PENGUASAAN LAHAN
II.1.5. PENGUASAAN LAHAN
Penguasaan lahan merupakan sebuah alat dalam kebijakan pengembangan secara keseluruhan baik secara tidak langsung maupun secara langsung. Karena hal tersebut merupakan penentu utama dari basis pajak daerah dan secara signifikan mempengaruhi kualitas dan pengembalian investasi yang dilakukan dalam struktur tanah (Doebele, 1983).
Menurut Doebele (1983) kriteria kebijakan yang mengatur penguasaan lahan bertujuan:
a. Efisiensi Sistem yang dibentuk harus memungkinkan memaksimalkan produktivitas lahan sebagai
sebuah sumber daya
b. Keadilan Sistem yang dibentuk harus dapat diakses oleh semua kalangan
c. Kesesuaian Sistem yang dibentuk harus sejalan dengan kebijkan lainnya misalnya dalam pengembangan
ekonomi dan lahan perkotaan seperti perencanaan tingkat nasional, provinsi dan kotamadya, perpajakan dan manajemen sistem layanan publik.
d. Keberlanjutan Sistem dapat menjamin keberlanjutannya sendiri.
Penguasaan lahan di Indonesia diatur pada Undang Undang Pokok Agraria atau UU No 5 Tahun 1960 yang selanjutnya akan disebut dengan UUPA. Pengertian “penguasaan” dan “menguasai” Pasal 2 UUPA dipakai dalam aspek publik, seperti dirumuskan dalam Pasal 2 UUPA, bahwa:
1. Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang 1. Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang
2. Hak menguasai dari Negara termasuk dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang untuk : a) Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan, pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa; b) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa; c) Menentukan dan mengatur hubungan- hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa.
3. Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada ayat (2) ini digunakan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan,
kesejatehraan dan kemerdekaan, berdaulat, adil dan kemakmuran dalam masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
4. Hak menguasai dari Negara tersebut di atas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan
tidak bertentangan dengan kepentingan Nasional, menurut ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah.
Dalam hukum tanah nasional ada bermacam-macam hak penguasaan atas tanah. Adapun hak-hak tersebut yaitu:
1. Hak Bangsa Indonesia disebut dalam Pasal 1 UUPA, sebagai hak penguasaan atas tanah yang tertinggi, yaitu hak ulayat.
2. Hak Menguasai dari Negara yang disebut dalam Pasal 2 UUPA
3. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat yang disebut dalam Pasal 3 UUPA.
4. Hak Perseorangan atau Individual, semuanya beraspek perdata terdiri atas:
a. Hak-hak atas tanah sebagai hak-hak individual yang semuanya secara langsung atau pun tidak langsung bersumber pada hak bangsa, yang disebut dalam Pasal 16 UUPA. Macam-macam hak atas tanah dalam Pasal 16 UUPA, menentukan bahwa Hak-hak atas
tanah yang dapat dipunyai oleh perseorangan itu meliputi :
1. Hak Milik
2. Hak Guna Usaha
3. Hak Guna Bangunan
4. Hak Pakai
5. Hak Sewa
6. Hak Membuka Tanah
7. Hak Memungut Hasil Hutan
8. Hak-hak yang lain termasuk dalam hak-hak tersebut di atas akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 53 UUPA.
b. Hak-hak atas air dan ruang angkasa sebagai yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) adalah:
1. Hak guna air
2. Hak pemeliharaan dan penangkapan ikan
3. Hak guna ruang angkasa
5. Wakaf, yaitu hak milik yang sudah diwakafkan dalam Pasal 49 UUPA.
6. Hak jaminan atas tanah yang disebut hak tanggungan dalam Pasal 25, Pasal 33, Pasal 39, dan Pasal 51 UUPA.
Berdasarkan Pasal 16 ayat (1) butir (h) diatur hak atas tanah yang sifatnya sementara sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 53 UUPA. Berdasarkan Pasal 53 UUPA hak atas tanah yang sifatnya sementara adalah hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang, dan hak sewa tanah pertanian.