Perlawanan terhadap Adat Istiadat yang Ada dalam Novel “Memang Jodoh” Karya

KONFERENSI NASIONAL SASTRA, BAHASA BUDAYA KS2B 2016 | 17 di Padang. Realita budaya dan adat yang ada di Padang ditulis berdasarkan pengalaman Marah Rusli. Realita tersebut dikemas melalui tulisan semiautobiografi yang indah, dengan bahasa yang menarik. Dan kisah itu digambarkan melalui tokoh utama yang diciptakannya, yang diberi nama Marah Hamli dan Din Wati Berbagai cara perkawinan paksa sudah dilakukan oleh beberapa kaum bangsawan Padang untuk menjadikan Hamli sebagai menantu. Dan beberapa kali Hamli mengadakan perlawanan terhadap perkawinan itu. Hamli tetap pada pendiriannya, tidak ingin mempunyai istri lebih dari seorang. Apalagi Hamli berpendidikan tinggi, dan pejabat tinggi di lingkungannya, dia ingin menjadi teladan kesetiaan dan menjaga keharmonisan keluarga. Dia sudah banyak mendengar dari kaum bangsawan Padang yang beristri lebih dari seorang, rumah tangganya kacau balau, tidak harmonis. Oleh karena itu, Hamli selalu mengadakan perlawanan bila dia diminta untuk dijadikan menantu secara paksa oleh kaum bangsawan Padang. Dalam perjalanan hidup Din Wati setelah menikah dengan Hamli, mengalami banyak hal. Banyak tantangan, gangguan, ujian, cobaan, caci maki, yang sangat menyedihkan. Semua peristiwa dan kejadian yang menyakitkan hati itu, dilawannya dengan sabar, dan tabah, karena semua itu, berasal dari mamak Hamli, kerabat, sahabat, yang berasal dari Padang, dengan latar belakang adat istiadat yang berlaku di kota Padang. Namun semua peristiwa dan kejadian yang menyakitkan hatinya itu, tidak pernah dilaporkan pada Hamli. Sebab takut hubungan Hamli dengan orang tua serta kerabat Hamli yang ada di Padang menjadi retak. Perjodohan antara Din Wati dan Hamli, merupakan perjodohan sejati yang telah ditakdirkan Tuhan, dari awal sampai lima puluh tahun, walaupun banyak rintangan dan cobaan selalu hadir dalam kehidupan rumah tangganya. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin.1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang:Yayasan Asih Asah Asuh. Bertens, K. 2011. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian kualitatif. Jakarta: Kencana. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Mangunsuwito, S.A. 2014. Kamus Lengkap Bahasa Jawa. Bandung: C.V. Yrama Widya. Mansurudin, Susilo. 2010. Mozaik Bahasa Indonesia. Malang: UIN Maliki Press. Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat.2000. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia..Jakarta:PN Balai Pustaka. Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu osial Humaniora pada Umumnya . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratna, Nyoman Kutha.2011.Atropologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusli, Marah. 2013. Memang Jodoh. Bandung: Qanita. Strinati, Dominic. 2007. Popular Culture. Yogyakarta: Jejak. Widarmanto, Tjahjono. 2011. Nasionalisme Sastra. Sidoarjo: Satukata. Yadianto. 1997. Kamus Umum Bahasan Indonesia, Bandung: M2S.