PEDOMAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN
II.2.8. PEDOMAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN
Sub bab ini membahas regulasi terkait pedoman penyusunan kebijakan. Pedoman tersebut berupa penulisan Rencana Detail Tata Ruang dan Zonasi yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20 Tahun 2011, dan Pedoman Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.6 Tahun 2007. Kedua pedoman ini diperlukan untuk menentukan dokumen perencanaan yang tepat dalam penyusunan rencana aksi yang dapat diintervensi pada skala kota atau oleh Pemerintah Daerah.
A. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.20 TAHUN 2011 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) merupakan penjabaran dari RTRW Kabupaten/Kota, Penyusunan RDTD harus mengacu kepada arahan yang telah ditetapkan RTRW Kota/Kabupaten. Rencana ini dilengkapi dengan peraturan zonasi, Peraturan zonasi berisi tentang ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya untuk setiap blok/zona.
Gambar II.17. Kedudukan RDTD Kota/Kabupaten
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20 Tahun 2011
Berdasarkan muatannya, penyusunan RDTR dibagi atas:
a. Tujuan Penataan Ruang Bagian Wilayah Perencanaan
Perumusan tujuan berdasarkan pada arahan dari RTRW, Isu strategis BWP dan karakteristik dari BWP tersebut.
b. Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang dirumuskan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dalam BWP dan perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan pelestarian fungsi lingkungan. Peta rencana pola ruang berfungsi sebagai acuan peraturan zonasi. Perumusan rencana ini juga berdasarkan kriteria:
- RTRW yang telah ditetapkan - Recana pola ruang bagian yang berbatasan - Mitigasi dan adaptasi bencana pada BWP - Penyediaan RTH dan RTNH untuk menampung kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat
Zona Lindung: Zona Lindung:
b. Zona resapan air
c. Zona perlindungan setempat meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, zona sekitar danau atau waduk dan zona sekitar mata air
d. Zona RTH Kota
e. Zona suaka alam dan cagar budaya
f. Zona rawan bencana alam meliputi longsor, rawan bajir dll Zona Budidaya:
a. Zona perumahan: Perumahan berkepadatan tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah (bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam rumah susun, rumah kopel, rumah
deret, rumah tunggal dan sebagainya)
b. Zona perdagangan dan jasa: Pedagangan jasa deret dan perdagangan jasa tunggal (bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam lokasi PKL, pasar tradisional, pasar modern, pusat perbelanjaan dan dan sebaginya)
c. Zona perkantoran: Meliputi perkantoran pemerintah dan perkantoran swasta
d. Zona Sarana Pelayanan Umum: Meliputi sarana pelayanan umum pendidikan, transportasi, kesehatan, olahraga, sosial budaya dan peribadatan
e. Zona Industri: Meliputi industri kimia dasar, industri mesin dan logam dasar, industri kecil dan aneka industri
f. Zona Khusus: Meliputi zona untuk pertahanan dan kemananan, zona instalasi pengolahan air limbah (IPAL), Zona TPA dan zona khusus lainnya
g. Zona campuran: Merupakan zona budidaya yang diperuntukan untuk beberapa fungsi.
c. Rencana Jaringan Prasarana
Rencana jaringan prasaran meliputi beberapa komponen yaitu jaringan jalan, telekomunikasi, jaringan air minum, drainase, jaringan air limbah. Penyusunan rencana tersebut mempertimbangkan kebutuhan pelayanna dan pengembangan dari BWK dengan mengacu kepada rencana dari RTRW.
d. Penetapan Sub-Bagian Wilayah Perencanaan yang Diprioritaskan Penanganannya
Sub BWP yang diprioritaskan merupakan lokasi yang penanganannya bertujuan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan keterpa-duan pembangunan dan melaksanakan revitalisasi di kawasan tersebut.
e. Ketentuan Pemanfaatan Ruang
Ketentuan pemanfaatan ruang sebagai arahan untuk masyarakat yang akan melakukan investasi di BWK tersebut serta menjadi dasar dalam penyelenggaraan program pemerintah. Ketentuan itu program-programan pemanfaatan ruang meliputi program zona budidaya, rencana jaringan prasarana, perwujudan penetapan sub BWP yang diprioritaskan. Dalam ketentuan pemanfaatan ruang juga ditetapkan lokasi, berasan program pengembangan, sumber pendanaan dari program tersebut dan instansi pelaksananya serta waktu dan tahapan pelaksanaan program.
Peraturan zonasi berfungsi sebagai acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang, acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif, acuan dalam pengenaan sanksi serta sebagai rujukan bagi pengembang atau pemanfaat lahan. Beberapa muatan dalam peraturan zonasi tersebut terdiri dari materi wajib yang dijabarkan dalam beberapa aspek yaitu; 1) Kegiatan ketentuan penggunaan lahan; 2) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang; 3) Ketentuan bangunan; 4) Ketentuan prasarana dan sarana minimal; 5) Ketentuan pelaksanaan dari peraturan materi wajib tersebut. Selain materi wajib dalam muatan RDTR terdapat materi pilihan yang terdiri dari beberapa perencanaan tambahan bagi wilayah-wilayah khusus seperti zona rawan bencana, zona PLTA, zona pembangunan nuklir dan zona lainnya yang tergolong sebagai zona khusus. Serta terdapat ketentuan tambahan bagi beberapa zona yang dianggap perlu untuk ditambahkan aturan dasar yang telah ditetapkan.
B. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.6 TAHUN 2007 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Berdasarkan Permen PU No. 6 tahun 2007, di dalam hirarki dokumen rencana tata ruang, dokumen RTBL merupakan turunan dari Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota/Kabupaten. Dokumen RTBL disusun oleh masing-masing kota/kabupaten dan bersama-sama dengan peraturan daerah lain yang juga mengatur tentang bangunan gedung wajib menjadi acuan didalam proses IMB serta penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan.
Gambar II.18 Kedudukan RTBL dalam Pengendalian Bangunan Gedung dan Lingkungan
Sumber: PERMEN PU No.6 tahun 2007
Seluruh rencana, rancangan, aturan, dan mekanisme dalam penyusunan dokumen RTBL harus merujuk pada pranata pembangunan yang lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan, kota, maupun wilayah. Bentuk RTBL dapat disesuaikan dengan kompleksitas permasalahan kawasan yang akan direncanakan/diatur. Beberapa bentuk RTBL adalah:
a. Rencana aksi/kegiatan komunitas (Community-Action Plan / CAP)
b. Rencana penataan lingkungan (Neighbourhood-Development Plan/ NDP)
c. panduan rancang kota (Urban-Design Guidelines/ UDGL) Luasan kawasan perencanaan yang diatur dalam sebuah RTBL ditentukan oleh tipologi yang
dimiliki kawasan tersebut. Secara umum lingkup RTBL mencakup suatu lingkungan/kawasan dengan luas 5-60 hektar (Ha). Lingkup cakupan sebuah RTBL berdasarkan tipologi kawasannya diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kota metropolitan dengan luasan minimal 5 Ha
b. Kota besar/ sedang dengan luasan 15-60 Ha
c. Kota kecil/desa dengan luasan 30-60 Ha Sementara penentuan batas dan luasan kawasan perencanaan (delineasi) dapat didasarkan
pada satu atau kombinasi butir-butir di bawah ini:
a. Administratif, seperti wilayah RT, RW, kelurahan, kecamatan, dan bagian wilayah kota/desa.
b. Nonadministratif, yang ditentukan secara kultural tradisional (traditional cultural-spatial units), seperti desa adat, gampong, dan nagari.
c. Kawasan yang memiliki kesatuan karakter tematis, seperti kawasan kota lama, lingkungan sentra perindustrian rakyat, kawasan sentra pendidikan, dan kawasan permukiman tradisional.
d. Kawasan yang memiliki sifat campuran, seperti kawasan campuran antara fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial-budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district), industri, dan kawasan bersejarah.
e. Jenis kawasan, seperti kawasan baru yang berkembang cepat, kawasan terbangun yang memerlukan penataan, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, dan kawasan
gabungan atau campuran.
Komponen rancang kawasan yang diatur dalam RTBL adalah:
a. Stuktur Peruntukan Lahan yang berisi terkait peruntukan lantai dasar dan peruntukan lantai atas.
b. Intensitas Pemanfaatan Lahan merupakan peraturan yang berisi KDB,KLB, KDH,KTB (Koefisien tapak besmen), Sistem insentif dan disinsentif, serta sistem pengalihan nilai
koefisien lantai bangunan.
c. Tata Bangunan yang berisi terkait pengaturan blok, pengaturan kavling, pengaturan bangunan serta pengaturan ketinggian dan elevasi lantai bangunan
d. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung berupa pengaturan sistem jaringan jalan, sirkulasi kendaraan, sistem parkir, siklus pejalan kaki serta jalur pedestrian.
e. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau berupa pengaturanruang terbuka umum, ruang e. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau berupa pengaturanruang terbuka umum, ruang
f. Tata Kualitas Lingkungan, meliputi: Tata Identitas Lingkungan dan Tata Orientasi Lingkungan
g. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan yang meliputi perencanaan sistem jaringan air bersih, air limbah dan air kotor, jaringan drainase, jaringan listrik, jaringan telepon serta
jaringan pengamanan kebakaran.
h. Pelestarian Bangunan dan Lingkungan.