Program ALES

12.1 Program ALES

The Automated Land Evaluation System, yang disingkat dengan ALES, di Indonesia lebih dikenal sebagai Sistem Otomatisasi Evaluasi Lahan (SOEL). Program ini merupakan program komputer yang memungkinkan pengevaluasi lahan membangun sistem pakar untuk mengevaluasi lahan menurut metode Kerangka Kerja Evaluasi Lahan (FAO, 1976). Semula program ini hanya diperuntukkan bagr proyek evaluasi lahan berskala regional atau proyek (skala detail). Entitas yang dievaluasi oleh ALES adalah satuan peta yang dapat didefinisikan secara luas (seperti dalam skala tinjau/rekonaisan) atau lebih sempit (seperti dalam survei sumberdaya detail dan perencanaan pada skala petani).

Mengingat bahwa setiap model dibangun oleh pengevaluasi yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan daerah setempat yang berbeda-beda pula, maka dalam program ini tidak disediakan suatu daftar persyaratan penggunaan lahan yang tetap (baku) untuk mengevaluasi penggunaan lahan. Selain itu, program ini juga tidak disediakan daftar seperangkat Mengingat bahwa setiap model dibangun oleh pengevaluasi yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan daerah setempat yang berbeda-beda pula, maka dalam program ini tidak disediakan suatu daftar persyaratan penggunaan lahan yang tetap (baku) untuk mengevaluasi penggunaan lahan. Selain itu, program ini juga tidak disediakan daftar seperangkat

Yang harus disadari, pelaku evaluasi lahan biasanya membangun sistem pakarnya sendiri menggunakan program ALES dengan mempertimbangkan kondisi setempat serta tujuan evaluasi lahan yang dilakukan. ALES bukanlah suatu sistem pakar dan tidak memasukkan secara otomatis pengetahuan tentang lahan dan penggunaan lahan. ALES merupakan suatu kerangka kerja yang dapat digunakan pelaku evaluasi untuk mengekspresikan pengetahuan lokalnya masing-masing.

Menurut Rossiter dan van Wambeke (1997) program ALES memiliki 7 komponen, yaitu:

1. Kerangka basis pengetahuan (knowledge base) yang mendeskripsikan penggunaan lahan yang diusulkan, baik dalam pengertian fisik maupun ekonomi.

2. Kerangka basisdata yang mendeskripsikan lahan (satuan peta lahan) yang dievaluasi.

3. Mekanisme pengambilan kesimpulan untuk menghubungkan keduanya (penggunaan lahan dan satuan peta lahan) dalam rangka menghitung kesesuaian secara fisik dan ekonomi dalam beberapa satuan peta untuk berapa penggunaan lahan yang diusulkan.

4. Fasilitas yang dapat memberikan penjelasan sehingga memungkinkan pembuat model untuk memahami sehingga mampu menyempurnakan (fine-tune) model yang dibuat.

5. Fasilitas konsultasi yang memungkinkan pengguna awam untuk mengajukan pertanyaan kepada sistem ini, tentang penggunaan lahan yang ada (at a time).

6. Penyajian laporan pada layar monitor, printer atau CD (compact disk).

7. Modul impor-ekspor yang memungkinkan pertukaran data dengan basisdata dari luar (eksternal), sistem informasi geografi dan lembar kerja (spreadsheets, seperti excel, dBase dan lain-lain), termasuk interface untuk berhubungan dengan sistem informasi geografi seperti IDRISI, AicInfo dan ArcView.

ALES bukanlah suatu Sistem Informasi Geografi (SIG) dan tidak dapat menyajikan hasil evaluasi lahan dalam bentuk peta. Untuk dapat menyajikan hasil ALES dalam bentuk peta harus diekspor menggunakan fasilitas SIG. ALES dapat menganalisis karakteristik geografi jika satuan peta didefinisikan dengan tepat dan dapat secara langsung mengklasifikasi-ulang peta IDRISI atau Arc/View dengan legenda satuan peta yang sama sebagai basis-data ALES.

Pada Gambar 12.1 disajikan diagram alir program ALES untuk evaluasi lahan secara kuantitatif fisik dan ekonomi.

Program ALES sangat interaktif dalam memanfaatkan monitor dan keyboard komputer. Program ini dirancang untuk dapat menjelaskan sendiri dan membantu pengguna melalui serangkaian menu, bentuk masukan data, penjelasan tentang hasil keputusan, serta dialog-dialog yang disertai dengan fasilitas ‘bantuan’. Pengguna program ini dapat memilih bahasa yang akan digunakan karena sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Selain itu, program ini juga dilengkapi dengan pembuatan, penyuntingan dan penampilan pohon keputusan yang merupakan cara agar evaluator dapat mengemukakan kepakarannya (expert knowledge) tentang hubungan antara lahan dan penggunaan lahan.

12.1.1Tujuan dan Manfaat program ALES

Tujuan ALES adalah memungkinkan pengevaluasi lahan mengumpulkan, menyusun dan menginterpretasi informasi yang bermacam-macam menggunakan prinsip dasar Kerangka Kerja Evaluasi Lahan FAO (1976) dan untuk menyajikan informasi yang diinterpretasikan (yaitu hasil dari Tujuan ALES adalah memungkinkan pengevaluasi lahan mengumpulkan, menyusun dan menginterpretasi informasi yang bermacam-macam menggunakan prinsip dasar Kerangka Kerja Evaluasi Lahan FAO (1976) dan untuk menyajikan informasi yang diinterpretasikan (yaitu hasil dari

Tujuan ALES berikutnya adarah menggunakan informasi yang telah dikumpulkan dalam survei tanah-dan inventarisasi sumber daya lahan lainnya, yang sebagian besar tidak dimanfaatkan. Tujuan utama ALES adalah memungkinkan penggunaan data lahan dalam segala macam format yang berbeda dan memudahkan tukar-menukar data dari sumber basis data tanah atau sumberdaya lahan lainnya. pekerjaan ini terutama ditujukan untuk diaplikasikan di negara sedang berkembang, mengingat peluang untuk perencanaan lebih terbuka daripada negara maju. Perencanaan, keinginan untuk berubah di negara=negara dengan pertanian yang maju yang biasanya terjadi pada tingkat petani, tidak mencakup perencanaan dalam skala luas

12.1.2 Pengguna program ALES

Rossiter dan van Wambeke (1997) mengelompokkan pengguna program ALES serta perannya masing-masing sebagai berikut:

Pembuat model, bekerja bersama-sama dengan pakar penggunaan lahan, membangun model ALES dengan benar dan cermat untuk

sejumlah tipe penggunaan lahan (TPL) yang akan dipertimbangkan dalam suatu studi.

Pengguna model, bertugas memasukkan data dan menjalankan program ini untuk menentukan hasil evaluasi. Pemakai hasil evaluasi, menggunakan hasil evaluasi untuk memutuskan penggunaan lahan yang akan diusahakan. Pengelola sistem, bertugas menjamin agar sistem komputer termasuk ALES bekerja dengan benar.

Peran-masing kelompok tersebut diuraikan di bawah ini:

Pembuat model Pembuat model merupakan orang yang membangun sistem pakar

dalam kerangka kerja ALES. Orang ini dapat merupakan pakar evaluasi lahan atau pakar lain yang bekerja bersama dalam suatu tim evaluasi lahan Pembuat model tidak harus seorang programmer komputer atau analis sistem, akan tetapi lebih diutamakan yang memahami prinsip-prinsip sistem analis. Pembuat model seringkali merupakan pakar di bidang sumber daya alam (misalnya ahli tanah) yang bertugas melakukan evaluasi lahan. Karena tidak seorang pun yang ahli dalam semua bidang, maka pembuat model harus menyusun tim dari pakar penggunaan lahan untuk membantu membuat keputusan dalam pembuatan model. Karena pakar-pakar ini tidak perlu menguasai istilah dalam ALES maupun dalam metode evaluasi, maka pembuat model harus menerjemahkan pertimbangan pakar dalam bentuk yang dapat digunakan oleh ALES (misalnya dalam bentuk pohon keputusan). Pembuat model harus berdiskusi dengan pengguna evaluasi lahan sejak awal proyek untuk menentukan tujuan dan prioritas.

Pakar penggunaan lahan Pakar penggunaan lahan merupakan ahli-ahli penggunaan lahan

yang bersama-sama dengan pembuat model menentukan tipe penggunaan lahan (TPL) yang akan dipertimbangkan dalam model, membuat persyaratan penggunaan lahan dan menentukan seperangkat karakteristik lahan yang diperlukan untuk menilai kualitas lahan. Mereka dapat berasal dari beberapa disiplin ilmu, seperti agronomi, kehutanan, tanah, hidrologi, ekonomi, sosiologi, klimatologi dan lain-lain. Pakar penggunaan lahan tidak diharuskan mengunakan ALES secara langsung, tetapi mereka harus meresensi atau memeriksa model yang sedang dibuat dengan bantuan pembuat model.

Pengguna model Jika model telah selesai dibuat, maka pembuat model akan

menyerahkannya ke pengguna model yang akan memasukan definisi satuan peta dan data untuk semua satuan lahan yang ada di daerah studi dengan menggunakan data entry templates yang menyerahkannya ke pengguna model yang akan memasukan definisi satuan peta dan data untuk semua satuan lahan yang ada di daerah studi dengan menggunakan data entry templates yang

Pemakai hasil evaluasi Hasil evaluasi kesesuaian lahan akan disampaikan ke pemakai

hasil evaluasi. Mereka termasuk perencana penggunaan lahan, petani, penyuluh maupun orang yang nantinya berperan dalam membuat keputusan yang mempengaruhi penggunaan lahan. Pemakai hasil evaluasi harus terlibat sejak awal. Merekalah yang menentukan prioritas dan tujuan dari evaluasi lahan. pemakai hasil evaluasi tidak perlu menggunakan ALES secara langsung, tetapi pembuat model harus menyiapkan bahan yang menyajikan hasil evalusi, termasuk melihat di monitor dan mengapa terjadi keputusan seperti itu. Dengan kata lain, pemakai hasil evaluasi dapat melihat bagaimana model tersebut dibuat. Yang menarik dari penggunaan ALES adalah adanya fasilitas konsultasi. Dalam hal ini, program akan menanyakan nilai untuk masing-masing karakteristik lahan yang relevan sampai diperoleh cukup informasi untuk menentukan kesesuaian masing-masing satuan lahan untuk suatu tipe penggunaan lahan.

Pengelola sistem Pengelola sistem bertanggung jawab dalam mempertahankan agar ALES tetap jalan dengan baik, termasuk menginstal program ALES, membuat backup data, menambah atau mengurangi perangkat keras dan lain-lain.