Kriteria Klasifikasi

9.6 Kriteria Klasifikasi

Pengelompokan dalam kelas kemampuan lahan diniiai untuk setiap satuan peta yang diperoleh dari hasil survei tanah. Dalam setiap satuan peta terdapat informasi tentang taksa tanah (pada kategori yang tergantung dari skala peta tanah) dan komponen lahan lainnya seperti bentuk lahan, lereng, hidrologi dan iklim dalam hubungannya dengan penggunaan lahan, pengelolaan dan produktivitas lahan. Informasi tersebut terdapat pada legenda peta.

Kelas kemampuan di dasarkan atas tingkat atau intensitas dan jumlah faktor pembatas atau bahaya kerusakan yang mempengaruhi jenis penggunaan lahan, resiko kerusakan tanah jika salah kelola, keperluan pengelolaan tanah, dan resiko kegagalan tanaman. Untuk membantu klasifikasi, di perlukan kriteria yang jelas yang memungkinkan pengelompokan tanah pada setiap kategori, yaitu kelas, subkelas dan satuan kemampuan. Oleh karena pengaruh sifat-sifat dan kualitas lahan berbeda dengan sangat luas menurut iklim, maka kriteria disusun dengan asumsi meliputi berbagai tanah untuk iklim yang sama.

Di bawah ini dikemukakan kriteria faktor pembatas yang menentukan kelas atau sub-kelas maupun satuan kemampuan lahan seperti dikemukakan oleh Arsyad (1989). Kriteria ini diharapkan dapat diterapkan untuk lahan-lahan di Indonesia.

Ada dua komponen iklim yang paling mempengaruhi kemampuan lahan, yaitu temperatur dan curah hujan. Di daerah tropis, faktor yang memengaruhi temperatur udara adalah elevasi (ketinggian tempat dari permukaan laut). Braak (1928) dalam Mohr et al (1972) berdasarkan hasil penelitiannya di Indonesia memprediksi suhu menggunakan persamaan berikut:

T=26.3 0 C - 0.61h

Keterangan: T

= temperatur ( 0 C);

26.3C = temperatur rata-rata pada permukaan laut,

h = ketinggian tempat dalam hektometer (100 meter). Penyediaan air secara alami berupa curah hujan yang terbatas

atau rendah di daerah agak basah (sub-humid), agak kering (semi-arid), dan kering (arid) memengaruhi kemampuan tanah. Oleh karena klasifikasi pada setiap lokasi didasarkan atas penampilan tanaman, maka pengaruh interaksi antara iklim dengan tanah harus diperhitungkan. Misalnya, di daerah iklim agak basah, tanah berpasir, dapat diklasifikasikan dalam VI atau kelas VII, sedangkan tanah yang mempunyai kapasitas menahan air sama di daerah yang beriklim lebih basah diklasifikasikan dalam kelas III atau IV.

Di daerah beriklim kering, air hujan tidak cukup memenuhi kebutuhan tanaman. Oleh karena itu lahan beriklim kering hanya dapat diklasifikasikan sebagai kelas I, II, III, III atau IV jika masalah kekurangan air dapat diatasi dengan pemberian air irigasi. Jika masalah kekurangan air dihilangkan dengan cara ini, maka tanah diklasifikasikan menurut pengaruh sifat-sifat atau bahaya perrnanen lainnya yang merupakan masalah atau bahaya penggunaan setelah pembangunan fasilitas irigasi tersebut.

Beberapa sistem klasifikasi iklim atau hujan dapat dipergunakan Beberapa sistem klasifikasi iklim atau hujan dapat dipergunakan

9.6.2 Lereng, Bahaya Erosi, dan Erosi yang Telah Terjadi

Kecuraman lereng, panjang lereng dan bentuk lereng (cekung atau cembung) dapat memengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan. Kecuraman lereng tercantum dalam legenda peta tanah. Panjang dan bentuk lereng tidak tercatat pada peta tanah, akan tetapi lereng seringkali dapat menjadi petunjuk jenis tanah tertentu dan pengaruhnya pada penggunaan dm pengelolaan tanah dapat dievaluasi sebagai bagian satuan peta. Jika data hasil penelitian tentang besarnya erosi di bawah sistem pengelolaan tertentu atau kepekaan tanah (nilai K) tersedia, maka data tersebut dapat digunakan untuk mengelompokkan tanah pada tingkat kelas.

Pengelompokkan kecuraman lereng adalah sebagai berikut:

A = < 3% (datar)

B =3 – 8% (landai atau berombak)

C = 8 - 15%(agak miring atau bergelombang)

D = 15 – 30% (miring atau berbukit)

E = 30 – 45% (agak curam)

F = 45 – 65%(curam)

G = > 65% (sangat curam) Kepekaan erosi tanah (nilai K) dibedakan atas: KE1

= 0,00 - 0,10 (sangat rendah) KE2

= 0,11- 0,20 (rendah)

KE4 = 0,38 - 0,48 (agak tinggi) KE5

= 0,44 - 0,55 (tinggi) KE6

= 0,56 - 0,64 (sangat tinggi) Kerusakan erosi yang telah terjadi (erosi masa lalu) dibedakan atas: e0 = tidak ada erosi e1 = ringan (<25% lapisan atas hilang) e2 = sedang (25 sampai 75% lapisan atas hilang) e3 = agak berat (> 75% lapisan atas sampai < 25% lapisan bawah

hilang) e4 = berat (> 25% lapisan bawah hilang) e5 = sangat berat: erosi parit

9.6.3 Kedalaman Tanah

Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman. Lapisan tersebut dapat berupa kontak lithik, lapisan padas keras, padas liat, padas rapuh atau lapisan phlintit. Kedalaman efektif tanah diklasifikasikan sebagai berikut:

k0 = dalam (> 90 cm) k1 = sedang (90 - 50 cm) k2 = dangkal (50 - 25 cm) k3 = sangat dangkal (< 25 cm)

9.6.4 Tekstur Tanah

Tekstur tanah mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air dan permeabilitas tanah serba berbagai sifat fisik dan kimia tanah lainnya. Definisi kelas tekstur tanah mengacu pada sistem USDA.

Untuk menentukan klasifikasi kemampuan lahan tekstur lapisan atas tanah (0 - 30 cm) dan lapisan bawah (30 - 60 cm), perhatikan pengelompokkan berikut:

t1 : tanah bertekstur halus, meliputi tekstur liat berpasir, liat berdebu dan liat.

t2 : tanah bertekstur agak halus, meliputi tekstur lempung liat berpasir, lempung berliat dan lempung liat berdebu.

t3 : tanah bertekstur sedang, meliputi tekstur lempung, lempung berdebu dan debu.

t4 : tanah bertekstur agak kasar, meliputi tekstur lempung berpasir, lempung berpasir halus dan lempung berpasir sangat halus.

t5 : tanah bertekstur kasar, meliputi tekstur pasir berlempung dan pasir.

9.6.5 Permeabilitas (p)

Permeabilitas tanah dikelompokkan sebagai berikut: P1

= lambat (< 0,5 cm/jam) P2

= agak lambat (0,5 - 2,0 cm/jam) P3

= sedang (2,0 - 6,25 cm/jam) P4

= agak cepat (6,25 - 12,5 cm/jam) P5

= cepat (> 12,5 cm/jam)

9.6.6 Drainase (d)

Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut: Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut:

d1 = baik; tanah memiliki peredaran udara (aerasi) yang baik seluruh profil tanah dari atas sampai ke bawah > 150 cm) berwarna terang yang seragam dan tidak terdapat karatan (bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu).

d2 = agak baik; tanah beraerasi baik di daerah perakaran. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah).

d3 = agak buruk; lapisan atas tanah beraerasi baik; tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, kelabu atau coklat. Bercak-bercak terdapat pada seluruh, lapisan bagian bawah (sekitar 40 cm dari permukaan tanah/.

d4 = buruk; bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau bercak-bercak berwarna, coklat dan kekuningan.

d5 = sangat buruk; seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu dan tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak berwarna kebiruan, atau terdapat air yang menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.

9.6.7 Faktor-faktor Khusus

Faktor-faktor penghambat lain yang mungkin ada adalah batu, bahaya banjir dan salinitas.

1. Batu dan Kerikil

Bahan kasar dapat berada di dalam lapisan tanah atau di atas permukaan tanah. Bahan kasar yang terdapat di dalam lapisan 20 cm atau di Bahan kasar dapat berada di dalam lapisan tanah atau di atas permukaan tanah. Bahan kasar yang terdapat di dalam lapisan 20 cm atau di

a. Kerikil, adalah bahan kasar yarrg berdiameter > 2 mm – 7,5 cm (iika berbentuk bulat) atau sampai 25 cm sumbu panjang (jika berbentuk pipih). Kerikil di dalam lapisan 20 cm permukaan tanah dikelompokkan sebagai berikut b0 = tidak ada atau sedikit (<15% volume tanah) b1 = sedang (15-50% volume tanah) b2 = banyak (50 -90% volume tanah) b3 = sangat banyak (> 90% volume tanah)

b. Batu kecil, adalah bahan kasar atau batu berdiameter 7,5 cm sampai 25 cm (iika berbentuk bulat), atau sumbu panjangnya berukuran 15 - 40 cm (iika berbentuk pipih). Jumlah batu kecil dikelompokkan sebagai berikut: b0 = tidak ada atau sedikit (0 – 15% volume tanah). b1 = sedang (15-50% volumetanah); pengolahantanah mulai agak

sulit dan pertumbuhan tanaman agak terganggu. b2 = banyak (50 – 90% volume tanah); pengolahan tanah sangat sulit dan pertumbuhan tanaman terganggu. b3 = sangat banyak (> 90% volume tanah); pengolahan tanah tidak

mungkin dilakukan dan pertumbuhan tanaman terganggu. Batu di atas permukaan tanah-tanah ada dua macam, yaitu batuan lepas

yang terletak di atas permukaan tanah (dalam bahasa Inggris disebut stone), dan batuan tersingkap yang berada di atas permukaan tanah yang merupakan bagian batuan besar yang terbenam di dalam tanah. Pengelompokan batuan diatas permukaan tanah adalah sebagai berikut:

a. Batuan lepas, adalah batu yang tersebar di atas permukaan tanah dan berdiameter > dari 25cm (berbentuk bulat) atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm (berbentuk pipih). Penyebaran batuan lepas di atas permukaan tanah dikelompokkan sebagai berikut b0 = tidak ada (<0,01 % luas areal).

b1 = sedikit (0,01% - 3% permukaan tanah tertutup); pengolahan tanah dengan mesin agak terganggu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.

b2 = sedang ,(3% -15% permukaan tanah tertutup); pengolahan tanah mulai agak sulit dan luas daerah produktif berkurang. b3 = banyak (15% - 90% permukaan tanah tertutup); pengolahan tanah dan penanaman menjadi sangat sulit. b4 = sangat banyak ( >90% permukaan tanah tertutup); tanah sama sekali tidak dapat digunakan untuk produksi pertanian.

batuan tersingkap dikelompokkan sebagai berikut: bo = tidak ada (< dari 2% permukaan tanah tertutup). b1 = sedikit (2%- 10% permukaan tanah tertutup); pengolahan tanah dan penanaman agak terganggu. b2 = sedang ,(10%-50% permukaan tanah tertutup); pengolahan tanah dan penanaman terganggu. b3 = banyak, (50% - 90% permukaan tanah tertutup); pengolahan tanah dan penanaman sangat terganggu. b4 = sangat banyak (> 90% permukaan tanah tertutup); tanah sama sekali tidak dapat diolah.

b. Batuan tersingkap

(rock).

penyebaran

2. Bahaya Banjir/Genangan

Bahaya banjir atau penggenangan dikelompokkan sebagai berikut: O0 = tidak pernah (dalam periode satu tahun tanah tidak pernah

kebanjiran selama > 24 jam). O1 = kadang-kadang (tanah kebanjiran tergadinya tidak teratur dalam

periode < satu bulan). O2 = selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara teratur

kebanjiran untuk selama > 24 jam. O3 = selama 2 - 5 bulan dalam setahun, secara teratur selalu dilanda

banjir yang lamanya lebih dari 24 jam.

O4 = selama waktu > 6 bulan tanah selalu dilanda banjir secara teratur yang lamanya > 24 jam.

3. Salinitas (g)

Salinitas tanah dinyatakan dalam kandungan garam larut atau hambatan listrik ekstrak tanah berikut:

g0 = bebas (<0,15% garam larut; 0-4 (EC x 10 3 ) mmhos/cm pada suhu 25 0 C).

g1 = sedikit terpengaruh (0,15 – 0,35% garam larut; 4 – 8 (EC x 10 3 )

mmhos/cm pada suhu 25 0 C ).

g2 = cukup terpengaruh (0,35 - 0,65% garam larut; 8-15 (EC x 10 3 )

mmhos/cm pada suhu 25 0 C).

g3 = sangat terpengaruh (> 0,65% garam larut; > 15 (EC x 10 3

mmhos/cm pada suhu 25 0 C)

Berdasarkan definisi kelas dan subkelas kemampuan lahan serta pengelompokan sifat-sifat atau kualitas lahan, maka hubungan antara kelas kemampuan dan kriteria klasifikasi lahan, oleh Arsyad (1989) disusun menjadi suatu matriks seperti tertera pada Tabel 9.8 yang berlaku secara umum untuk daerah beriklim basah dan panas.