Hikayat Gelaran Pandu Turunan Pandawa

12 Hikayat Gelaran Pandu Turunan Pandawa

Hikayat Gelaran Pandu Turunan Pandawa adalah sebuah cerita wayang dalam bentuk prosa. Hikayat ini terkandung dalam sebuah naskah tunggal yang tersimpan di Perpustakaan Nasional dengan kode ML 253. Pada kedua halaman pertama tertulis: “Terkarang di Pecenongan Langgar Tinggi oleh Ence Muhammad Bakir Syafian al-Fadli”, namun hikayat ini bukan karangan asli oleh Muhammad Bakir sendiri, melainkan disadurnya dari tuturan seorang dalang: “Alkisah maka dibuat oleh seorang pengarang suatu ceritera lalakon wayang yang diambil daripada seorang dalang empunya ceritera perkabaran adanya” (f. 1v). Dalam Catalogus van Ronkel (1909: 22) dikatakan bahwa Hikayat Asal Mulanya Wayang (sebagai bagian awal cerita ini) ditranskripsi dari cerita seorang dalang dari Kampung Pajagalan.

Ringkasan Cerita

Hikayat Gelaran Pandu Turunan Pandawa merupakan sambungan Hikayat Asal Mulanya Wayang (naskah ML 241). Hikayat ini menceriterakan kelahiran kelima kakak beradik Pandawa. Pada awal cerita, Maharaja Basukuweti di negeri Widara Kandang mempunyai tiga orang anak, yaitu Basudewa, Dewi Kunti Nilabrata, dan Arya Prabu. Melihat Dewi Kunti sudah menjadi remaja, Maharaja Basukuweti berniat menyembunyikannya di sebuah pulau untuk menghindarkannya dari pandangan mata anak raja-raja.

Karena kasihan terhadap saudara perempuannya, Arya Prabu memberikan kitab ilmu rahasia untuk dibaca dalam pengasingan. Karena sehari-hari kitab itu dibaca, Dewi Kunti tahulah berbagai ilmu. Malam hari ketika Dewi Kunti sedang membaca kitab dengan keras, Batara Surya turun karena mendengar suaranya. Batara Surya memberikan Aji Bala Sengara kepada Dewi Kunti, sambil berpesan agar tidak membaca aji kalau berbaring dan terurai rambutnya, serta tidak boleh keras-keras membacanya. Jika dilanggar, Dewi Kunti akan terkena bencana.

Dewi Kunti melanggar pesan Batara Surya. Akibatnya, ia hamil tanpa bersuami. Ketika Raja Basukuweti melihat putrinya hamil, ia marah besar sampai mau membunuhnya, tetapi dicegah oleh Batara Surya. Raja menyadari kekeliruannya. Dewi Kunti melahirkan anak melalui telinganya dengan bantuan Batara Surya.

Maharaja Basukuweti bermaksud membuat sayembara untuk mencarikan jodoh bagi Dewi Kunti. Surat undangan disebarkan kepada 99 orang anak raja-raja. Sebanyak 98 undangan dikirim kepada anak raja-raja di sebelah kulon (diantarkan oleh Basudewa) dan 1 undangan dikirim ke Kerajaan Astina di sebelah wetan (diantarkan oleh Arya Prabu). Ketika tiba saat sayembara, ke-98 undangan dari kulon sudah hadir semuanya, tetapi Abiyasa dan anaknya, Pandu Dewanata, belum hadir. Sayembara dimenangkan oleh Raja Marakapura, Arasoma, dengan mengalahkan semua raja lawannya.

Setelah beberapa hari menunggu musuhnya yang tak kunjung datang, Arasoma ingin

Hikayat Gelaran Pandu Turunan Pandawa

Katalog

mandi di taman Kebun Banjaran Sari. Di taman itulah ia bertemu dengan Abiyasa dan Pandu

Yang suka menengar pun doyan Dewanata yang sedang mandi, maka terjadilah pertempuran yang hebat. Masing-masing

Hamba berpesan kepada sekalian

Jangan menanggung dosa berkian-kian mengeluarkan kesaktiannya. Arasoma kalah diserang pukulan Aji Bayu Gempita. Akhirnya,

Jangan lupa taubat biar lebih-lebihan

Pandu dikawinkan dengan Dewi Kunti dan Arasoma pulang ke negerinya. Arasoma lalu menyerahkan saudara perempuannya, Dewi Rukamani, kepada Pandu.

Supaya boleh menjadi obat Pada bagian akhir teks diceritakan bahwa Dewi Kunti melahirkan Darmakusuma.

Habis dibaca kita bertaubat

Dengan kebaikan kita berjabat. Setelah itu, ia melahirkan bayi dalam bungkusan yang tidak dapat dipecahkan oleh senjata

Minta ampun janganlah lambat

Minta ampun pula serta apa saja. Semar pergi ke Suralaya menemui Batara Guru untuk meminta senjata sakti, lalu

Habis dibaca cerita yang justa

Mengharap ampun Tuhan semesta. turun ke dunia dan memberikan senjata sakti itu kepada Abiyasa, yang kemudian membelah bungkusan bayi. Maka keluarlah Wala Kudara Aria Jaya Sena (Bima). Dewi Kunti kemudian

Biar banyak taubat perbuatan kita

Kolofon

hamil lagi dan melahirkan Bambang Janawi atau Arjuna. Sementara itu, Dewi Rukamani Kolofon pada hlm. 195 menyatakan bahwa teks selesai ditulis pada malam Rabu, jam 12, 15 melahirkan Sakula dan Sadewa. Mereka berlima dikenal sebagai turunan Pandawa.

April 1890 atau 25 Arwah (Syaban) 1307 tahun Alif, dikarang oleh Muhammad Bakir Syafian Usman al-Fadli. Keterangan ini diulangi dalam bentuk syair pada akhir naskah:

Naskah

Teks ditulis dalam sebuah buku kas Eropa (yang serupa dengan naskah Syahrul Indra dan

Malam Rabu itu waktunya Wayang Arjuna) dengan kertas tebal bergaris biru dan merah, tanpa cap kertas, berukuran

Selesai sudah hamba karangkannya

25 Syaban itu bulannya 31,5 × 20 cm dan berjumlah 198 halaman. Penomoran halaman asli ditulis dengan angka Arab

Jam pukul dua belas itu masanya

15 April selesai menyurat 1-198. Tiap halaman berisi 19 baris. Penomoran halaman kacau karena dua kuras tertukar

1307 itulah ketika Hijrat

Itulah masa ketika tersurat waktu naskah dijilid, sehingga urutannya kini: 1-58, 79-96, 59-78, 97-198.

Tahun Alif yang khairat

Mengarang hikayat tamatlah sudah Tulisan naskah masih jelas terbaca. Tinta yang digunakan berwarna hitam, kini pudar menjadi cokelat tua. Kondisi naskah masih baik.

1890 tahun Belanda

Selain itu, pada hlm. 144, dalam margin, tercatat tgl. 19 April 1889 dan kalimat “dasra iral Pada hlm. 194 terdapat daftar 30 naskah yang disewakan oleh Muhammad Bakir.

noroeb”. Jika dibalik kalimat itu menjadi “boeron lari arsad”.

Naskah diakhiri dengan sebuah syair (hlm. 195-198) berisi keterangan tentang asal-usul cerita Gelaran Pandu dan latar belakang penulisannya, serta juga beberapa nasehat kepada hlm. 144

pembaca. Pertama, penulis menjelaskan bahwa ceritanya disadur dari sebuah lakon wayang: Mengarang hikayat cerita wayang

Dikarang cepat malam dan siang

Sebab pikiran rasa melayang

Menahan hati badan meriang.

Estetika Naskah

Mengarang ini banyak kecewa

Sedikit diambil cerita Jawa

Iluminasi dalam naskah ini bersifat sangat sederhana, yaitu awal teks ditulis dalam tiga buah Cerita pun belum habis semua

Dijadikan hikayat mengharap disewa.

lingkaran bergaris tipis, sehingga menimbulkan kesan bahwa penulis tidak sempat Cerita diambil dari dalang

Dijadikan hikayat jangan sampai hilang

menyelesaikan iluminasi ini.

Selain itu, dua buah tanda tangan tertera di bagian atas halaman yang sama, tepat di Kedua, penulis menjelaskan bahwa cerita dari “zaman Buda” ini tidak boleh dipercayai tengah halaman. Dua buah tanda tangan lain terdapat juga di tengah-tengah teks pada hlm. karena dusta belaka, tetapi dapat dijadikan contoh:

Beberapa kata seperti syahdan, alkisah (hlm. 108), dan adapun ditulis lebih besar Cerita wayang saya menyurat

Boleh juga dibuat ibarat

daripada huruf lainnya di dalam teks agar lebih menonjol dan menarik perhatian. Jangan diambil pikiran keparat

Niscaya jadi jalan mudarat

Sekalipun bohong hamba berkata

Tiada yang betul segala cerita

Ambil pikiran yang nyata-nyata

Jadikan insab kepada kita.

Hikayat Gelaran Pandu Turunan Pandawa

Katalog

mandi di taman Kebun Banjaran Sari. Di taman itulah ia bertemu dengan Abiyasa dan Pandu

Yang suka menengar pun doyan Dewanata yang sedang mandi, maka terjadilah pertempuran yang hebat. Masing-masing

Hamba berpesan kepada sekalian

Jangan menanggung dosa berkian-kian mengeluarkan kesaktiannya. Arasoma kalah diserang pukulan Aji Bayu Gempita. Akhirnya,

Jangan lupa taubat biar lebih-lebihan

Pandu dikawinkan dengan Dewi Kunti dan Arasoma pulang ke negerinya. Arasoma lalu menyerahkan saudara perempuannya, Dewi Rukamani, kepada Pandu.

Supaya boleh menjadi obat Pada bagian akhir teks diceritakan bahwa Dewi Kunti melahirkan Darmakusuma.

Habis dibaca kita bertaubat

Dengan kebaikan kita berjabat. Setelah itu, ia melahirkan bayi dalam bungkusan yang tidak dapat dipecahkan oleh senjata

Minta ampun janganlah lambat

Minta ampun pula serta apa saja. Semar pergi ke Suralaya menemui Batara Guru untuk meminta senjata sakti, lalu

Habis dibaca cerita yang justa

Mengharap ampun Tuhan semesta. turun ke dunia dan memberikan senjata sakti itu kepada Abiyasa, yang kemudian membelah bungkusan bayi. Maka keluarlah Wala Kudara Aria Jaya Sena (Bima). Dewi Kunti kemudian

Biar banyak taubat perbuatan kita

Kolofon

hamil lagi dan melahirkan Bambang Janawi atau Arjuna. Sementara itu, Dewi Rukamani Kolofon pada hlm. 195 menyatakan bahwa teks selesai ditulis pada malam Rabu, jam 12, 15 melahirkan Sakula dan Sadewa. Mereka berlima dikenal sebagai turunan Pandawa.

April 1890 atau 25 Arwah (Syaban) 1307 tahun Alif, dikarang oleh Muhammad Bakir Syafian Usman al-Fadli. Keterangan ini diulangi dalam bentuk syair pada akhir naskah:

Naskah

Teks ditulis dalam sebuah buku kas Eropa (yang serupa dengan naskah Syahrul Indra dan

Malam Rabu itu waktunya Wayang Arjuna) dengan kertas tebal bergaris biru dan merah, tanpa cap kertas, berukuran

Selesai sudah hamba karangkannya

25 Syaban itu bulannya 31,5 × 20 cm dan berjumlah 198 halaman. Penomoran halaman asli ditulis dengan angka Arab

Jam pukul dua belas itu masanya

15 April selesai menyurat 1-198. Tiap halaman berisi 19 baris. Penomoran halaman kacau karena dua kuras tertukar

1307 itulah ketika Hijrat

Itulah masa ketika tersurat waktu naskah dijilid, sehingga urutannya kini: 1-58, 79-96, 59-78, 97-198.

Tahun Alif yang khairat

Mengarang hikayat tamatlah sudah Tulisan naskah masih jelas terbaca. Tinta yang digunakan berwarna hitam, kini pudar menjadi cokelat tua. Kondisi naskah masih baik.

1890 tahun Belanda

Selain itu, pada hlm. 144, dalam margin, tercatat tgl. 19 April 1889 dan kalimat “dasra iral Pada hlm. 194 terdapat daftar 30 naskah yang disewakan oleh Muhammad Bakir.

noroeb”. Jika dibalik kalimat itu menjadi “boeron lari arsad”.

Naskah diakhiri dengan sebuah syair (hlm. 195-198) berisi keterangan tentang asal-usul cerita Gelaran Pandu dan latar belakang penulisannya, serta juga beberapa nasehat kepada hlm. 144

pembaca. Pertama, penulis menjelaskan bahwa ceritanya disadur dari sebuah lakon wayang: Mengarang hikayat cerita wayang

Dikarang cepat malam dan siang

Sebab pikiran rasa melayang

Menahan hati badan meriang.

Estetika Naskah

Mengarang ini banyak kecewa

Sedikit diambil cerita Jawa

Iluminasi dalam naskah ini bersifat sangat sederhana, yaitu awal teks ditulis dalam tiga buah Cerita pun belum habis semua

Dijadikan hikayat mengharap disewa.

lingkaran bergaris tipis, sehingga menimbulkan kesan bahwa penulis tidak sempat Cerita diambil dari dalang

Dijadikan hikayat jangan sampai hilang

menyelesaikan iluminasi ini.

Selain itu, dua buah tanda tangan tertera di bagian atas halaman yang sama, tepat di Kedua, penulis menjelaskan bahwa cerita dari “zaman Buda” ini tidak boleh dipercayai tengah halaman. Dua buah tanda tangan lain terdapat juga di tengah-tengah teks pada hlm. karena dusta belaka, tetapi dapat dijadikan contoh:

Beberapa kata seperti syahdan, alkisah (hlm. 108), dan adapun ditulis lebih besar Cerita wayang saya menyurat

Boleh juga dibuat ibarat

daripada huruf lainnya di dalam teks agar lebih menonjol dan menarik perhatian. Jangan diambil pikiran keparat

Niscaya jadi jalan mudarat

Sekalipun bohong hamba berkata

Tiada yang betul segala cerita

Ambil pikiran yang nyata-nyata

Jadikan insab kepada kita.

Hikayat Gelaran Pandu Turunan Pandawa

Halaman awal naskah.

Kepustakaan

Naskah Hikayat Gelaran Pandu Turunan Pandawa telah dideskripsikan dalam Catalogus van Ronkel (1909:25) dan Katalogus Sutaarga dkk. (1972:11), serta juga tercatat dalam Katalog Behrend (1998:558).

Hikayat ini telah diedit dalam buku Hikayat Gelaran Pandu Turunan Pandawa, disunting oleh M. Fanani. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1993. Hikayat ini juga dibahas oleh Dewaki Kramadibrata dalam artikel “Hikayat Asal Mulanya Wayang dan Hikayat Gelaran Pandu Turunan Pandawa”, dalam Pendar Pelangi, ed. Sukesi Adwimarta dkk., Jakarta: Obor dan Yanassa, 7. 199

Katalog