Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
kepercayaan bahwa hidup itu bagaikan bola yang senantiasa berputar, kadang-kadang di atas dan kadang-kadang di bawah.; f Adanya hidup bergotong royong di masyarakat
desa; g Adanya kebiasaan pada musim giling yang diadakan pesta rakyat.; h Adanya ajaran bahwa ilmu itu harus diajarkan kepada orang lain dan adanya keharusan menuntut
ilmu.; i Adanya lomba desa; j Manusia harus berdamai dengan alam dan perlunya melestarikan alam dan menjaga lingkungan hidup; k Adanya campur tangan mesin
politik dalam pemilihan kepala desa dan banyaknya botoh dan dukun dalam kegiatan tersebut; dan l Seni harus netral dan tidak boleh dijadikan sebagai alat politik atau
propaganda. DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Fananie, Zainuddin. 2001. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Jan van Luxemburg dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Diindonesiakan oleh Dick Hartoko.
Jakarta: PT Gramedia. Kuntowijoyo. 2001. Mantra Pejinak Ular. Jakarta: Kompas.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya. Miles, Matthew B., Huberman, A. Michael. 1984. Qualitative Data Analysis. Beverly Hills:
Sage Publication. Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Patton, Michael Quinn. 1983. Qualitative Evaluation Methods. Beverly Hills: Sage Publicatin. Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies Representasi Fiksi dan Fakta.
Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Sardjono, Agus R. 2001. Sastra dalam Empat Orba. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Satoto, Soediro dan Zainuddin Fananie. 2000. Sastra: Ideologi, Politik, dan Kekuasaan.
Surakarta: Muhammadiyah University Press. Sudjiman, Panuti. 1986. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1991. Novel Indonesia Sebuah Kritik. Yogyakarta: Nurcahya. --------, Jakob dan Saini KM. 1986. Apresiasi Kesusasteraan. Jakarta : P.T Gramedia.
Sumardjo, Jakob. 1999. Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1970. Bandung: Alumni. Suyitno. 1986. Sastra Tata Nilai dan Eksegesis. Yogyakarta: Hanindita.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Waluyo, Herman J. 2002. Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widya Sari Press.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusasteraan, Diterjemahkan oleh Melani
Budianta. Jakarta: PT Gramedia.
KONFERENSI NASIONAL SASTRA, BAHASA BUDAYA KS2B 2016 | 33
PEREMPUAN DALAM CERITA RAKYAT TUBAN: PERSPEKTIF KRITIK SASTRA FEMINIS
Suantoko
Program Studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Universitas PGRI Ronggolawe Tuban
Pos-el: stsuantoko109gmail.com
ABSTRAK
Kajian dalam penelitian ini bertumpu pada satu fokus, yaitu Perempuan dalam Cerita Rakyat Tuban Ditinjau dari Perspektif Kritik Sastra Feminis
. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengungkapkan gambaran perempuan dalam cerita
rakyat Tuban. Berdasarkan perspektif kritik feminisme, pemahaman semacam itu menunjukkan bahwa masalah-masalah sosial maupun budaya mengenai perempuan
tercermin dalam cerita rakyat Tuban. Fenomena kehidupan masyarakat dalam cerita rakyat Tuban yang didominasi oleh laki-laki, memunculkan ketidakadilan dan
ketertindasan kultur maupun sosial terhadap perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruksi sosial dalam cerita rakyat Tuban merupakan gagasan yang dicita-citakan
masyarakat setempat. Dari gagasan tersebut, ditemukan fenomena penindasan terhadap perempuan. Selain itu, ketidakadilan terhadap perempuan mengakibatkan perempuan
berada dalam posisi ‘yang lain’ dalam kehidupan sosial. Hal ini, memunculkan ideologi, bahwa perempuan menolak atau melawan bias-bias di dalam masyarakat. Perempuan
menginginkan kebebasan dan kesetaraan dari dominasi laki-laki. Kebebasan dan kesetaraan dalam perlakuan sosial maupun budaya merupakan isu sentral dalam cerita
rakyat Tuban yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini. Kata-kata kunci: perempuan, cerita rakyat, Tuban, kritik sastra feminis
A.
PENDAHULUAN
Perempuan dalam karya sastra cenderung dijadikan pusat pengisahan. Kecenderungan ini dikarenakan perempuan merupakan sosok yang digemari dan disoroti
oleh pengarang. Perempuan sebagai tokoh dalam karya sastra menjadi sosok yang diagungkan. Selain itu, perempuan dianggap memiliki kepekaan dalam menghadapi
gejala-gejala kehidupan yang menimpanya. Norma dan aturan dalam kehidupan didominasi oleh norma dan aturan untuk perempuan. Oleh karena itulah, perempuan
menjadi sesuatu yang menarik untuk dijadikan tokoh dalam karya sastra.
Citra perempuan dalam karya sastra tidak hanya sebatas pada sastra tulis saja. Sastra lisan, dalam hal ini cerita rakyat, tidak lepas dari tokoh perempuan yang dicitrakan
dalam karya tersebut. Berbicara cerita rakyat dan tokoh perempuan dalam cerita tersebut, cerita-cerita rakyat dari Tuban tidak kalah menarik untuk diteliti. Tema dan tokoh
perempuan dalam cerita rakyat Tuban, tentu di dalamnya terdapat pesan yang ingin disampaikan. Baik pesan moral sebagai perempuan, perempuan dicitrakan sebagai
perempuan atau memandang posisi perempuan dalam konstruksi sosial lokal dalam pengertian ini, kelokalan di Tuban.
Pencitraan perempuan dalam cerita rakyat Tuban, di dalamnya terdapat pesan yang ingin disampaikan kepada audien, sebagaimana cerita-cerita rakyat di Nusantara.