

Katalog

Naskah berjumlah 136 halaman. Penomoran asli menggunakan angka Arab 2- Kondisi kertas kurang baik, berwarna kecokelat-cokelatanan, lapuk, dan 126, dengan kekeliruan (97, 98, 89, 90), yang kemudian dikoreksi orang lain

getas akibat senyawa lignin, serta pengaruh asam dalam kertas. Pada hlm. 1-2, dengan pulpen. Tiap halaman berisi 15 baris. Tulisan masih jelas terbaca.

15-20, 37-40, 57-60, 121-122, dan 135-136, kertas terlepas dari kurasnya. Tinta yang digunakan berwarna hitam, tetapi sudah menjadi cokelat tua.

Pada halaman pertama, Muhammad Bakir memberikan daftar 20 judul karangan (19 hikayat dan 1 syair) yang disewakannya.

Kolofon

Di bagian akhir syairnya, pada hlm. 135, dinyatakan bahwa naskah selesai ditulis pada tanggal 9 Desember 1890, jam 12 malam Selasa, atau 25 Rabiul Akhir 1308. Naskah ditulis oleh Muhammad Bakir di Pecenongan, Langgar Tinggi.

Dalam kolofon ini, tercatat peristiwa di luar cerita sebagai berikut: “Mengarang sair siang dan malam, sekarang sudah hatinya kelam, 25 Rabiulakhir bulan Islam, di itu bulan matinya Willem” (hlm. 136). Maksudnya Raja Belanda Willem III, ayah Ratu Wilhelmina, yang sebenarnya meninggal tgl. 23 November 1890: bulan Masehinya lain tapi bulan Hijriah tetap Rabiulakhir.

Estetika Naskah

Iluminasi ditemukan dalam teks naskah ini berupa gambar bunga mawar pada hlm. 53, 62, dan 121. Gambar ilustrasi berbentuk anak panah dililit bunga mawar ditemukan pada hlm. 127.

hlm. 53

hlm. 62

Halaman yang berisi daftar judul karangan yang disewakan Muhammad Bakir.

Syair Perang Pandawa

hlm. 121

hlm. 127

Kepustakaan

Naskah Syair Perang Pandawa ML 248 telah dideskripsikan (dengan judul Syair Cerita Wayang) dalam Catalogus van Ronkel (1909: 314) dan Katalogus Sutaarga dkk. (1972: 242), serta tercatat dalam Katalog Behrend (1998: 286).

Syair Perang Pandawa telah diedit dalam sebuah skripsi berjudul “Syair Cerita Wayang: Suntingan Naskah Disertai Tinjauan Alur” oleh Nur Kusumawardani, Jakarta: FSUI, 1984.

Katalog