Hikayat Asal Mulanya Wayang

11 Hikayat Asal Mulanya Wayang

Hikayat Asal Mulanya Wayang adalah sebuah cerita wayang berbentuk prosa. Hikayat ini terkandung dalam sebuah naskah tunggal yang tersimpan di Perpustakaan Nasional dengan kode ML 241. Hikayat ini juga dikenal dengan nama Hikayat Wayang Pandu karena judul itulah yang tercantum dalam katalog van Ronkel (1909:22). Hikayat ini ditulis Muhammad Bakir berdasarkan cerita seorang dalang dari Kampung Jagal, Pasar Senen (hlm. 207).

Ringkasan Cerita

Hikayat Asal Mulanya Wayang berisi silsilah Pandu Dewanata, leluhur keluarga Pandawa, yang diturunkan oleh para dewa dari kayangan. Pada asal mulanya adalah Rama. Ia mendapat anak bernama Bermana. Bermana memperoleh putra yang diberi nama Parikenan.

Karena ingin menciptakan keramaian di alam dunia, para dewa memerintahkan Parikenan turun ke dunia untuk menjadi raja. Ia ditemani bidadari Maya Siti sebagai istrinya, serta Batara Jagat yang menyamar menjadi Lurah Semar. Semar pun menciptakan punakawan, yaitu Gerubuk, Anggalia, Gareng, dan Cemuris.

Parikenan bersama Lurah Semar mendirikan sebuah negeri bernama Mandili Diraja. Silsilah keluarga Pandu dimulai dari Parikenan, lalu Kemunuyusu, Sakutaram, Sakkara, Purasara, dan Ganggasuta yang bergelar Begawan Abiyasa. Ganggasuta berputra 3 orang, yaitu Destarata, Pandu Dewanata, dan Rama Widura.

Di akhir naskah, diceritakan peperangan Pandu Dewanata dengan musuh-musuhnya. Dari peperangan tersebut, Pandu mendapat 3 orang istri, yaitu Dewi Kunti, Dewi Rukmini, dan Dewi Gandawati. Pandu memboyong ketiga istrinya pulang ke Astina, diiringi Abiyasa, Lurah Semar dan Gerubuk.

Pada halaman terakhir dijelaskan: “Ini hikayat ada lagi sambungannya pada lain kerisan, yaitu Pandu turun pada Pandawa Lima” (hlm. 281), maksudnya Hikayat Gelaran Pandu Turunan Pandawa yang terdapat dalam naskah ML 253.

Naskah

Teks ditulis di atas kertas Eropa bergaris berukuran 32 × 20 cm. Tidak terdapat cap kertas. Naskah berjumlah 282 halaman. Penomoran halaman asli ditulis dengan angka Arab 1-281. Tiap halaman berisi 17 baris. Pada halaman terakhir terdapat 3 halaman kosong.

Kertas sudah dikonservasi dengan cara dilaminasi. Dengan demikian, kertas yang sebelumnya lepas dari kurasnya dan hlm. 157-158 yang sobek dapat tersusun kembali pada jilidannya.

Tulisan kurang jelas terbaca. Tinta yang digunakan sudah pudar. Pada hlm. 1 terdapat daftar 30 judul naskah yang disewakan oleh Muhammad Bakir.

Hikayat Asal Mulanya Wayang

Kolofon pada hlm. 281 menyatakan bahwa naskah selesai dikarang oleh Muhammad Bakir Syafian bin Usman al-Fadli, Kampung Pecenongan, pada tanggal 6 Agustus 1890. Di samping

Gambar vas bunga dan burung di

kolofon sebelah kanan, nama Muhammad Bakir tertulis dengan huruf Tionghoa. Pada hlm.

tengah teks (hlm. 78).

233 terdapat juga tanggal 17 Hapit 1306 dan 15 Juli 1889. Selain itu, pada hlm. 256, sebuah adegan cerita terjadi pada tgl. 15 Muharam 1307 (yakni 11 September 1889). Dalam naskah- naskah Muhammad Bakir, biasanya tanggal-tanggal yang terselip dalam teks adalah tanggal

halaman yang bersangkutan disalin. Dalam hal naskah ML 241 ini, rasanya tidak mungkin Kata syahdan ditulis menyerupai

gambar daun dan buah, serta

naskah disalin selama jangka waktu setahun lebih (dari Juli 1889 sampai Agustus 1890), diapit oleh tanda tangan sehingga terbuka kemungkinan bahwa kedua tanggal dalam tahun 1889 tersebut disalin Muhammad Bakir (hlm. 27).

dari naskah yang digunakan Muhammad Bakir sebagai model penyalinan.

Estetika Naskah Kata alkisah menyerupai seekor

burung (hlm. 59 & 91)

Iluminasi tidak ditemukan dalam teks naskah ML 241, namun ada beberapa ilustrasi seperti gambar vas bunga dan burung (hlm. 78).

Selain itu, tanda tangan Muhammad Bakir tertera di tengah teks dalam jumlah cukup banyak (hlm. 21, 27, 37, 54, 86, 91, 96, 197, dan 233). Kata-kata seperti syahdan ditulis menyerupai bunga (hlm. 213 dan 227), alkisah menyerupai burung bangau (hlm. 59) dan ikan

Kata kalakian ditulis lebih besar (hlm. 20)

(hlm. 245), serta beberapa kata, seperti adapun, sebermula, hatta, alkisah, kalakian, maka dan arkian ditulis lebih besar daripada huruf lainnya di dalam teks agar lebih menonjol dan menarik perhatian.

Kepustakaan

Naskah Hikayat Asal Mulanya Wayang telah dideskripsikan dalam Catalogus van Ronkel (1909:22-25) dan Katalogus Sutaarga dkk. (1972:9), serta tercatat dalam Katalog Behrend (1998:285).

Hikayat ini sudah diedit tiga kali, yaitu oleh: – Dewaki Kramadibrata dalam sebuah laporan penelitian berjudul Hikayat Asal

Mulanya Wayang: Suntingan Teks, Depok: Yanassa, 1993. – Nikmah Sunardjo & Hani'ah dalam buku Hikayat Pandu, Jakarta: Pusat Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa, 1996. – Nur-Karim, dkk. dalam buku Kumpulan Cerita Wayang Versi Pecenongan : Suntingan

Teks, Jakarta:Perpustakaan Nasional, 2012:9-167. Selain itu, Hikayat Asal Mulanya Wayang dibahas oleh Dewaki Kramadibrata dalam

artikel “Hikayat Asal Mula Wayang dan Hikayat Gelaran Pandu Turunan Pandawa”, dalam kumpulan tulisan Pendar Pelangi, ed. Sukesi Adiwimarta, dkk., Jakarta: Obor dan Yanassa, 1997.

Kolofon pada hlm. 81.

Hikayat Asal Mulanya Wayang

Kolofon pada hlm. 281 menyatakan bahwa naskah selesai dikarang oleh Muhammad Bakir Syafian bin Usman al-Fadli, Kampung Pecenongan, pada tanggal 6 Agustus 1890. Di samping

Gambar vas bunga dan burung di

kolofon sebelah kanan, nama Muhammad Bakir tertulis dengan huruf Tionghoa. Pada hlm.

tengah teks (hlm. 78).

233 terdapat juga tanggal 17 Hapit 1306 dan 15 Juli 1889. Selain itu, pada hlm. 256, sebuah adegan cerita terjadi pada tgl. 15 Muharam 1307 (yakni 11 September 1889). Dalam naskah- naskah Muhammad Bakir, biasanya tanggal-tanggal yang terselip dalam teks adalah tanggal

halaman yang bersangkutan disalin. Dalam hal naskah ML 241 ini, rasanya tidak mungkin Kata syahdan ditulis menyerupai

gambar daun dan buah, serta

naskah disalin selama jangka waktu setahun lebih (dari Juli 1889 sampai Agustus 1890), diapit oleh tanda tangan sehingga terbuka kemungkinan bahwa kedua tanggal dalam tahun 1889 tersebut disalin Muhammad Bakir (hlm. 27).

dari naskah yang digunakan Muhammad Bakir sebagai model penyalinan.

Estetika Naskah Kata alkisah menyerupai seekor

burung (hlm. 59 & 91)

Iluminasi tidak ditemukan dalam teks naskah ML 241, namun ada beberapa ilustrasi seperti gambar vas bunga dan burung (hlm. 78).

Selain itu, tanda tangan Muhammad Bakir tertera di tengah teks dalam jumlah cukup banyak (hlm. 21, 27, 37, 54, 86, 91, 96, 197, dan 233). Kata-kata seperti syahdan ditulis menyerupai bunga (hlm. 213 dan 227), alkisah menyerupai burung bangau (hlm. 59) dan ikan

Kata kalakian ditulis lebih besar (hlm. 20)

(hlm. 245), serta beberapa kata, seperti adapun, sebermula, hatta, alkisah, kalakian, maka dan arkian ditulis lebih besar daripada huruf lainnya di dalam teks agar lebih menonjol dan menarik perhatian.

Kepustakaan

Naskah Hikayat Asal Mulanya Wayang telah dideskripsikan dalam Catalogus van Ronkel (1909:22-25) dan Katalogus Sutaarga dkk. (1972:9), serta tercatat dalam Katalog Behrend (1998:285).

Hikayat ini sudah diedit tiga kali, yaitu oleh: – Dewaki Kramadibrata dalam sebuah laporan penelitian berjudul Hikayat Asal

Mulanya Wayang: Suntingan Teks, Depok: Yanassa, 1993. – Nikmah Sunardjo & Hani'ah dalam buku Hikayat Pandu, Jakarta: Pusat Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa, 1996. – Nur-Karim, dkk. dalam buku Kumpulan Cerita Wayang Versi Pecenongan : Suntingan

Teks, Jakarta:Perpustakaan Nasional, 2012:9-167. Selain itu, Hikayat Asal Mulanya Wayang dibahas oleh Dewaki Kramadibrata dalam

artikel “Hikayat Asal Mula Wayang dan Hikayat Gelaran Pandu Turunan Pandawa”, dalam kumpulan tulisan Pendar Pelangi, ed. Sukesi Adiwimarta, dkk., Jakarta: Obor dan Yanassa, 1997.

Kolofon pada hlm. 81.

106 Hikayat Asal Mulanya Wayang

Halaman judul dan daftar 30 judul karangan yang disewakan

Katalog