Hikayat Sri Rama
17 Hikayat Sri Rama
Hikayat Sri Rama termasuk dalam kelompok cerita saduran Ramayana ke dalam bahasa Melayu. Hikayat ini berisi kisah Sri Rama yang berusaha merebut kembali istrinya, Sita Dewi, yang diculik oleh Rahwana.
Naskah ini tersimpan di Perpustakaan Nasional dengan nomor koleksi ML 252. Naskah ini selesai disalin oleh Muhammad Bakir pada tgl. 17 Desember 1896. Naskah ML 252 mengandung versi Betawi dari Hikayat Sri Rama, yang juga terkenal dalam versi lain.
Ringkasan Cerita
Pada awal cerita dikisahkan Maharaja Desrata memindahkan kota kerajaannya ke Mandu Puranagara untuk menghindari malu karena belum mempunyai anak. Ia berusaha mendapatkan anak dengan memohon petunjuk kepada maharesi, sampai akhirnya ia mempunyai lima orang anak.
Dari istri pertamanya bernama Permaisuri Mandudari, Maharaja Desrata memperoleh dua putra, yaitu Sri Rama dan Laksamana. Dari gundiknya, Balyadari, ia memperoleh tiga anak, yaitu Bardan, Catradan, dan Kikawi Dewi. Ketika Maharaja Desrata menderita sakit parah, ia berencana menyerahkan kerajaan kepada anaknya dari Permaisuri, Sri Rama. Sang pangeran dan adiknya, Laksamana, meninggalkan istana untuk pergi mencari ilmu kepada Begawan Nila Purba.
Pada masa itu, di negeri Drawati Purwa diadakan sayembara memperebutkan Sita Dewi, anak Maharesi Kali. Sri Rama mengikuti sayembara itu dan berperang dengan anak-anak raja lainnya yang juga mengikuti sayembara. Peperangan dimenangkan oleh Sri Rama. Ia kemudian kawin dengan Sita Dewi.
Ketika Sri Rama hendak pulang ke Mandu Puranagara, ia dihadang oleh empat anak raja yang ingin merebut istrinya. Keempat anak raja dapat dikalahkan, namun ia juga harus berhadapan dengan Maharaja Puspa Rama yang tersinggung karena namanya dipakai oleh Sri Rama.
Maharaja Desrata, yang mendengar kabar anaknya akan berperang dengan Raja Puspa Rama yang sakti menganjurkan supaya Sri Rama mundur. Sri Rama menolak sehingga peperangan hebat tidak terhindarkan. Maharaja Puspa Rama akhirnya takluk karena terkena panah sakti Sri Rama. Puspa Rama menyadari bahwa Sri Rama adalah penjelmaan Dewa Wisnu.
Di akhir cerita, Sri Rama berusaha mengambil kembali Sita Dewi yang dibawa lari oleh Maharaja Rawana ke negerinya, Kalengkapuri. Sri Rama meminta bantuan Maharaja Sugriwa dan Hanoman untuk berperang dan menjemput Sita Dewi di kerajaan Kalengkapuri. Perang antara kedua belah pihak tidak dapat dihindari. Tentara negeri Kalengkapuri dan para menterinya kalah.
Maharaja Rawana bertemu dengan Sri Rama di medan peperangan. Panah sakti Sri Rama
Hikayat Sri Rama
Katalog
berhasil memutus salah satu dari sepuluh kepala Rawana. Akhirnya, Rawana mati terkena sabetan pedang sakti Sri Rama. Tubuhnya terpotong-potong dan jatuh di atas sebuah batu
besar. Catatan: Pada bagian awal cerita, Rawana pernah diramalkan oleh seorang resi akan mati di tangan raja manusia dan kera. Ini terjadi pada hlm. 30. Lama kemudian, di akhir cerita (hlm. 254), ramalan itu disebut ulang dengan catatan, “seperti yang sudah disebutkan dahulu di nomor 30”.
Naskah
Teks ditulis atas kertas bergaris berukuran 31 x 19,5 cm. Naskah berjumlah 403 halaman. Penomoran halaman asli ditulis dengan angka Arab 1-400. Tiap halaman berisi 18 baris.
Kondisi naskah kurang baik. Sebagian kertas lepas dari kurasnya. Tulisan naskah masih
jelas terbaca. Tinta yang digunakan berwarna hitam, tetapi kini berubah menjadi cokelat tua. Pada hlm. 152, teks sebuah surat ditulis dengan tinta merah. Kertas naskah masih baik.
Teks hikayat dibagi atas banyak paragraf. Pada hlm. 209-210, sebuah pesan dari suara gaib ditulis sebagai satu kata saja tanpa jeda sepanjang tiga baris.
Kolofon
Kolofon pada hlm. 401 menyatakan bahwa naskah selesai ditulis pada malam Jumat, jam 12, tanggal 17 Desember 1896 atau 14 Rajab 1314, tahun Jimakhir.
Teks diakhiri dengan syair berjudul “Sebab Segumpal Nasi” sepanjang enam bait saja, yang menyatakan bahwa uang sewa sebesar 10 sen untuk upah pengarangnya. Bait terakhir sebagai berikut:
“Sewanya jangan kerja kapiran
Mau baca jangan tiada pakai bayaran
Itu lebih busuk dari pecomberan
Lebih baik boleh tidur-tiduran.”
Halaman kolofon naskah, diapit oleh tanda tangan Muhammad Bakir.
Estetika Naskah
Sekitar 70 buah tanda tangan Muhammad Bakir disisipkan di tengah teks, misalnya di hlm. 10,
17, 24-24, dll. (lih. Gambar a dan b). Selain itu, terdapat sembilan kali (hlm. 365, 366, 368, 378, 380, 392, 402) gambar kecil dalam margin, yaitu sebuah tangan yang jari telunjuknya menuding satu baris (gambar c). Nama tokoh dan tempat dalam teks ditulis dengan huruf tebal dan besar, misalnya Mandu Puranagara, Rama, Laksamana, Bardan, Citradan, Kikawi
Dewi (gambar d), Sita Dewi, dan Darya Puranagara. Kata-kata yang dianggap penting ditulis e tebal dan besar, antara lain kata alkisah, adapun, kalakian, syahdan, setelah, sebermula, hatta,
dan arkian (gambar e).
Hikayat Sri Rama
Katalog
berhasil memutus salah satu dari sepuluh kepala Rawana. Akhirnya, Rawana mati terkena sabetan pedang sakti Sri Rama. Tubuhnya terpotong-potong dan jatuh di atas sebuah batu
besar. Catatan: Pada bagian awal cerita, Rawana pernah diramalkan oleh seorang resi akan mati di tangan raja manusia dan kera. Ini terjadi pada hlm. 30. Lama kemudian, di akhir cerita (hlm. 254), ramalan itu disebut ulang dengan catatan, “seperti yang sudah disebutkan dahulu di nomor 30”.
Naskah
Teks ditulis atas kertas bergaris berukuran 31 x 19,5 cm. Naskah berjumlah 403 halaman. Penomoran halaman asli ditulis dengan angka Arab 1-400. Tiap halaman berisi 18 baris.
Kondisi naskah kurang baik. Sebagian kertas lepas dari kurasnya. Tulisan naskah masih
jelas terbaca. Tinta yang digunakan berwarna hitam, tetapi kini berubah menjadi cokelat tua. Pada hlm. 152, teks sebuah surat ditulis dengan tinta merah. Kertas naskah masih baik.
Teks hikayat dibagi atas banyak paragraf. Pada hlm. 209-210, sebuah pesan dari suara gaib ditulis sebagai satu kata saja tanpa jeda sepanjang tiga baris.
Kolofon
Kolofon pada hlm. 401 menyatakan bahwa naskah selesai ditulis pada malam Jumat, jam 12, tanggal 17 Desember 1896 atau 14 Rajab 1314, tahun Jimakhir.
Teks diakhiri dengan syair berjudul “Sebab Segumpal Nasi” sepanjang enam bait saja, yang menyatakan bahwa uang sewa sebesar 10 sen untuk upah pengarangnya. Bait terakhir sebagai berikut:
“Sewanya jangan kerja kapiran
Mau baca jangan tiada pakai bayaran
Itu lebih busuk dari pecomberan
Lebih baik boleh tidur-tiduran.”
Halaman kolofon naskah, diapit oleh tanda tangan Muhammad Bakir.
Estetika Naskah
Sekitar 70 buah tanda tangan Muhammad Bakir disisipkan di tengah teks, misalnya di hlm. 10,
17, 24-24, dll. (lih. Gambar a dan b). Selain itu, terdapat sembilan kali (hlm. 365, 366, 368, 378, 380, 392, 402) gambar kecil dalam margin, yaitu sebuah tangan yang jari telunjuknya menuding satu baris (gambar c). Nama tokoh dan tempat dalam teks ditulis dengan huruf tebal dan besar, misalnya Mandu Puranagara, Rama, Laksamana, Bardan, Citradan, Kikawi
Dewi (gambar d), Sita Dewi, dan Darya Puranagara. Kata-kata yang dianggap penting ditulis e tebal dan besar, antara lain kata alkisah, adapun, kalakian, syahdan, setelah, sebermula, hatta,
dan arkian (gambar e).
Hikayat Sri Rama
Kepustakaan
Naskah-naskah Hikayat Sri Rama milik Perpustakaan Nasional dideskripsikan dalam Catalogus van Ronkel (1909:1-6) sebanyak 8 buah naskah dengan kode koleksi BG 78, BG 136, BG 204, BG 252, W 141, CS 143, Br. 14, dan BG 209 (beberapa di antaranya berjudul Serat Kanda). Ke-8 naskah ini dideskripsikan lagi dalam Katalogus Sutaarga dkk. (1972:1-3) dan dicatat dalam Katalog Behrend (1998) dengan kode baru: ML 78, ML 136, ML 204, ML 252, ML
54 (W 141), ML 55 (CS 143), ML 76 (Br. 14), dan ML 209. Naskah-naskah Hikayat Sri Rama terdapat juga di beberapa perpustakaan lain di dunia,
antara lain University of Malaya (Manuscript 22, 30, dan 37), Universitas Leiden (Cod. Or.7290, 1936, 1689, 3248, dan 1755), Preussische Staatsbibliothek di Berlin (Ms. Or. Fol. 407 dan Schoemann V4), dan Bodleian Library di Oxford (Laud Or. 291).
Sebuah versi Hikayat Sri Rama telah diedit dan dianalisis oleh Achadiati Ikram dalam disertasi berjudul Hikayat Sri Rama : Suntingan Naskah disertai Telaah Amanat dan Struktur, Jakarta: UI Press, 1981. Namun naskah milik Perpustakaan Nasional dari hikayat ini (ML 252) belum pernah diedit. Naskah tersebut pernah dibahas oleh Kurniawan dalam bentuk laporan penelitian berjudul “Hikayat Sri Rama Milik Muhammad Bakir” (1995).
Katalog