Hikayat Maharaja Garbak Jagat

15 Hikayat Maharaja Garbak Jagat

Hikayat Maharaja Garbak Jagat adalah cerita wayang dalam bentuk prosa. Hikayat ini terkandung dalam sebuah naskah tunggal yang tersimpan di Perpustakaan Nasional dengan kode ML 251.

Ringkasan Cerita

Hikayat Maharaja Garbak Jagat berisi cerita tentang keluarga Pandawa. Suatu hari, di balai pertemuan, Raja Pandawa, Darmawangsa Darmakusuma menerima Sang Sang Bima, Arjuna, Sakula dan Sadewa, Purbaya dari Pringgadani, Antareja, Raden Tanjung Anom Angkawijaya, dan Semar beserta anak- anaknya yang datang menghadap.

Mereka membicarakan cincin permata yang ditemukan oleh Gerubuk. Raja Darmakusuma mengetahui bahwa cincin tersebut milik Batara Narada yang hilang dan memutuskan untuk mengembalikan cincin kepada pemiliknya di Suralaya. Gerubuk, Nala Gareng, dan Anggalia (Petruk) mendapat tugas mengembalikan cincin kepada Batara Narada.

Dalam perjalanan ke Suralaya, mereka dicegat oleh pihak Kurawa, dipimpin oleh Pendeta Dorna, yang ingin merampas cincin tersebut. Gerubuk dan saudaranya kewalahan melawan para Kurawa. Datanglah Abiyasa, kakek para Pandawa, membantu dengan memberikan cincin palsu kepada Gerubuk, sedangkan cincin asli disembunyikan di sela-sela bubul kaki Nala Gareng. Dengan demikian, cincin “Sarung Jari Tangan” milik Batara Narada dapat diselamatkan.

Cincin palsu dirampas oleh Pendeta Dorna dan diserahkan kepada Batara Narada. Setelah diberi tahu oleh Narada bahwa cincin itu palsu, Pendeta Dorna kembali pulang ke Astina dengan rasa malu. Gerubuk dan saudaranya berhasil menyerahkan cincin kepada Batara Narada dan diajak naik ke Suralaya. Setelah Narada menjanjikan bahwa mereka akan diberi balasan atas jasanya, Gerubuk lalu meninggalkan kayangan.

Kurawa yang pernah ditipu oleh Gerubuk dan saudaranya berencana hendak membunuh mereka. Mereka mengumpulkan bala tentaranya di tempat yang akan dilewati Gerubuk. Peperangan tidak terelakkan lagi. Sembilanpuluh sembilan orang Kurawa dan bala tentaranya mengeroyok, membunuh dan mencincang Gerubuk bersaudara.

Atas bantuan Raden Samba dan Patih Lisanpura, musuh-musuh Gerubuk dapat dikalahkan. Raden Samba dan Patih Lisanpura menunggui mayat Gerubuk bersaudara sebelum dibawa pulang ke Pandawa. Batara Ludira menghidupkan kembali Gerubuk bersaudara, lalu mereka disuruh pulang ke negeri Pandawa. Namun Gerubuk dan saudaranya tidak jadi pulang sebab mendengar kabar bahwa mereka akan dibunuh oleh Arjuna atas perintah gurunya, Pendeta Dorna, yang dipermalukan oleh Gerubuk. Lurah Semar, yang mendengar anaknya mau dibunuh, pergi meninggalkan Amarta untuk mencari anaknya. Ia menyamar sebagai Pendeta Cantrik Marga Semirang yang bertapa di tepi kolam ajaib.

Hikayat Maharaja Garbak Jagat

Katalog

Ketika Gerubuk dan saudaranya sampai di tepi kolam, mereka tidak mengenali ayahnya

hlm. 111

yang telah berubah rupa. Atas nasihat Cantrik Marga Semirang, Gerubuk dan saudaranya mandi di kolam. Gerubuk berubah rupa menjadi Maharaja Garbak Jagat, Petruk Anggalia menjadi Patih Laya Anggalaya, dan Nala Gareng menjadi Bupati Nala Guriang Nala. Garbak Jagat menjadi raja di Banjar Parsanga.

Bersama kedua saudaranya, Garbak Jagat menyerang Astina. Negeri Astina dapat dikalahkannya, tetapi Pendeta Dorna dan anaknya, Bambang

Sutama berhasil meloloskan

diri. Suralaya juga tidak luput dari serangan Garbak Jagat. Pasukan batara tidak mampu bertahan dan kalah melawannya. Akhirnya, Batara Guru dan Narada turun ke dunia

hlm. 134

meminta bantuan Arjuna. Perang tanding antara Arjuna dan Garbak Jagat pun terjadi. Arjuna kewalahan, lalu mengeluarkan senjata saktinya. Garbak Jagat, Patih Laya Anggalaya, dan Bupati Nala Guriang Nala yang sedang menantang-nantang terkena anak panah Arjuna, lalu berubah kembali ke asalnya menjadi Gerubuk, Anggalia, dan Gareng. Mereka lalu menyembah meminta ampun. Arjuna memaafkan punakawannya dan mereka pun saling berjabat tangan. Ketika melihat anak-anaknya kembali ke wujud aslinya, Cantrik Marga Semirang pun kemudian mengubah dirinya kembali menjadi Semar. Arjuna pulang ke negeri Amarta. Pendeta Dorna bersama Bambang Sutama pulang ke Astina. Gerubuk, Anggalia, dan Gareng pun mengikuti tuannya, Arjuna, pulang ke Amarta.

Naskah

Teks ditulis di atas kertas Eropa bergaris berukuran 31 × 19,5 cm. Tidak terdapat cap kertas. Naskah berjumlah 208 halaman. Penomoran halaman asli ditulis dengan angka Arab 1-205. hlm. 58

Tiap halaman berisi 17-19 baris. Tulisan masih jelas terbaca. Teks ditulis dengan tinta hitam, yang sudah menjadi cokelat tua. Kondisi naskah masih baik. Teks terbagi atas sejumlah paragraf.

Kolofon

Kolofon pada hlm. 204 menyatakan bahwa naskah selesai ditulis tanggal 19 Nopember 1892 tahun Zai atau 29 Rabiul Akhir 1310. Naskah ditulis oleh Muhammad Bakir bin Syafian bin Usman Fadli, Betawi, Kampung Pecenongan Langgar Tinggi. Informasi yang sama juga terdapat pada hlm. 1.

Naskah ditutup dengan syair tentang uang sewa sebesar 10 sen sebagai upah pengarangnya. Muhammad Bakir sedikitnya tiga kali menyatakan uang sewa itu sangat

Kepustakaan

diperlukannya karena ia orang miskin yang sulit menghidupi anak istrinya. Naskah Hikayat Maharaja Garbak Jagat telah dideskripsikan dalam Catalogus van Ronkel (1909:20) dan Katalogus Sutaarga dkk. (1972:10), dan juga tercatat dalam Katalog Behrend

Estetika Naskah

Iluminasi ataupun ilustrasi tidak ditemukan dalam teks naskah ini, tetapi beberapa kata Hikayat ini telah diterbitkan dalam buku berjudul Hikayat Maharaja Garebag Jagat : dihiasi dengan gambar, misalnya kata kalakian dihiasi gambar dua ekor burung (hlm. 111) dan

Suntingan Naskah Disertai Tinjauan Tema dan Amanat Cerita Serta Fungsi Panakawan di kata syahdan dihiasi gambar daun dan buah (hlm. 134). Tanda tangan Muhammad Bakar

Dalamnya, oleh Nikmah Sunardjo, Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

beberapa kali diselipkan ke dalam teks (misalnya hlm. 5, 58, dan 203).

Hikayat Maharaja Garbak Jagat

Katalog

Ketika Gerubuk dan saudaranya sampai di tepi kolam, mereka tidak mengenali ayahnya

hlm. 111

yang telah berubah rupa. Atas nasihat Cantrik Marga Semirang, Gerubuk dan saudaranya mandi di kolam. Gerubuk berubah rupa menjadi Maharaja Garbak Jagat, Petruk Anggalia menjadi Patih Laya Anggalaya, dan Nala Gareng menjadi Bupati Nala Guriang Nala. Garbak Jagat menjadi raja di Banjar Parsanga.

Bersama kedua saudaranya, Garbak Jagat menyerang Astina. Negeri Astina dapat dikalahkannya, tetapi Pendeta Dorna dan anaknya, Bambang

Sutama berhasil meloloskan

diri. Suralaya juga tidak luput dari serangan Garbak Jagat. Pasukan batara tidak mampu bertahan dan kalah melawannya. Akhirnya, Batara Guru dan Narada turun ke dunia

hlm. 134

meminta bantuan Arjuna. Perang tanding antara Arjuna dan Garbak Jagat pun terjadi. Arjuna kewalahan, lalu mengeluarkan senjata saktinya. Garbak Jagat, Patih Laya Anggalaya, dan Bupati Nala Guriang Nala yang sedang menantang-nantang terkena anak panah Arjuna, lalu berubah kembali ke asalnya menjadi Gerubuk, Anggalia, dan Gareng. Mereka lalu menyembah meminta ampun. Arjuna memaafkan punakawannya dan mereka pun saling berjabat tangan. Ketika melihat anak-anaknya kembali ke wujud aslinya, Cantrik Marga Semirang pun kemudian mengubah dirinya kembali menjadi Semar. Arjuna pulang ke negeri Amarta. Pendeta Dorna bersama Bambang Sutama pulang ke Astina. Gerubuk, Anggalia, dan Gareng pun mengikuti tuannya, Arjuna, pulang ke Amarta.

Naskah

Teks ditulis di atas kertas Eropa bergaris berukuran 31 × 19,5 cm. Tidak terdapat cap kertas. Naskah berjumlah 208 halaman. Penomoran halaman asli ditulis dengan angka Arab 1-205. hlm. 58

Tiap halaman berisi 17-19 baris. Tulisan masih jelas terbaca. Teks ditulis dengan tinta hitam, yang sudah menjadi cokelat tua. Kondisi naskah masih baik. Teks terbagi atas sejumlah paragraf.

Kolofon

Kolofon pada hlm. 204 menyatakan bahwa naskah selesai ditulis tanggal 19 Nopember 1892 tahun Zai atau 29 Rabiul Akhir 1310. Naskah ditulis oleh Muhammad Bakir bin Syafian bin Usman Fadli, Betawi, Kampung Pecenongan Langgar Tinggi. Informasi yang sama juga terdapat pada hlm. 1.

Naskah ditutup dengan syair tentang uang sewa sebesar 10 sen sebagai upah pengarangnya. Muhammad Bakir sedikitnya tiga kali menyatakan uang sewa itu sangat

Kepustakaan

diperlukannya karena ia orang miskin yang sulit menghidupi anak istrinya. Naskah Hikayat Maharaja Garbak Jagat telah dideskripsikan dalam Catalogus van Ronkel (1909:20) dan Katalogus Sutaarga dkk. (1972:10), dan juga tercatat dalam Katalog Behrend

Estetika Naskah

Iluminasi ataupun ilustrasi tidak ditemukan dalam teks naskah ini, tetapi beberapa kata Hikayat ini telah diterbitkan dalam buku berjudul Hikayat Maharaja Garebag Jagat : dihiasi dengan gambar, misalnya kata kalakian dihiasi gambar dua ekor burung (hlm. 111) dan

Suntingan Naskah Disertai Tinjauan Tema dan Amanat Cerita Serta Fungsi Panakawan di kata syahdan dihiasi gambar daun dan buah (hlm. 134). Tanda tangan Muhammad Bakar

Dalamnya, oleh Nikmah Sunardjo, Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

beberapa kali diselipkan ke dalam teks (misalnya hlm. 5, 58, dan 203).

122 Hikayat Maharaja Garbak Jagat

Daftar 30 judul karangan yang disewakan oleh Muhammad Bakir

Katalog