memerlukan adanya sentuhan teknologi digital. Dalam hal ini, teknologi dapat memudahkan bahkan mempersingkat waktu dalam melakukan suatu pekerjaan. Dalam
hal ini, jelas teknologi sangat memberikan pengaruh positif yang sangat signifikan. Teknologi bukan dianggap sebagai hal baru dalam kehidupan di era ini. Jika teknologi
pada zaman dahulu diartikan sebagai keinginan memiliki teknologi maka, pada zaman sekarang teknologi diartikan sebagai suatu kebutuhan yang harus ada seiraman dengan
pekerjaan bahkan pola hidup kita. Perlu diketahui bahwa teknologi bisa menjadikan manusia sepenuhnya manja terhadap segala sesuatu.
Adapun yang
dipaparkan pada
tulisan ini
mengenai pemanfaatan
IPTEKteknologi dalam dunia pendidikan. Tanpa kita sadari kita telah memanfaatkan sebuah teknologi, hanya saja dalam penggunaannya tidak selalu edukatif. Sebenarnya
banyak yang bisa lakukan dalam memanfaatkan teknologi yang ada disekitar kita. Seperti contoh komputer dan smartphone, mungkin dalam penggunaanya hanya bersifat itu-itu
saja alangkan baiknya jika bisa menelisik hal lain dalam penggunaannya.
Hal ini yang mendorong dan memotivasi penulis mengulas mengenai penggunaan beberapa teknologi yang ada disekitar kita dalam rangka pembelajaran, yakni media sosial
whatsapp . Whatsapp merupakan jejaring sosial paling populer. Kenapa demikian? Karena
dalam suatu pembelajaran yang perlu ditekankan fokus, dalam fokus perlu motivasi dan ketertarikan, oleh karena itu whatsapp dianggap mampu mendorong siswa dalam belajar.
Siswa tidak akan merasa terbebani, tidak seperti proses belajar mengajar pada umumnya yang begitu-begitu saja yang terkesan monoton. Dengan adanya sentuhan teknologi dalam
pembelajaran siswa diharapkan bisa mendongkrak prestasi dan minat belajar yang berujung cantiknya sebuah prestasi.
B. PEMANFAAT MEDIA SOSIAL DALAM PROSES
Berbicara tentang media sosial tentu tiada habisnya, terdapat banyak sekali media sosial yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran, akan tetapi bentuk efisiensi,
fleksibel, dan manfaat yang diperoleh menjadi bentuk pertimbangan pemilihan media sosial yaitu WhatsApp. Diketahui, media sosial mudah digunakan kapanpun, dimanapun
dan siapapun dapat menggunakan media sosial. Begitu juga dengan WhatsApp yang terkesan fleksibel, elegan dan mudah digunakan oleh siapa saja.
Menurut Erlina 2009:5 Jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka
berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga.
Dalam proses pembelajaran, guru dituntut memiliki kreativitas tinggi. Dalam hal ini guru bisa memanfaatkan media pembelajaran sebagai wadah penyalur kreativitas siswa
dalam menyampaikan informasi yang akan diberikan. Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan daan
menunjukkan proses kreativiptas tersebut. Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan disekitar kita. Kreativitas ditandai
oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu
Mulyasa, 2013:51. Dalam mengelola sebuah pembelajaran, terpikir oleh guru dengan menggunakan sebuah pembelajaran dengan memenfaatkan media sosial.
Dalam hal ini guru meminta siswa melibatkan laptopkomputer dan smartphone dalam proses pembelajaran. Media sosial berbasis komputer dan smartphone merupakan
jenis media yang secara virtual dapat menyediakan respon yang segera terhadap proses
KONFERENSI NASIONAL SASTRA, BAHASA BUDAYA KS2B 2016 | 87
belajar yang dilakukan oleh siswa. Lebih dari itu, media berbasis komputersmartphone memiliki kemampuan menyimpan dan mengolah serta mengirimkan informasi sesuai
dengan kebutuhan. Perkembangan teknologi internet yang sangat pesat saat ini telah memungkinkan komputersmartphone memuat dan menayangkan beragam bentuk media
di dalamnya. Tentu saja, berbagai fungsi yang terdapat di dalam komputersmartphone dapat dimanfaatkan pendidik dan peserta didik di dalam rangka meningkatkan
pemahaman dan meningkatkan efektivitas belajar mengajar.
Mengapa peneliti cenderung menggunakan Whatsapp dari pada media sosial yang lain? Tentu peneliti memiliki alasan tersendiri dalam memilih media sosial tersebut,
diantaranya: 1.
Kemudahan dalam pengoperasiannya user friendly. 2.
Dirasa cukup fleksibel, mobile dimana saja. 3.
Ada pemberitahuannotifikasi yang jelas jika ada informasi terbaru. 4.
Memiliki fitur premium, tidak terlalu bertele-tele dan juga tidak diselipkan iklan. 5.
Teresan professional, dan sebagainya. Tidak bisa dipungkiri, pada era digital ini penggunaan smartphone hampir
mendarah daging di semua kalangan masyarakat mulai yang muda hingga yang tua. Kalangan-kalangan tersebut pasti membutuhkan informasi yang aktual, cepat dan
terpercaya, maka jelas tidak ada alasan untuk tidak mempunyai Whatsapp. Tentu dalam hal ini merujuk pada penggunaan Whatsapp pada siswa sekolah tingkat atas maupun
menengah. Sedangkan, Langkah-langkah menggunakan WhatsApp dalam pembelajaran:
1 Guru kelas mendemonstrasikan pembelajaran melalui media sosial Whatsapp.
2 Guru meminta menuliskan nomor handphone yang bisa dijadikan nomor utama
Whatsapp dan menyuruh siswa menginstallmemasang Whatsapp di smartphone mereka.
3 Guru membuatkan grup kelas dengen terlebih dahulu menyimpan nomor-nomor siswa
tadi. 4
Guru menyuruh siswa membagikan segala sesuatu yang dianggap penting atau sebagai sarana diskusi. Lalu siswa lain membalas chatpercakapan tadi.
Melalui kegiatan diskusi atau tanya jawab dengan media sosial ini, pendidik dapat mengetahui siapa saja yang sudah menulis percakapan dan menjawab. Pada hal ini
pendidik bisa menanamkan nilai-nilai kreativitas, kemandirian, kejujuran, peduli orang lain, berlatih komunikasi, dan sifat-sifat pendukung lain yang ingin dikembangkan pada
para peserta didik melalui pemanfaatan media sosial dalam pembelajaran. Hal ini pun dilakukan oleh pendidik di dalam kelas dengan tujuan agar para peserta didik lebih fokus
pada pokok materi yang didiskusikan. Materi yang didiskusikan sesuai silabus yang sudah ada. Dalam media sosial tersebut, para peserta didik dapat langsung merespon atau
memberikan pendapat.
Penggunaan media pembelajaran berbasis elektronik, khususnya Whatsapp dalam pembelajaran, tentu memiliki keunggulan dan kelemahan dalam penggunannya. Tidak
serta merta menampakkan banyak hal positif sehingga hal negatif seolah-olah tidak kelihatan. Jika digunakan secara bijak, whatsapp dapat memberikan manfaat, diantaranya:
1
Menghemat waktu, karena topik yang akan dibahas sudah disiapkan sebelumnya dari rumah oleh pendidik dan peserta didik;
2 Siswa dapat mengendalikan intensitas belajarnya;
3 Dapat memberikan umpan balik dan penguatan secara langsung;
4 Dapat mengelola dan mencatat informasi secara teratur;
5 Dapat berbagi pengalaman belajar ilmu tertentu;
6 Konsisten, pembahasan dilakukan sesuai dengan urutan silabus yang sudah
disampaikan; 7
Efektif dan efisien Selain kelebihan yang sudah dijelaskan diatas, tak fair rasanya jika tidak
menjabarkan juga mengenai kekurangan atau kelemahan yang ada. Dianttara sebagai berikut:
1 Biaya cukup mahal untuk membeli paketan.
2 Ketersediaan jaringan.
3 Tidak semua kalangan memiliki gadget.
4 Tidak suka hal-hal yang bersifat kompleks dan hal-hal baru, dan sebagainya.
C. KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MEDIA SOSIAL
Interaksi guru dan murid dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari peran guru dalam usahanya mendidik dan membimbing para siswa agar mereka dapat dengan
sungguh-sungguh mengikuti proses belajar mengajar dengan baik. Untuk mendapatkan hasil yang baik, banyak faktor yang mempengaruhi. Sebagai contoh, bagaimana cara
mengorganisasikan materi ajar dapat dipahami oleh siswa, metode yang diterapkan serta media yang digunakan.
Proses pembelajaran akan lebih mudah dilaksanakan jika murid-muridnya sejak dini terbiasa untuk berbahasa Indonesia. Esensi pendidikan, tak lain ingin mewujudkan
manusia yang berkarakter yang luhur. Dengan adanya perkembangan IPTEK yang canggih harus dibarengi dengan IMTAQ yang tinggi pula. Terasa percuma jika manusia
berilmu tinggi tapi melupakan spiritualnya khususnya kesopansantunan. Kesantunan berbahasa semakin lama semakin teriris seiring laju zaman, oleh karenanya pembudayaan
berbahasa santun perlu ditekankan mengingat Negara kita merupakan Negara yang menjunjung tinggi nilai budaya. Boleh saja kita menggunakan bahasa gaul dalam
kehidupan sehari-hari akan tetapi perlu mengingat kepada siapa, untuk siapa dan situasi bagaimana harus mengujarkan bahasa gaul. Hal ini perlu dibudayakan sejak dini.
Kesantunan politiness, sopan santun, atau etiket adalah tata cara, adat atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan 4 perilaku yang
ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu,
kesantunan berbahasa ini juga disebut “tata krama” berbahasa Muslich, 2006:1. Globalisasi dengan segala bentuk pengaruhnya akan berdampak pada berbagai
aspek kehidupan, khususnya bahasa. Bahasa yang semakin global memungkinkan pengikisan terhadap bahasa yang lemah. Bahasa Indonesia mempunya peranan yang
sangat vital, sehingga memiliki kedudukan istimewa. Bahasa merupakan cermin dari karakter bangsa itu sendiri sekaligus menjadi identitas diri penggunanya.
D.
KONTRIBUSI BAHASA DALAM MEMBENTUK
Bahasa meruakan sistem lambang bunyi yang digunakan oleh suatu komunitas untuk bertukar informasi. Bahasa juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-
pesan sosial bagi para penuturnya. Bahasa mengenal sopan santun atau sering kita sebut dengan etika, maka penggunaan bahasa harus dibarengi dan didasari dengan etika yang
luhur. Dengan ini bahasa diharapkan dapat mempengaruhi karakter atau watak sesorang penutur.
KONFERENSI NASIONAL SASTRA, BAHASA BUDAYA KS2B 2016 | 89
Bahasa paling dekat dengan pendidikan karakter dibandingkan dengan Pendidikan bahasa Indonesia itu sendiri. Tanpa mempunyai kompetensi bahasa kita tidak punya
kecerdasan manusiawi. Coba bayangkan jika manusia tidak bisa berbahasa, semua pemahaman dan penghayatan tentang realita kehidupan bersifat subjektif. Di era
globalisasi ini, penggunaan bahasa semakin banyak, apalagi penggunaan bahasa sudah merambat ke permukaan teknologi, sebut saja gadget, dengan gadget semua kalangan bisa
sepuasnya menggunakan bahasa dalam berkomunikasi tanpa memandang etika bahasa itu. Lain halnya didunia akademis, pasti menuntut pengguna bahasa menggunakan bahasa
yang tertib. Kenapa demikian, yang kita ketahui bahasa yang penting simpel, singkat dan mudah dipahami, tentu hal ini menjadi bomerang bagi bangsa ini yang sebenarnya
penggunaan bahasa tidak bisa dilakukan seenaknya tanpa mengatahui kaidah-kaidah bahasa itu sendiri. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil
dalam berbahasa. Pengggunaan bahasa yang tidak tertib tentu memicu gejolak sosial yakni penggerusan kesantunan bahasa. Jika pengguna bahasa sudah tidak peduli terhadap
aturan-aturan bahasa itu dan selalu berdasar pada informasi tersampaikan maka akan mencaplok pada buruknya budaya yang ada pada komunitas itu. Tentu saja Bangsa
Indonesia. Berbicara tentang budaya Indonesia.
Kondisi ini menggambarkan bahwa Bahasa Indonesia seperti yang dikatakan Keraf dalam Kunarto 2007 bahwa “bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan
berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial
dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial” Tentu hal ini sangat disayangkan, seolah-olah kesantunan bahasa perlahan-lahan
dilemahkan oleh era globalisasi, jika kita berpikir positif tentunya ada banyak solusi untuk mempertahankan kesantunan berbahasa entah dengan cara yang bagaimana.
Pribadi seseorang memperlihatkan identitas atau ciri khas orang itu sendiri, sekaligus memperlihatkan komunitas tertentu. Indentitas diri terbentuk oleh bahasa yang
digunakannya dalam interaksi. Dalam proses interaksi tentu mencerminkan konstektual sosial. Maka dengan hal ini, bahasa menunjukkan cerminan suatu bangsa. Bahasa dapat
mempengaruhi karakter manusia, karakter merujuk pada perilaku. Bahasa sebagai alat komunikasi tentu sangat mempengaruhi perilaku manusia karena bahasa merupakan alat
komunikasi yang sangat sensitif.
Senada dengan
pendapat diatas,
Mustakim menerangkan
dalam http:badanbahasa.kemdikbud.go.idlamanbahasaartikel321 bahwa setiap bahasa
pada dasarnya merupakan simbol jati diri penuturnya, begitu pula halnya dengan bahasa Indonesia juga merupakan simbol jati diri bangsa. Oleh karena itu, bahasa Indonesia harus
senantiasa kita jaga, kita lestarikan, dan secara terus-menerus harus kita bina dan kita kembangkan agar tetap dapat memenuhi fungsinya sebagai sarana komunikasi modern
yang mampu membedakan bangsa kita dari bangsa-bangsa lain di dunia. Lebih-lebih dalam era global seperti sekarang ini, jati diri suatu bangsa menjadi suatu hal yang amat
penting untuk dipertahankan agar bangsa kita tetap dapat menunjukkan keberadaannya di antara bangsa lain di dunia.
E.
PEMBUDAYAAN KESANTUNAN BERBAHASA
Pembudayaaan sering diartikan sebagai proses membiasakan sesuatu. Membuat perbuatan secara drill atau terus menerus utnuk membuat biasa. Kebiasaan juga bisa
terwujud dari proses kegiatan yang panjang untuk melatih sesuatu agar bisa dan terbiasa.
Rahyono 2002 menjelaskan bahwa Bahasa yang merupakan ekspresi lingustis dan juga termasuk dalam lapisan kedua merupakan penanda, sedangkan nilai norma gagasan
merupakan petanda. bahasa meruppakan tanda yang merepresentasikan nilai norma ide gagasan, yakni isi atau kandungan kebudayaan. Wardhaugh 1987:212 juga menyatakan
bahwa makna-makna yang berada di dalam budaya diekspresikan dengan menggunakan bahasa. Akan tetapi, bahasa juga dapat digunakan untuk menghindari penyebutan hal-hal
tertentu.
Pembudayaan dalam kesantunan berbahasa merupakan ungkapan-ungkapan harus difilter, disesuaikan dengan kondisi agar bahasa yag digunakan berkaidah santun sesuai
dengan kesantunan bahasa. Kesantunan sendiri berarti baik halus dan berbudi luhur. Tentu kesantunan berbahsa tercermin dalam tata cara berkomunikasi secara verbal. Jadi,
hakikat kesantunan berbahasa adalah hal yang paling mendasar yang dapat menjadi sebuah prinsip dan strategi dalam hal kehalusan dalam berbahasa yang baik dan benar.
Kesantunan berbahasa suatu tuturan pada umumnya tergantung pada tiga kaidah yang harus dipatuhi. Menurut Chaer 2010:10 ketiga kaidah ini adalah 1 formalitas, 2
ketidaktegasan 3 kesamaaan atau kesekawanan. Kaidah pertama memiliki arti bahwa suatu tuturan tidak boleh memaksa dan menunjukkan keangkuhan. Kaidah kedua berarti
lawan tutur memiliki pilihan dalam merespon tuturan yang disampaikan, dan kaidah ketiga secara sederhana dapat diartikan adanya kesetaraan antara penutur dan lawan
tutur.
Menurut Leech 1993:206-207 sebagai retorika interpersonal, pragmatik masih memerlukan prinsip lain di samping prinsip kerja sama, yakni prinsip kesopanan
politeness principle . Prinsip kesopanan terbagi atas berbagai maksim kebijaksanaan tact
maxim , maksim kemurahan hati generosity maxim, maksim penerimaan approbation
maxim , maksim kerendahan hati modesty maxim, maksim kecocokan agreement maxim,
dan maksim kesimpatian sympathy maxim. Kesantunan berbahasa digunakan agar mitra tutur merasa nyaman dan nyambung dalam berkomunikasi, sehingga tujuan komunikasi
sesuai substansinya. Bahasa yang baik adallah bahasa yang digunakan dengan baik dan benar.
F.
CERMINAN KARAKTER
Karakter dalam KBBI cetakan ketiga 1990:389 diartikan “sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain; berkarakter
bermakna mempunyai kepribadian”. Karakter adalah gambaran yang dapat dilihat dari nilai benar dan salah dalam bentuk tindakan, perbuatan atau tingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari.
Karakter manusia bisa dipupuk melalui sebuah pembelajaran, baik formal maupun informal. Terlebih di era ini karakter bisa dibentuk melalui pemanfaatan media sosial
terkhusus Whatsapp. Dengan media ini diharapkan, melatih peserta didik untuk belajar bertanggung jawab, jujur, berpendapat dan sebagainya.
Manusia yang memiki kesantunan berbahasa jelas mencerminkan karakter suatu komunitas tertentu, komunitas itu nantinya akan mencerminkan bangsa itu sendiri. Jadi,
bersikap arif dalam berbahasa merupakan perwujudan menjunjung tinggi nilai Pancasila.