Struktur Program ALES

12.3 Struktur Program ALES

Dalam ALES setiap evaluasi terdiri atas sejumlah tipe penggunaan lahan (TPL), yaitu penggunaan lahan yang diusulkan dan sejumlah satuan peta lahan (SPL) yaitu satuan luasan lahan yang akan dievaluasi. Setiap satuan peta dievaluasi untuk setiap TPL sehingga menghasilkan suatu matriks kesesuaian lahan. Keseluruhan program ALES disajikan dalam Gambar

12.1. Ada dua macam kesesuaian dalam kerangka kerja evaluasi lahan

FAO, yaitu kesesuaian secara fisik dan kesesuaian secara ekonomi. ALES dapat mengevaluasi keduanya sebagai mana dijelaskan di bawah ini.

12.3.1 Evaluasi Lahan Fisik

Evaluasi kesesuaian secara fisik menunjukkan tingkat kesesuaian untuk suatu penggunaan lahan tanpa memperhatikan kondisi ekonomi. Dalam Evaluasi kesesuaian secara fisik menunjukkan tingkat kesesuaian untuk suatu penggunaan lahan tanpa memperhatikan kondisi ekonomi. Dalam

Dalam ALES jika suatu satuan peta yang dinyatakan secara fisik tidak sesuai, maka satuan peta tersebut tidak akan dievaluasi secara ekonomi. Lahan-lahan yang secara ekonomi tidak termasuk N2, dapat dianalisis menggunakan evaluasi fisik untuk membagi lahan ke dalam tingkat kesesuaian. Keuntungannya adalah bahwa kesesuaian fisik tidak berubah dengan cepat. Namun, evaluasi tersebut juga memiliki kerugian, diantaranya:

(1) Keputusan penggunaan lahan sangat sering didasarkan pada pertimbangan ekonomi. (2) Tanpa pertimbangan ekonomi, tidak ada kejelasan mengenai bagaimana menentukan tingkat kesesuaian. (3) Tanpa analisis ekonomi, tidak ada kejelasan mengenai bagaimana membandingkan dua TPL yang berbeda, tetapi memiliki kesesuaian fisik yang sama.

Evaluasi fisik juga dapat digunakan untuk membagi satuan peta ke dalam kelompok pengelolaan. Dalam hal ini subkelas kesesuaian fisik dirancang untuk memperlihatkan tingkat keparahan (kerawanan) relatif dari berbagai penghambat untuk penggunaan dan jenisnya. Misalnya

subkelas ‘3e/c’ dapatmenunjukkan bahwa satuan peta yang dinilai memiliki pembatas sedang, (‘3’) untuk penggunaan lahan yang dinilai

dengan pembatas utama yang disebabkan bahaya erosi ( ‘e’) dan iklim(‘c’).

12.3.2 Penghitungan Kesesuaian Lahan dari Aspek Ekonomi

ALES bertujuan membekali perencana penggunaan lahan dengan estimasi ekonomi yang realistis dari kelas kesesuaian lahan masing-masing satuan ALES bertujuan membekali perencana penggunaan lahan dengan estimasi ekonomi yang realistis dari kelas kesesuaian lahan masing-masing satuan

Gross Margin. Prediksi keuntungan ekonomi didasarkan pada prediksi jumlah

pendapatan dikurangi jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan pada suatu luasan lahan tertentu (misalnya per hektar) dalam jangka waktu tertentu suatu proyek/usaha tani (misalnya per tahun), tanpa mempertimbangkan harga lahan usaha. Gross margin merupakan pendapatan hasil pertanian (produksi x. harga) dikurangi biaya produksi.

Net present Value (NPV). NPV dari suatu tipe penggunaan lahan (TPL) merupakan nilai

pendapatan sekarang (akhir usaha) dikurangi nilai biaya sekarang. NPV adalah nilai uang sekarang yang diperoleh sebagai hasil penerapan suatu TPL pada suatu luasan tertentu selama waktu penggunaan lahan tersebut, bukan per tahun pembukuan seperti pada gross margin.

Benefit - Cost Rasio. B/C ratio merupakan nilai pendapatan sekarang di bagi dengan

nilai biaya sekarang. (Jika nilai B/C ratio <1, maka biaya lebih besar dari pendapatan; B/C ratio = 1, biaya sama dengan pendapatan; dan B/C ratio >1, maka pendapatan lebih besar dari biaya).

Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan besarnya potongan agar nilai pendapatan

sekarang sama dengan nilai biaya sekarang. Apabila IRR lebih tinggi dari bunga bank, maka TPL yang diterapkan pada satuan peta tersebut adalah menguntungkan. Secara matematis, IRR adalah discount rate (bunga) dimana NPV adalah positif. IRR merupakan positif risiko keuangan suatu TPL. Dengan demikian, semakin tinggi IRR risiko semakin berkurang karena pendapatan lebih pasti.

Discounted Cash Flow Jumlah nilai uang sekarang yang lebih kecil dari yang akan datang

sesuai dengan besarnya bunga pinjaman yang berlaku.

Nilai sekarang = Nilai akan datang [

] lama usaha

1000 diperoleh dalam 10 tahun dengan bunga 21% 100 + 21 [

] 10 = 1.000 * 0,8264 10 = 148,64 Catatan:

Sekali pun B/C > 1 dan nilai NPV positif, belum menjamin bahwa proyek tersebut menguntungkan. Perlu dicek dengan besaran lain, yaitu IRR.

Hal ini penting terutama jika proyek tersebut menggunakan dana pinjaman. Nilai rupiah yang diinvestasikan harus menghasilkan nilai rupiah yang lebih tinggi untuk jangka waktu tertentu.

IRR (dinyatakan dengan %) merupakan tolok ukur keberhasilan proyek. Jika IRR > b (tingkat bunga pinjaman) dalam kondisi NPV = 0 dan B/C >1, maka proyek tersebut lebih menguntungkan.

12.3.3 Evaluasi Lahan Secara Ekonomi Menggunakan ALES

Dalam model ALES, tipe penggunaan lahan (TPL) dapat memiliki berbagai jumlah keluaran dengan berbagai jumlah tanaman dari masing-masing keluaran dalam suatu cakrawala perencanaan. Masukan dialokasikan untuk tahun-tahun spesifik dalam perencanaan atau mungkin berhubungan dengan tingkat produksi dari berbagai keluaran. ALES dapat menganalisis biaya ekonomi dari rotasi, sistem tumpang-sari dan multiplecropping.

Keluaran dapat memiliki nilai negatif (harga), sehingga misalnya kehilangan lapisan tanah atas dapat digambarkan dalam perhitungan Keluaran dapat memiliki nilai negatif (harga), sehingga misalnya kehilangan lapisan tanah atas dapat digambarkan dalam perhitungan

Ada 3 macam biaya, yaitu:

1. Biaya yang melekat (inherent) dalam implementasi LUT, dalam ALES disebut biaya S1.

2. Biaya yang hanya dikeluarkan pada satuan lahan tertentu yang memiliki kendala, yaitu tingkat kualitas lahan tidak optimal yang dalam ALES disebut biaya tambahan.

3. Biaya yang berhubungan dengan tingkat produksi yang dalam ALES disebut biaya tergantung produksi.

Contoh ketiga macam biaya tersebut secara berurutun adalah sebagai berikut:

1. Praktek budidaya yang baku, seperti pembajakan, penanaman, pemupukan dan lain-lain, jika dilakukan pada semua lahan yang digunakan untuk TPL tersebut.

2. Penambahan kapur diperlukan untuk meningkatkan pH tanah masam sehingga sesuai bagi suatu tanaman. Catatan : masukan ini tidak diperlukan pada tanah yang netral, sehingga biaya hanya diberikan pada lahan-lahan tertentu yang tidak-optimal. (Dalam hal ini, deskripsi TPL harus dibuat spesifik sehingga petani mengetahui perbedaan tersebut (dalam jumlah kapur yang diberikan) di antara satuan lahan yang berbeda dan akan memperlakukan setiap satuan lahan menurut kebutuhannya).

3. Tenaga-kerja manusia untuk panen yang tergantung jumlah panenan, bukan berdasarkan luas lahan yang ditanami tanaman tersebut.

Analisis ekonomi ALES umumnya tidak memasukkan biaya tetap dari satuan ekonomi (misalnya tanah pertanian) karena tidak tergantung pada luasan lahan pertanian. Namun, jika TPL diasumsikan memiliki ukuran tipikal, biaya tetap dapat dibagi berdasarkan ukuran ini dan dimasukkan sebagai biaya S1 per hektar untuk TPL tersebut. Dalam hal ini gross margin ALES merupakan net margin (dari biaya tetap).

Kaitan antara biaya produksi dengan persyaratan penggunaan lahan adalah semakin meningkat tingkat kendala (misalnya tingkat kerawanan yang lebih tinggi dari kualitas lahan yang setara) semakin meningkat biaya produksi (biaya tambahan yang dikemukakan sebelumnya) atau semakin menurun hasil produksi, atau bisa keduanya. Biaya produksi mungkin berulang (yang dalam ALES disebut biaya tahunan atau dalam tahun spesifik dalam skema perencanaan.

Biaya dinyatakan oleh daftar sejumlah satuan masukan yang diperlukan, tetapi harga satuan dibuat dalam tabel terpisah. Jika harga dari masukan (input) berubah maka biaya total produksi dapat dihitung-ulang. ALES dengan mudah dapat menghitung hasil dan keuntungan ekonomi. Dengan demikian, evaluasi ekonomi yang dianggap memiliki kelemahan karena kondisi ekonomi dapat berubah dengan cepat dan dapat diatasi. Dalam beberapa menit, pengguna ALES dapat memasukkan parameter ekonomi yang baru ke dalam model ALES untuk kemudian menghitung- ulang, mengevaluasi dan mencetak hasil perhitungan nilai slenemi yang baru.

Kelas Kesesuaian Lahan Secara Ekonomi Sekalipun ALES menyatakan hasil ekonomi dalam jumlah moneter yang

pasti, tetapi kerangka kerja evaluasi lahan FAO (1976) mendefinisikan 2 ordo kesesuaian (S dan N) dan 5 kelas kesesuaian (S1, S2, S3, N1 dan N2). Agar konsisten dengan kerangka kerja FAO, maka ALES memungkinkan untuk mengklasifikasikan 4 kelas kesesuaian ekonomi. Kelas N2 merupakan lahan yang secara fisik tidak sesuai, sehingga tidak perlu dianalisis secara ekonomi.

Djaenudin dan Hendrisman (2005), membedakan kelas kesesuaian lahan ekonomi dan pengertiannya sebagai berikut:

Lahan yang termasuk kelas S1 adalah lahan yang tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata pengaruhnya terhadap suatu penggunaan atau pertumbuhan dan produksinya secara berkelanjutan, atau lahan terdapat faktor pembatas tetap yang hanya bersifat minor sehingga tidak akan mereduksi produktivitasnya secara nyata.

Lahan yang tergolong S2 memiliki faktor pembatas yang akan berpengaruh terhadap produktivitas, sehingga untuk mengatasinya diperlukan tambahan masukan (input).

Lahan yang tergolong S3 memiliki faktor pembatas yang berat yang akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan. Untuk mengatasinya diperlukan tambahan input dan teknologi yang lebih banyak daripada lahan yang termasuk S2.

Lahan yang termasuk ordo N mempunyai faktor pembatas sangat berat, yang kalau secara ekonomi tidak sesuai maka digolongkan sebagai kelas N1. Sedangkan jika secara fisik tidak sesuai maka digolongkan sebagai kelas N2.

Penelitian evaluasi lahan secara kuantitatif fisik mencakup dua aspek. Yang pertama adalah aspek sumber daya lahan, terdiri atas pengumpulan dan interpretasi data iklim, tanah dan keadaan medan (kualitas/karakteristik lahan). Yang kedua adalah aspek agronomi yang berkaitan dengan tipe penggunaan lahan (mencakup persyaratan tumbuh tanaman dan input tingkat manajemen serta produksi (output) yang diharapkan). Adapun evaluasi lahan ekonomi harus mencakup aspek ke-3, yaitu yang berkaitan dengan parameter dan analisis sosial ekonomi serta budaya petani setempat.