KESIMPULAN SONG TO ENHANCE YOUNG LEARNERS ENGLISH SKILL - Repository UNIKAMA

KONFERENSI NASIONAL SASTRA, BAHASA BUDAYA KS2B 2016 | 119 kerangka karangan berdasarkan struktur teks, maka tiap kelompok bersiap rnenulis secara serentak. Tiap siswa menulis di lembarnya masing-masing dengan batasan tertentu yang disepakati bersama jumlah kalimat tertentu atau kurun waktu tertentu yang difasilitatori oleh guru. Aba-aba mulai dan berhenti dikendalikan oleh guru. 8. Jika dinyatakan berhenti maka kegiatan menulis berhenti. Lalau guru memerintahkan putargeser. Artinya, lembar tulisan tiap siswa digeserkan ke siswa di sebelahnya dalam kelompok. 9. Ketika guru menyuarakan mulai maka mereka harus melanjutkan tulisan temannya. Demikian sampai kertas kerja kembali pada pemiliknya lagi. Mengomunikasikan 10. Tiap siswa mencermati hasil tulisan yang ada. 11. Tulisan disunting dalam kelompok secara bergantian dan diperbaiki. 12. Siswa memilih karya yang terbaik dalam kelompok 13. Karya terbaik setiap kelompok ditempel di papan kelas untuk dipilih yang terbaik di kelas kemudian dapat diunggah di blog sekolah atau majalah dinding sekolah 14. Karya setiap siswa dapat diunggah di situs jejaring sosial yang dimiliki oleh siswa 15. Guru dan siswa merefleksi hasil penulisan. Rasionalisasi langkah dalam model picture and picture on the roundtable disesuaikan dengan pendekatan yang terdapat dalam Kurikulum 2013, yaitu saintifik yang meliputi langkah 5M mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Secara umum, langkah dalam strategi picture and picture on the roundtable menekankan pada aspek kognitif siswa dan juga menekankan pada aspek afektif siswa. Aspek kognitif mencakup keterampilan berpikir dan memproses informasi. Sedangkan aspek afektif mencakup sikap siswa dalam kelompok. Kedua aspek tersebut bertujuan untuk mengajak siswa berpikir kritis dan mendalam tentang permasalahan yang dibahas dalam pembelajaran serta mengajak siswa agar lebih berinteraksi dalam kelompok sehingga siswa dapat saling membatu antar teman dalam satu kelompok. Rasionalisasi langkah dalam strategi picture and picture on the roundtable dijelaskan sebagai berikut. Langkah pertama dalam strategi picture and picture on the roundtable yaitu langkah mengamati. Pada langkah ini, siswa mengamati teks cerpen yang diberikan oleh guru. Langkah selanjutnya menanya terdapat dalam langkah 2. Langkah ini dapat melatih keterampilan berpikir siswa dan mengukur pemahaman siswa tentang informasi yang diperoleh. Proses menalar terdapat pada langkah 3 —5. Langkah ini menekankan pada kemampuan berpikir siswa secara berkelompok. Langkah ini menggunakan pendekatan kooperatif, pendekatan ini tercermin dalam penyusunan gambar berseri yang dilakukan dalam kelompok. Jumlah anggota setiap kelompok berjumlah 4 —5 siswa. Hal ini dikarenakan lebih kepada keefektifan dalam kelompok. Semakin besar jumlah kelompok, maka membutuhkan lebih banyak struktur kepemimpinan selain itu semakin sedikit jumlah anggota kelompok, maka tanggung jawab yang dibebankan akan sama sehingga akan menimbulkan ketergantungan positif dalam kelompok. Langkah selanjutnya yaitu mencoba yang terdapat pada nomor 6 —8. Pada langkah ini siswa berdiskusi dalam kelompok menentukan topik dan kerangka karangan kemudian mengembangkannya menjadi teks cerpen yang utuh melalui strategi roundtable. Mengembangkan kerangka karangan dengan strategi roundtable, yaitu siswa dengan bimbingan guru akan mulai menulis dilembar mereka sendiri kemudian ketika guru memberi aba-aba siap maka semua siswa bersiap untuk menulis. Ketika guru memberi aba-aba mulai, maka seluruh siswa menulis cerita berdasarkan kerangka yang telah disusun. Aba-aba berhenti, maka siswa harus berhenti menulis dan menggeser kertas yang dimiliki kepada teman dalam satu kelompok. Begitu seterusnya sampai kertas kembali kepada pemilik asal. Penentuan waktu antara mulai sampai berhenti menulis dapat ditentukan melalui kesepakatan siswa dengan guru Langkah yang terakhir, yaitu mengomunikasikan yang terdapat pada nomor 9 —14. Langkah ini menekankan pada proses interaksi siswa dalam mengomunikasikan hasil tulisannya, yaitu melalui penyuntingan teman dalam kelompok. Hasil dari penyuntingan oleh teman kelompok kemudian akan dipilih karya yang terbaik dikelompok. Setelah itu, karya terbaik masing-masing kelompok akan ditempel dipapan kelas untuk dibaca oleh setiap siswa kemudian dipilih karya terbaik di kelas untuk diunggah di blog sekolah atau dimasukkan dalam majalah dinding sekolah. Selain itu, hasil tulisan siswa secara individu juga dapat dikomunikasikan melalui situs jejaring sosial yang dimiliki siswa. C. KESIMPULAN Model Picture and Picture on the Roundtable merupakan gabungan dari model picture and picture dan model roundtable. Secara garis besar model dalam pembelajaran ini memanfaatkan media gambar berseri dan interaksi dalam kelompok. Model ini dapat digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen dalam pembelajaran di SMA kelas XI. Langkah dalam model pembelajaran ini disesuaikan dengan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013, yaitu pendekatan saintifik dengan menggunakan langkah 5M. Langkah 5M ini tercermin dalam setiap tahapan proses belajar yang akan dilalui siswa yang dimulai dari menanya tentang materi yang akan diajarkan, mengamati pembelajaran yang akan berlangsung, menalar gambar, mencoba menulis teks cerpen hingga mengomunikasi hasil yang telah diperoleh. Model ini menekankan pada aspek kognitif dan afektif siswa. Jadi siswa diajak untuk berpikir kritis tetapi juga diajak untuk selalu berinteraksi bersama kelompok. REFERENSI Akhadiah, Sabarti. 2002. Menulis 1. Jakarta: Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional . Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik . Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Permendikbud No. 69 tahun 2013 tentang Kurikulum SMA-MA Tompkins, Gail E. 1990. Teaching Writing Balancing Process and Product. New York: Macmillan Publisihing Company. KONFERENSI NASIONAL SASTRA, BAHASA BUDAYA KS2B 2016 | 121 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA BAGI MAHASISWA JURUSAN BAHASA JEPANG MELALUI STRATEGI KONFERENSI Liastuti Ustianingsih, Zaenab Munqidzah FBS Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAKSI Menulis cerita pada hakikatnya sama dengan menulis karangan yang lain yaitu suatu proses menuangkan pikiran, gagasan, atau pendapat tentang sesuatu, dengan menggunakan bahasa secara tertulis. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam pembelajaran menulis, seorang dosen dapat menggunakan strategi konferensi. Dosen dapat berkonferensi dengan mahasiswa tentang beragam topik. Ketika berkonferensi, dosen dapat mengetahui apa saja yang perlu diketahui mahasiswa. Melalui konferensi, dengan segera dan tepat dosen dapat menunjukkan apa saja yang diperlukan mahasiswa dan mahasiswa dapat mempelajari apa yang diajarkan karena mereka memerlukannya. Strategi konferensi dilaksanakan dengan memadukan empat aspek keterampilan berbahasa. Mahasiswa membaca cerita untuk memahami struktur elemen cerita, mahasiswa berbicara tentang cerita yang akan dan sedang ditulisnya, mahasiswa menyimak cerita mahasiswa lain dan komentar mahasiswa lain mengenai cerita yang ditulisnya, dan terakhir mahasiswa menulis cerita. Kata kunci: menulis, cerita, konferensi A. PENDAHULUAN Dalam konteks pengajaran bahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks. Menulis sulit dipelajari oleh mahasiswa dan sulit diajarkan oleh dosen. Alasannya, menulis memerlukan sejumlah keterampilan, yakni keterampilan membuat perencanaan, menyeleksi topik, menata dan mengorganisasikan gagasan, dan mempertimbangkan bentuk tulisan sesuai dengan calon pembacanya. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, menulis juga memerlukan keterampilan menyajikan isi tulisan secara teratur, mengguna- kan diksi, kalimat secara efektif, dan menggunakan ejaan secara tepat. Dikemukakan oleh Tompkins 1991:227, bahwa pembelajaran menulis hendaknya ditekankan pada proses menulis. Pada pembelajaran model ini, peran dosen bergeser dari sebagai pemberi tugas ke sebagai teman kerja mahasiswa. Pembelajaran model ini mengarah pada pembelajaran secara kolaboratif antara mahasiswa dan mahasiswa, serta mahasiswa dan dosen, sebagai cara untuk meningkatkan motivasi mahasiswa terhadap menulis. Hal itu sesuai dengan konsep pendekatan proses yang memusatkan pada aktivitas mahasiswa Burn dan Ross, 1996:385. Sejalan uraian di atas, Calkins dalam Stewig dan Sabesta, 1989:77 mengemukakan bahwa dalam pembelajaran menulis, mahasiswa idealnya menjadi partisipan aktif dalam keseluruhan proses menulis. Pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses, membuat mahasiswa memperoleh pengalaman langsung dalam proses menulis mulai dari menyiapkan draf tulisan, memperbaikinya, sampai menjadi tulisan yang sempurna. Secara psikologis, hal itu dapat menanamkan rasa percaya diri mahasiswa dalam menuangkan ide dan perasaannya secara tertulis dengan baik Routman, 1994:6.