JARINGAN JALAN

VI.1.1. JARINGAN JALAN

Pada sub bab ini akan memaparkan kondisi eksisting jaringan jalan yang akan dijabarkan dari hasil observasi lapangan dan wawancana instansi (Dinas Bina Marga). Selain kondisi eksisting terdapat beberapa rencana pembangunan, rencana pelebaran dan rencana pemeliharaan. Dari rencana tersebut terdapat beberapa sistem koordiasi yang dijalankan oleh beberapa instansi terkait. Dari data kondisi eksisiting lapangan, kondisi kelembagaan terkait dan rencana yang ada, selanjutnya data di analisis untuk melihat karakteristik pembangunan jaringan jalan. Hal tersebut sebagai dasar munculnya aspek-aspek penunjang untuk mengoptimalkan pengintegrasian kelas jaringan jalan dalam menunjang perkembangan Kawasan Teknopolis Gedebage dan meminimalisir dampak negatif pembangunan .

Koordinasi Dinas Bina Marga dan Pengairan dalam proses pengembangan kawasan Teknopolis Gedebage belum disosialisasikan secara formal oleh Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, sehingga rencana prasarana penunjang kawasan teknopolis belum secara jelas di rencanakan.

Tugas pokok Dinas Bina Marga Pengairan adalah membuat Feasibility Study (FS) dan Detail Engineering Design (DED). Saat ini Dinas Bina Marga dan Pengairan fokus pada pengembangan prasarana jalan, seperti pada KM 149 yang dapat berdampak pada

1. Rencana pelebaran jalan pada Jalan Gedebage selatan yang pengalokasian dananya oleh APBN

2. Pembuatan jalan tol pada KM 149 yang lahannya dibebaskan menggunakan APBN yang dihibahkan ke dalam APBD Provinsi Jawa Barat (Aset Provinsi). Jalan ini akan langsung

menghubungkan Kawasan Teknopolis Gedebage dan Jalan Sukarno Hatta. Kendala yang terjadi pada saat ini adalah proses pembebasan lahan dimana sekitar ± 200 m belum dapat dibebaskan oleh pemerintah karena terdapat masyarakat yang belum bersedia melepaskan kepemilikan tanahnya, pemilik yang belum membebaskan ada

32, tetapi data di dinas baru ada 4.

3. Kondisi jalan disekitar kawasan seperti jalan menuju Stadion Bandung Lautan Api yang masih dalam proses pengerjaan untuk menunjang kegiatan PON Jawa Barat. Kondisi

jalan dibeton dan konsep pedestrian yang nyaman (terdapat tempat berteduh dan bahan lantai menyerupai granit) akan dibangun dengan lebar 1,2 m di sisi kiri dan kanan. Inci Darmawan selaku Kepala Sub Bidang Tata Ruang BAPPEDA Kota Bandung menyatakan bahwa untuk tahap awal pembangunan teknopolis ini akan diprioritaskan pada prasarana dan sarana PON yang akan segera diselenggarakan pada tahun 2015. Untuk pembangunan akses jalan dari Jalan Cimincrang, sudah dilakukan pembebasan lahannya pada tahun 2014 dan akan diselesaikan konstruksinya pada 2015. Beliau optimis bahwa ketika jalan arteri ini telah dibangun maka otomatis akan diikuti oleh pembangunan prasarana lain di sekitarnya. Namun, pembangunan jalan ini akan memberikan eksternalitas baru berupa bangkitan

kendaraan pada ruas-ruas jalan disekitar kawasan inti teknopolis. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung menilai pembangunan jalan tol km 149 akan mendorong pergerakan dari PPK Alun-alun, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang bahkan Kota Jakarta ke kawasan Teknopolis Gedebage. Pergerakan terjadi dalam rangka mengisi ruang baik permukiman, komersial, jasa dan kegiatan lainnya. Hal yang sama juga disampaikan oleh Dwi Larso, dosen SBM ITB. Sehingga pemerintah perlu mengantisipasi dan mengintervensi hal tersebut agar tidak menambah kemacetan Kota Bandung.

4. Rencana pembangunan jalan pendamping tol mulai dari Buah Batu sampai Sapan karena pelebaran jalan pada Jalan Gedebage Selatan dan Jalan Riung Bandung sulit

untuk terealisasikan disebabkan kepadatan yang telah tinggi oleh perdagangan dan perumahan di sepanjang jalan tersebut.

5. Rencana jalan pendamping pada rel kerata api sepanjang 3 km dengan lebar 2 x 9 pada tahun 2015 selesai.

Gambar VI.1. Rencana Pembangunan Jalan Pada Kawasan Inti Teknopolis Gedebage

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Dalam rencanaan pengembangan infrastruktur jalan terdapat beberapa kendala seperti:

1. Kendala pembebasan lahan oleh bagian aset yang belum beres, sehingga berpotensi terhambatnya pembangunan jalan di KM 149. Pelaksanaan pemebasan lahan oleh DPKAD Kota Bandung.

2. Terdapat kesulitan perijinan pada PJKA, untuk membuka jalur penyebrangan jalan pada jalur kereta api.

Gambar VI.2. Kondisi Eksisting Jalan yang Direncanakan Sebagai Jalur Keluar Jalan Tol KM 149

Sumber: Hasil Observasi, 2015

Seksi pemeliharaan yang bertugas untuk mengelola jalan yang telah terbangun seperti Jalan Rancasagatan, Jalan Cimincrang yang menuju ke Gedebage Selatan, Jalan dari Ciwastra ke Stadion Bandung Lautan Api, isu yang terjadi pada jalan yang telah dikelola oleh pemerintah adalah pada Jalan Rancasagatan dalam RDTR kawasan Gedebage akan menjadi kawasan perdagangan, jasa dan permukiman dengan kondisi lebar jalan 6 m akan dapat menimbulkan bottle neck karena rencana jalan pada kawasan perdagangan, jasa dan Seksi pemeliharaan yang bertugas untuk mengelola jalan yang telah terbangun seperti Jalan Rancasagatan, Jalan Cimincrang yang menuju ke Gedebage Selatan, Jalan dari Ciwastra ke Stadion Bandung Lautan Api, isu yang terjadi pada jalan yang telah dikelola oleh pemerintah adalah pada Jalan Rancasagatan dalam RDTR kawasan Gedebage akan menjadi kawasan perdagangan, jasa dan permukiman dengan kondisi lebar jalan 6 m akan dapat menimbulkan bottle neck karena rencana jalan pada kawasan perdagangan, jasa dan

Gambar VI.3. Kondisi Jalan Eksisting di Kawasan Inti Teknopolis Gedebage

Sumber: Hasil Observasi, 2015

Dalam pengembangan pemanfaatan tata ruang terdapat pemanfaatan ruang milik jalan untuk kepentingan umum, maka mekanismenya adalah:

a. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD) yang ada di Setda Balaikota Bandung berkoordinasi mengenai pembangunan teknis di lapangan dan pengendalian. Dinas-

dinas yang terkait adalah dalam TKPRD adalah: - BAPPEDA kota Bandung - Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya - Dinas Bina Marga dan Pengairan - Dinas Perhubungan - Dinas Pertamanan - Dinas Kebakaran - Dinas Kebersihan - BPLH - BPN

b. Pelaksanaan Ijin Lokasi di BPPT kota Bandung

c. Pelaksanaan Ijin Pemanfaatan Ruang (IPR)

Pengembangan jaringan jalan pada kawasan inti teknopolis bertujuan untuk menghubungkan kawasan teknopolis Gedebage dengan kawasan sekitarnya serta antar fungsi kegiatan yang ada didalam kawasan. Berdasarkan rencana yang disusun dalam dokumen Perencanaan Pengembangan Kawasan Teknopolis Gedebage, jaringan jalan yang akan dikembangkan berdasarkan hirarkinya meliputi:

- Arteri primer: jaringan jalan tol KM 149 yang menghubungkan Gedebage-Ujung Berung; - Arteri sekunder: jaringan jalan yang menghubungkan kawasan inti – Jl.Soekarno-Hatta

(koridor utara-selatan), kawasan ini dengan Kel. Rancasari dan Cimincrang (koridor barat- timur), serta lingkar luar kawasan.

- Kolektor primer: Jl. Gedebage (eksisting) dengan arah utara-selatan; - Kolektor sekunder: jaringan jalan yang menghubungkan antar jaringan jalan arteri

- Lokal: jaringan jalan yang menghubungkan arteri sekunder dengan kolektor primer, arteri sekunder dengan kolektor sekunder, dan antar arteri sekunder.

Sementara pada Kawasan Inti Teknopolis Gedebage, jaringan jalan yang akan dibangun berdasarkan hirarkinya adalah sebagai berikut:

- Arteri sekunder: koridor utara-selatan yang menghubungkan kawasan inti dengan Jl. Soekarno-Hatta;

- Kolektor sekunder: menghubungkan jaringan arteri sekunder dengan pusat-pusat kegiatan;

- Lokal: menghubungkan jaringan jalan berhirarki arteri sekunder dengan kolektor sekunder. Menurut UU 38 tahun 2004, jaringan jalan dikembangkan secara berhirarki, mulai dari arteri

primer, arteri sekunder, kolektor primer, kolektor sekunder, hingga jalan lokal. Berdasarkan hirarki tersebut, pembagian lalu lintas atau pembagian percabangan harus dilakukan secara berjenjang, misalnya dari arteri primer ke arteri sekunder dan seterusnya. Pengembangan jaringan jalan yang tidak mengikuti hirarki tersebut berpotensi menimbulkan dampak negative, seperti kemacetan dan kecelakaan. Selain itu adanya hirarki jalan jalan juga berimplikasi pada kecepatan dan jarak perjalanan pada ruas jalan dimaksud. Ditinjau dari peraturan perundangan diatas, perencanaan jaringan jalan pada kawasan teknopolis, baik secara keseluruhan maupun didalam kawasan inti teknopolis, belum sepenuhnya mengikuti kaidah-kaidah hirarki jaringan jalan yang ditetapkan. Penyimpangan yang terjadi pada rencana antara lain adalah pengembangan jaringan jalan yang tidak mengikuti hirarki, panjang jaringan jalan yang tidak sesuai hirarki, dan jumlah percabangan, selengkapnya mengenai penyimpangan tersebut antara lain:

- Terdapat jaringan jalan arteri primer yang langsung terhubung dengan jalan lokal. - Terdapat jaringan jalan arteri sekunder yang langsung terhubung dengan kolektor

sekunder; - Terdapat jaringan jalan arteri sekunder yang langsung bercabang ke jalan lokal, - Terdapat jaringan jalan lokal yang lebih panjang daripada jaringan jalan kolektor. Sesuai

UU, jaringan jalan lokal melayani perjalanan jarak dekat sehingga seharusnya memiliki jarak yang lebih pendek dibandingkan jalan kolektor;

- Jumlah percabangan pada jalan kolektor yang terlalu banyak (tidak dibatasi).

Gambar VI.4. Rencana Jaringan Jalan RDTR dan Rencana Hirarki Jalan Bandung Teknopolis Sumber : Rencana Induk Kawasan Pengembangan Gedebage, 2014