DAMPAK PENGEMBANGAN TEKNOPOLIS TERHADAP PETANI

VI.8. DAMPAK PENGEMBANGAN TEKNOPOLIS TERHADAP PETANI

Kawasan Inti Teknopolis yang direncanakan akan dibangun kawasan mixed use merupakan lahan pertanian yang sudah dimiliki oleh pihak swasta. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Cimincrang dan Cisaraten kidul yang merupakan kecamatan rencana akan dibangunnya Kawasan Inti Teknopolis Gedebage pada umumnya bermata penghasilan sebagai petani. Buruh tani merupakan salah satu bagian yang terdampak dari adanya pembangunan kawasan tersebut. Pada studi ini petani sebagai informan Kawasan Inti Teknopolis yang direncanakan akan dibangun kawasan mixed use merupakan lahan pertanian yang sudah dimiliki oleh pihak swasta. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Cimincrang dan Cisaraten kidul yang merupakan kecamatan rencana akan dibangunnya Kawasan Inti Teknopolis Gedebage pada umumnya bermata penghasilan sebagai petani. Buruh tani merupakan salah satu bagian yang terdampak dari adanya pembangunan kawasan tersebut. Pada studi ini petani sebagai informan

32 orang buruh tani, buruh tani tersebut menggarap lahan pertanian yang saat ini dimiliki developer dan hanya 6 orang buruh tani yang menggarap lahan milik sendiri atau bukan milik developer. Wawancara yang dilakukan terkait karakteristik buruh tani di Kelurahan Cimincrang dan Cisaranten Kidul guna mengindentifikasi kompensasi yang seharusnya diterima dengan menyesuaikan keadaan dari buruh tani tersebut. Adapun beberapa karakteristik dari buruh tani yang berada di Cimincrang dan Cisaranten Kidul antara lain dilihat dari tingkat pendidikan, usia, penghasilan serta pendapatan.

Gambar VI.27. Presentase Tingkat Pendidikan Petani Responden

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Sebagian besar atau sekitar 50% dari masyarakat yang menjadi buruh tani mempunyai pendidikan terakhir SD bahkan beberapa dari mereka tidak menyelesaikan pendidikan SD tersebut. Sedangkan untuk rata-rata usia yang bekerja sebagai buruh tani menyebar dari usia 20 hingga lebih dari 50 tahun. Namun banyak buruh tani yang memiliki usia lebih dari 50 tahun. Hal ini dapat mempengaruhi pemilihan kompensasi yang akan diberikan. Apabila pemberian kompensasi seluruhnya berupa pekerjaan maka terdapat beberapa buruh tani yang tidak dapat atau tidak mau bekerja di kawasan teknopolis karena faktor usia. Namun buruh tani yang menjadi responden seluruhnya mempunyai tanggungan (anggota keluarga yang harus dibiayai). Terdapat beberapa lahan pertanian yang masih masyarakat, namun tidak ingin melepas lahan tersebut kepada pihak developer, Hal tersebut disebabkan oleh belum adanya kecocokan harga antar developer dan pemilik lahan. Pemilik lahan menawarkan harga sebesar Rp.3 juta per meter namun belum adanya persetujuan dari pihak developer.

Gambar VI.28. Presentase Usia Petani Gambar VI.29. Presentase Jumlah

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Tanggungan Petani

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Permasalahan yang terdapat pada masyarakat terutama yang menjadi buruh tani saat ini yaitu kehilangan pekerjaan. Umumnya mereka keberatan dengan adanya pembangunan kawasan teknopolis ini namun tidak ada hal dapat mereka lakukan karena hampir seluruh kepemilikan lahan telah dikuasai. Untuk itu banyak dari buruh tani yang mengharapkan adanya kompensasi berupa pekerjaan namun terdapat beberapa buruh tani yang tidak setuju dengan adanya pembangunan karena menghilangkan lahan pertanian yang menjadi mata pencaharian utama mereka. Umumnya buruh tani yang tidak setuju ini adalah buruh tani yang usinya lebih dari 50 tahun sehingga walaupun diberikan kompensasi berupa pekerjaan dari pihak pengembang, mereka berpendapat bahwa tidak akan dapat melakukan pekerjaan tersebut karena faktor usia.

Apabila dilihat dari jumlah pendapatan buruh tani maka pendapatan buruh tani paling tinggi yaitu lebih dari 1 juta rupiah, Umumnya petani yang memperoleh adalah petani yang menggarap lahan sendiri atau petani yang menggarap lahan orang lain bukan merupakan buruh tani yang bekerja kepada petani. Sedangkan petani yang memiliki penghasilan Rp. 250,001 - Rp. 500,000 merupakan buruh tani yang bekerja kepada petani. Jadi pada studi ini ada dua jenis petani yaitu petani yang menggarap lahan milik sendiri atau orang lain yang mendapatkan penghasilan per masa panen sedangkan buruh tani yang dibayar oleh petani untuk menanam benih, membersihkan rumput dan pekerjaan buruh tani lainnya dibayar per hari atau per bulan sehingga penghasilan mereka lebih sedikit daripada penghasilan petani.

Gambar VI.30. Grafik Pendapatan Petani

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Diantara para petani tersebut banyak yang memilki penghasilan tambahan yaitu seperti tukang ojek, pemulung, pedagang dan pembantu rumah tangga. Namun ada pula yang tidak memiliki pekerjaan tambahan, Biasanya petani dan buruh tani yang tidak memiliki pekerjaan adalahn petani yang mempunyai umur lebih dari 50 tahun dan tidak mempunyai keterampilan lainnya. Dari 32 responden terdapat 6 orang petani yang tidak memiliki pekerjaan tambahan. Kebanyakn dari petani yang memilki penghasilan tambahan mempunyai pendapatan yang lebih besar dari pada profesi mereka sebagai petani.

Gambar VI.31. Sistem Pembayaran Petani Informan

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Tabel VI.12. Pekerjaan Sampingan Petani Informan

Pekerjaan Sampingan

Jumlah

10

Tukang Bangunan

Pedagang

Pembantu Rumah Tangga