Horizon Penciri

6.2.8 Horizon Penciri

Horizon penciri dibedakan atas epipedon dan endopedon atau disebut juga horizon bawah (subsurface horizons). Berikut ini adalah uraian ringkas masing-masing epipedon dan horizon bawah. Uraian lebih detil mengacu pada Soil Survey Staff (2008).

1. Epipedon

Epipedon merupakan horizon permukaan (tidak sama dengan horizon A), dapat mencakup seluruh horizon A atau lebih tipis dari horizon A. Kadang- Epipedon merupakan horizon permukaan (tidak sama dengan horizon A), dapat mencakup seluruh horizon A atau lebih tipis dari horizon A. Kadang-

Beberapa epipedon yang penting dan umum ditemukan di Indonesia adalah mollik, umbrik dan ochrik. Di tanah organik (gambut) juga dijumpai epepedon histik. Sedangkan di daerahvolkan, kemungkinan dijumpai melanik. Ringkasan sifat masing-masing epipedon dikemukakan di bawah ini. Uraian lebih detil harus mengacu pada Soil Survey Statr(2008, atau versi lebih baru).

a. Epipedon mollik merupakan horizon permukaan yang memiliki sifat-sifat berikut:

perkembangan struktur cukup kuat, sehingga tanah tetap lembut jika kering warna gelap (value dan chroma ≤3 jika lembab dan value ≤5 jika kering) kandungan bahan organik >1 % atau > 0,6 % C-organik

tebalnya harus ≥ 18 cm mempunyai nilai kejenuhan basa (dengan NH 4 OAc) >50%

beberapa bagian dari epipedon lembab > 90 hari (kumulatif)/tahun kadar P larut dalam asam sitrat < 1.500 ppm

nilai n <0,7

b. Epipedon umbrik, sama seperti epipedon mollik, kecuali nilai

kejenuhan basa (dengan NH 4 OAc) <50%.

c. Epipedon okrik, seperti epipedon mollik dan umbrik, kecuali

Warna 'value' dan' chroma' >3 jika lembab dan value >5 jika kering. Kandungan bahan organik < 1%. ketebalannya tidak memenuhi kriteria untuk mollik dan

umbrik. Nilai n > 0,7 Masif jika kering

warna seperti mollik tetapi tebal tidak memenuhi kriteria mollik.

d. Epipedon histik, horizon permukaan yang jenuh air > 30 hari dan tereduksi, tersusun dari bahan organik dengan tebal20 - 60 cm.

e. Epipedon mekanik, horizon yangmemiliki sifat tanah andik tebal >

30 cm, berwarna gelap (value dan chroma < 2 ), indeks melanik < 1,70 pada seluruh ketebalan, kandungan C-organik > 6%.

f. Epipedon anthropik, horizon permukaan yang memiliki sifat seperti epipedon mollik, tetapi kadar P larut dalam asam sitrat > 1.500 ppm.

g. Epipedon folistik, lapisan pennukaan yang terdiri atas bahan organik dengan tebal > 2O cm (bahan organik kasar) atau ≥ 15% (bahan organik sedang atau halus).

h. Epipedon plaggen, horizon permukaan berwarna gelap dengan tebal > 50 cm sebagai akibat dipupuk dengan pupuk organik seeara terus-menerus selama bertahun-tahun.

2. Horizon Bawah Penciri

Berikut ini disajikan sifat-sifat penting beberapa horizon bawah yang umum dijumpai di Indonesia. Definisi rengkap serta jenis horizon selengkapnya agar mengacu pada Soil Survey Staff(2003, atau versi lebih baru).

a. Horizon argilik, merupakan horizon iluviasi yang mempunyai sifat- sifat berikut :

Mengandung lebih banyak liat dari pada horizon eluviasi. Jika horizon eluviasi < 15%, maka liat di horizon argilik

harus >3%. Jika horizon eluviasi 15 – 40%, maka liat di horizon argilik harus >1,2 %. Jika horizon eluviasi >40%, maka liat di horizon argilik harus > 8%. Jika horizon eluviasi >60%, maka liat halus di horizon argilik harus > 8%. Penambahan liat di atas harus dalam jarak vertikal <30 cm.

Ketebalannya >1/10 dari jumlah tebal horizon-horizon

Terdapat selaput liat pada permukaan gumpalan struktur.

b. Horizon Kambik, merupakan horizon yang menunjukkan indikasi yang lemah tentang adanya argilik atau spodik, tetapi tidak memenuhi syarat untuk kedua horizon tersebut.

Ciri-cirinya adalah: Tekstur pasir sangat halus, pasir sangat halus berlempung, atau lebih halus. Struktur tanah telah terbentuk. Bukan merupakan bagian dari horizon Ap, tidak memenuhi

warna epipedon mollik atau umbrik.

c. Horizon Kandik, seperti horizon argilik tetapi KTK efektif jumlah basa yang diekstraksi dengan NH 4 OAc pH 7 + Al dapat ditukar yang diekstraksi dengan 1N KCI) < 12 cmol (+) /kg liat dan KTK dengan NH 4 OAc pH 7 < 16 cmol (+) /kg liat.

d. Horizon kalsik, mempunyai tebal > 15 cm, mengandung CaCO 3 setara> 15%.

e. Horizon oksik, merupakan horizon yang terdapat pada tanah-tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut. Horizon tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Tebal > 30 cm Kandungan mineral lapuk <10%. Tidak memenuhi kriteria horizon argilik.

KTK efektif jumlah basa yang diekstraksi dengan NH 4 OAc pH 7 + Al-tukar yang diekstraksi dengan 1N KCI) < 12 cmol (+) / kg liat

dan KTK dengan NH 4 Oac pH 7 < 1-6 cmol (+) /kg liat.

f. Horizon gipsik, horizon yang banyak mengandung gipsum (CaSO 4 ),

minimal 5% lebih tinggi dari horizon dibawahnya, tebal > 15 cm.

g. Horizon petrokalsik,horizon kalsik yang mengeras.

h. Horizon petrogipsik, horizon gipsik yang mengeras.

i. Horizon natrik, seperti horizon argilik, tetapi mempunyai struktur

prismatik atau kulumnar dan mengandung Natrium yang tinggi.

j. Horizon plakik, horizon tipis ( 1 - 25 mm), padat, berwarna coklat kemerahan - hitam, berupa padas besi dan mangan, dengan j. Horizon plakik, horizon tipis ( 1 - 25 mm), padat, berwarna coklat kemerahan - hitam, berupa padas besi dan mangan, dengan

mengandung pitit (FeS 2 ).

m. Horizon albik, horizon berwarna pucat dengan warna value > 4 (lembab) atau > 5 (kering).

3. Penciri Khusus

Selain horizon penciri di atas, terdapat beberapa penciri khusus sebagai berikut:

a. Konkresi, merupakan senyawa tertentu (seperti kapur, besi,

mangan, silikat), yang berlapis-Iapis memusat dan mengeras.

b. Padas (pan), merupakan horizon yang pada/mengeras, biasanya karena tersementasi oleh besi, bahan organik, silikat, kapur liat dan debu (bentukan genetis atau karena adanya tekanan).

c. Fragipan, ialah lapisan tanah yang teguh tetapi mudah pecah, tetapi dengan kepadatan tinggi. Jika lembab mudah pecah dan tampak memadas jika kering.

d. Duripan,merupakan lapisan tanah yang kokoh/teguh, tidak mudah pecah, tidak tembus air dan akar.

e. Plintit, merupakan bahan liat lapuk kaya seskuioksida miskin humus, berbentuk poligonal menyerupai karataan-karatan besar berwarna merah; memadat atau beralih secara 'irreversible' ke konkresi dalam keadaan basah atau kering berulang-ulang.

f. Slickenside, merupakan permukaan-permukaan licin dan mengkilap disebabkan oleh massa tanah yang saling bergesekan satu dengan lainnya.

g. Selaput liat, merupakan selaput yang mengkilap bahan liat alumunium silikat, biasanya terdapat bidang-bidang belahan struktur atau pada bekas akar.

h. Kontak litik, merupakan batas tanah dengan dibawahnya yang keras dan padu.

i. Kontak Paratithik, merupakan batas tanah dengan dibawahnya yang lunak dan padu.