METODE PENGUMPULAN DATA

IV.2. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data melakukan dua teknik yaitu primer dan sekunder. Hal tersebut dapat memperkaya data dan memperkuat pembuatan konsep rencana aksi. Dimana teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang perlu untuk mendukung data primer.

IV.2.1. PENGUMPULAN DATA PRIMER

Dalam penelitian ini digunakan wawancara semi terstruktur baik pada masyarakat, buruh tani maupun para ahli. Berdasarkan kondisi lapangan, masyarakat dan buruh tani tidak bisa diarahkan berdasarkan urutan panduan wawancara karena tingkat penddidikan. Selain itu ada beberapa pertanyaan tambahan yang harus diajukan di luar dari konteks panduan untuk mendapatkan sasaran jawaban yang diinginkan, misalnya untuk mendapatkan jawaban penghasilan dari buruh tani yang pendapatannya tidak per bulan tapi tiap kali masa panen, pertanyaan harus sampai mendetil, agar tidak salah memasukkan data penghasilan. Jadi harus benar-benar teliti dan mengerti dalam setiap jawaban yang mereka beri, selain itu mereka memberikan satuan-satuan yang tidak sesuai standar/baku. Di samping itu bahasa yang mereka gunakan umumnya adalah bahasa Sunda, ini menjadi kendala tersendiri bagi peneliti yang sebagian besar tidak dapat berbahasa Sunda. Namun, peneliti dibantu oleh kerabat informan kedalam bahasa Indonesia. Jumlah responden petani yang diwawancarai sejumlah 32 orang, sedangkan masyarakat sebanyak 11 orang. Selain mewawancarai masyarakat dan petani, dilakukan pula wawancara kepada perwakilan instansi-instansi SKPD terkait, perwakilan perusahaan atau pelaku bisnis, dan tenaga ahli. Wawancara dengan berbagai pihak ini dibutuhkan untuk mengetahui perspektif pihak-pihak terkait serta kaum akademisi dalam menilai peluang dan rencana pengembangan konsep smart growth di Kawasan Inti Teknopolis Gedebage. Berikut adalah daftar lengkap pihak-pihak yang diwawancarai tersebut:

Tabel IV.1. Daftar Narasumber Wawancara Kepada Instansi Pemerintah Kota Bandung

No.

Instansi

Jenis Wawancara

1 Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung Semi Terstruktur 2 Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung

Semi Terstruktur 3 Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung

Semi Terstruktur 4 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung

Semi Terstruktur 5 Dinas Perhubungan Kota Bandung

Semi Terstruktur 6 Dinas Koperasi, UKM dan Industri Perdagangan Kota Bandung

Semi Terstruktur 7 Sekretariat Daerah Kota Bandung :

Semi Terstruktur 8 Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung

Semi Terstruktur 9 Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung

Semi Terstruktur 10 Bappeda Kota Bandung (Bidang Penanaman Modal)

Semi Terstruktur

Sumber: Hasil Wawancar , 2015

Tabel IV.2. Daftar Narasumber Wawancara Kepada Perusahaan (Pelaku Bisnis)

No.

Perusahaan

Jenis Wawancara

1 PT. TELKOM

Semi Terstruktur

2 PT. INTI

Semi Terstruktur

3 LIPI

Semi Terstruktur

4 PDAM

Semi Terstruktur

Sumber: Hasil Wawancara, 2015

Tabel IV.3. Daftar Narasumber Wawancara Kepada Tenaga Ahli

No.

Ahli

Jenis Wawancara

1 Siti Heni Rohana (Pakar Ekonomi Regional) Semi Terstruktur 2 Prof. Dr. Ir. Iwan K Hadihardaja, MSc, Ph. D. (Pakar Teknik Sipil)

Semi Terstruktur 3 Dwi Larso, Ph.D. (Pakar Bisnis dan Manajemen)

Semi Terstruktur 4 Dr. Ir. Priana Sudjono,M.S.,Dipl.Eng (Pakar Teknik Lingkungan)

Semi Terstruktur

Sumber: Hasil Wawancara , 2015

Demikian juga dengan para ahli dan SKPD terkait, wawancara yang dilakukan juga semi terstruktur. Tidak ada kesulitan dalam memahami wawancara dengan para ahli karena tingkat pendidikan yang tinggi, hanya yang harus dipahami adalah ada beberapa kata yang mungkin terdengar asing karena tidak berkaitan langsung dengan bidang tersebut. Dalam wawancara dengan ahli, kami juga mengajukan beberapa pertanyaan tambahan berdasarkan informasi yang diperoleh dari ahli tersebut yang sebelumnya tidak diketahui oleh peneliti.

IV.2.2. PENGUMPULAN DATA SEKUNDER

Pengumpulan data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Basuki, 2005). Data ini akan menjadi bahan untuk memperkuat data primer. Data yang telah di dapatkan dari instansi pemerintahan dan non pemerintahan terkait pembangunan Kawasan Teknpolis Gedebage. Pada usaha pengumpulan data dengan metode survei sekunder, dimana data telah tersedia pada:

a. Data studi dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan catatan- catatan tertulis yang ada dilokasi penelitian serta sumber- sumber lain yang menyangkut masalah

yang diteliti dengan instansi terkait. Usaha pengumpulan data dari instansi-instansi yang terkait baik pemerintah maupun swasta. Adapun data-data yang dicari adalah data:

1. Kebijakan tingkat nasional berupa RTRWN dan peraturan pemerintah terkait. Hal ini dibutuhkan untuk menglihat posisi kebijakan Provinsi Jawa Barat dan Kota Bandung dalam pembangunan nasional pada jangka waktu 2008-2028. Data ini didapat dari website Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional.

2. Kebijakan tingkat provinsi berupa RTRW Provinsi Jawa Barat dan peraturan daerah terkait. Hal ini untuk melihat lebih detai kebijakan Kota Bandung dalam pembangunan Provinsi Jawa

Barat. Data ini didapat dari website Badan Perencanaan dan Pembangunan Provinsi Jawa Barat.

3. Kebijakan tingkat Kota Bandung berupa RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menangah Daerah) Kota Bandung. Hal ini untuk melihat jenis pembangunan selama 5 tahun kedepan, khusunya pembangunan kawasan Teknopolis Gedebage. Data ini didapat dari Badan perencanaan dan Pembangunan Kota Bandung

4. Kebijakan tingkat Kota Bandung Berupa RTRW Kota Bandung dan peraturan daerah Terkait. Hal ini untuk melihat kebijakan yang mengatur pola ruang dan struktur ruang kawasan

Gedebage. Data ini didapat dari Badan perencanaan dan Pembangunan Kota Bandung

5. Kebijakan tingkat Kota Bandung berupa RDRT dan peraturan daerah terkait. Hal ini untuk melihat zona yang akan dibangun pada Kawasan Teknopolis Gedebage. Data ini didapat dari Badan perencanaan dan Pembangunan Kota Bandung

6. Data BPS (Badan Pusat Statistik) berupa Kota Bandung dalam angka, Kecamatan Gedebage dalam angka. Hal ini untuk melihat karakteristik kawasan studi.

7. Kajian yang dilakukan oleh Bappeda Kota Bandung, tetapi belum menjadi dasar hukum pembangunan kawasan seperti rencana induk Kawasan Gedebage Tahun 2005 dan perencanaan pengembangan Kawasan Teknopolis Gedebage Tahun 2015. Hal ini menjadi

kajian untuk menunjang pembangunan kawasan Teknopolis Gedebage.

8. Rencana Strategis tiap instansi di Kota Bandung seperti Dinas Bina Marga dan Pengangairan, Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, Dinas Pertamanan, Dinas Pariwisata, Dinas Perhubungan dan dinas terkait. Hal ini untuk melihat pembangunan yang akan dilaksanakan setiap dinas di Kawasan Gedebage.

9. Kebijakan mengenai perijinan yang beradan di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung. Hal ini untuk melihat prosedur pembangunan kawasan dan melihat kesiapan developer khususnya Summarecon untuk menjalankan ketentuan perijinan yang ada.

10. Kebijakan terkait lainnya seperti Undang-undang mengenai pengandaan jaringan infrastruktur, perumahaan dan kawasan lindung. Data yang diambil dari website pemerintah pusat.

b. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku- buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti. Studi kepustakaan bermanfaat bagi dasar suatu teori untuk mengkonsepkan rencana aksi yang sesuai. Studi kepustakaan yang dilakukan adalah:

1. Kajian teori smart growth. Hal ini menjadi dasar perencanaan karena kawasan Gedebage akan menjadi kawasan baru perkotaan. Teori ini diambil dari kajian buku dan karya tulis para

ahli.

2. Kajian teori teknopolis. Hal ini menjadi dasar pembentukan kawasan teknopolis dilihat dari fungsi, kewenangan dan dampak pembangunan, Sehingga dari pembangunan ini untuk menciptakan keseimbangan fisik dan sosial dibutuhkan teori smart growth.

3. Kajian teori Pembiayaan. Hal ini menjadi aspek yang penting untuk mengetahui biaya pembangunan kawasan yang dapat ditanggung pemerinta, developer atau kerjasama antara keduanya.

4. Kajian teori penguasaan lahan. Hal ini akan merupakan suatu alat untuk melihat kekuatan dari pengausaan lahan yang akan berdampak pada pembangunan kawasan.