Penamaan Satuan Peta Tanah

3.3 Penamaan Satuan Peta Tanah

Penamaan satuan tanah yang dikemukakan dalam hal ini adalah penamaan menggunakan sistem klasifikasi Taksonomi Tanah USDA (Soil Survey Staff, 1990; 2003), seperti dikemukan dalam Hardjowigeno, Marsoedi dan Ismangun (1993).

Satuan peta tanah terdiri atas satuan tanah dan fasenya. Kategori untuk penamaan satuan tanah tergantung dari skala pemetaan skala besar (pemetaan detail) menggunakan kategori rendah (famili atau seri), sedangkan skala,kecil menggunakan kategori tinggi (sub-grup, great- group, sub-ordo atau ordo). Masing-masing kategori dapat menggunakan satuan fase.

Fase merupakan segala sifat tanah atau faktor lingkungan yang mempengaruhi penggunaan tanah dan pertumbuhan tanaman. Biasanya merupakan sifat-sifat atau corak tambahan suatu seri tanah atau satuan Fase merupakan segala sifat tanah atau faktor lingkungan yang mempengaruhi penggunaan tanah dan pertumbuhan tanaman. Biasanya merupakan sifat-sifat atau corak tambahan suatu seri tanah atau satuan

1. Konsosiasi Cara penamaannya mengikuti ketentuan sebagai berikut:

Nama pertama terdiri dari satuan tanah atau taxon yang kemudian diikuti dengan fase. Untuk fase tekstur lapisan atas atau lapisan bahan organik di permukaan tida k disertai dengan tanda ‘koma’. Contoh: Ciawi liat.

Tidak ditulis Ciawi,liat. Jika fase tekstur lapisan atas juga berbatu, berkerikil dan sebagainya, maka penulisannya adalah Cobanrondo skeletal

berliat. Jika fase tekstur lapisan atas tidak digunakan tetapi karena berbatu, berkerikil dsbnya, maka penulisannya menggunakan

'koma'. Contoh: Cobanrondo, berbatu. Untuk dua atau tiga fase, digunakan 'koma'. Contoh: Pujian liat, lereng 15-20%, tererosi. Penulisan fase erosi, ditulis paling belakang.

Penulisan fase lereng ditulis paling belakang kecuali jika ada fase erosi. contoh: Pujian skeletal berliat, substratum padas, lereng l5-

30%o, tererosi.

2. Kompleks

Ditulis kata 'kompleks; jika fase dari masing-masing taxon tersebut tidak sama, misalnya tekstur lapisan atas tidak sama. Contoh :

Kompleks Cobanrondo-Sebaluh. Kata 'kompleks' tidak ditulis jika fase tekstur lapisan atas seri-seri tanah yang menyusunnya sama. Contoh: Jeho-Cula liat.

Perhatikan beberapa contoh berikut:

Kompleks Sedep-Pali, berbatu (kedua seri tsb mempunyai fase berbatu di permukaan). Kompleks Batu-Tandem, Iereng 5 – 8% (keduanya mempunyai fase lereng sama). Tandem-Toki liat, lereng 5 – 8% (keduanya mempunyai fase tekstur lapisan atas dan lereng sama). Kompleks Toki berbatu-Lante (hanya seri Toki yang mempunyai fase berbatu).

3. Asosiasi Berbeda dengan kompleks, maka kata Asosiasi selalu digunakan.

Perhatikan contoh berikut: Asosiasi Cangar-Batu, terjal (dua seri tanah dengan fase lereng

terjal). Asosiasi Cangar, terjal-Batu (fase lereng terjal hanya pada seri Cangar). Asosiasi Typic Fragiochrepts-Aeric Fragioaquepts (asosiasi sub- grup).

4. Kelompok tak dibedakan ('Undifferentiated groups') Untuk penamaan, digunakan kata dan guna menggabungkan satu seri

dengan seri lainnya. Atau digunakan kata 'tanah' didepan nama seri tanah tersebut. Contoh:

Batu dan Cangar lempung berdebu, atau tanah Batu dan Cangar Tanah Ciasem dan ldo, sangat terjal Tanah Pendem dan Dau, sangat berbatu.

3.3.1 lnklusi dalam Satuan Peta Tanah

Dalam setiap satuan peta tanah, hampir selalu mengandung satuan tanah lain yang di dalam Legenda Peta Tanah namanya tidak muncul. Satuan tanah ini disebut inklusi.

Inklusi tersebut terlalu kecil untuk dideliniasi tersendiri, atau kadang memang tidak teramati dengan metode survei yang dilakukan. Hal ini berkaitan dengan ketentuan bahwa deliniasi terkecil datam peta adalah

0'4 cm 2 (USDA, 1989). Inklusi dapat berupa tanah yang serupa atau tanah yang tidak

serupa dengan tanah yang digunakan sebagai nama satuan peta tersebut. Tanah yang tidak serupa dapat pula berupa tanah tanah penghambat

(limiting) atau tanah yang bukan penghambat (non limiting).

1. Inklusi tanah serupa Mempunyai beberapa sifat penciri yang sama dengan sifat tanah utama. Berperilaku dan berpotensi serupa dengan tanah utama. Memerlukan usaha konservasi dan pengelolaan yang sama dengan

tanah utama. Contoh: Typic Argiaquolls dan Udollic Ochraqualfs. Kedua tanah ini

mempunyai persamaan sifat dalam hal: Kelembaban tanah

Kejenuhan basa Kandungan bahan organik Memiliki perbedaan tidak lebih dari 2 atau 3 kriteria.

Kesamaan sifat dapat terjadi pada sembarang tingkat kategori (fase, seri, famili, subgroup)

2. Inklusi tanah tidak serupa Tidak mempunyai kesamaan terhadap sifat-sifat peneiti penting atau memerlukan pengelolaan yang berbeda dengan tanah utama. Perbedaan antara tanah yang tidak serupa dapat dalam arti banyaknya sifat tanah yang berbeda atau besarnya tingkat

perbedaan, atau kedua-duanya. Perbedaan dapat terjadi pada tingkat fase, seri, famili atau kategori yang lebih tinggi. Tanah tidak serupa dapat sebagai penghambat

Contoh: Tanah sempit dengan lereng I5 - 25 persen yang merupakan inklusi dalam satuan peta tanah dengan lereng dominan 4 -

8 persen dapat merupakan penghambat serius penggunaan tanah di daerah tersebut. Inklusi ini disebut inklusi penghambat.

Berikut adalah keterangan dari dua macam inklusi, yaitu: Inklusi penghambat

Adalah inklusi tanah tidak serupa yang mempunyai faktor penghambat lebih besar dari tanah utama atau memengaruhi tingkat pengelolaannya.

Inklusi bukan penghambat Adalah inklusi tanah tidak serupa dengan faktor penghambat lebih

rendah daripada tanah utama. Tidak akan mempengaruhi interpretasi terhadap potensi satuan peta tersebut.

3.3.2 Fase Tanah

Fase merupakan pengelompokan tanah secara fungsional yang bermanfaat untuk memprediksi potensi tanah di daerah yang disurvei. Semua sifat yang memengaruhi potensi tanah yang tidak digunakan sebagai pembeda pada tingkat seri tanah atau kategori yang lebih tinggi, dapat digunakan sebagai pembeda untuk fase.

Fase yang biasa digunakan untuk seri tanah menurut Hardjowigeno, Marsoedi dan Ismangun (1993) adalah sebagai berikut:

1. Tekstur lapisan atas tanah mineral Fase tekstur diambil dari nama tekstur lapisan atas.

Bila terdapat lapisan tipis bahan organik di permukaan, maka nama tekstur diambil dari tekstur setelah lapisan sampai

kedalaman paling sedikit 12 cm(tetapi tidak lebih dari25 cm dicampur).

Untuk tanah yang mempunyai desert pavement (umumnya tanah daerah Arid) adalah tekstur setelah dicampur dengan horizon A

dan E.

Contoh: Bogor lempung berliat; Cibinong liat berdebu. Catatan: Seri tanah yang diikuti dengan fase tidak perlu ditulis kata

seri di depannya

2. Lapisan organik di permukaan tanah Fase lapisan organik diberi narna sebagai berikut: bergambut kasar (peat), bergambut sedang (mucky peat), bergambut halus

(muck). Peat , setara dengan bahan fibrik (bahan organik kasar). Mucky peat, setara dengan bahan hemik (bahan organik dengan

tingkat dekomposisi sedang). Muck, setara dengan bahan saprik (bahan organik halus).

Contoh: Cintamanis bergambut kasar.

Banjar lempung berdebu, bergambut halus (lapisan mineral di permukaan yang banyak mengandung bahan organik halus)

3. Fragmen batuan di dalam tanah atas Digunakan untuk fragmen batuan (kerikil) di dalam tanah atas yang

jumlahnya lebih dari 15% volume. Contoh:

Pakem lempung berkerikil (fragmen batuan 15 - 35 %). Kaliurang lempung sangat berkerikil (fragmen batuan 35 – 60%).

Tempel lempung amat sangat berkerikil (fragrnen batuan lebih 60%).

4. Batu di permukaan tanah Digunakan untuk batu atau batuan dipermukaan tenah yang 4. Batu di permukaan tanah Digunakan untuk batu atau batuan dipermukaan tenah yang

Tidak berbatu

Sangat berbatu

0.1-3.0%

Amat sangat berbatu

3.0-15.0%

Berbatuan (Rubly)

15-75%

Lahan batuan

Contoh:

Cangkringan lempung, lereng 10 -20 persen, amat sangat berbatu. Ciapus lempung, lereng 15 - 30 persen, berbatuan (rubly).

5. Fase lereng Fase lereng digunakan baik sebagai lereng tunggal maupun sebagai

lereng majemuk. Lereng majemuk (kompleks) adalah lereng dengan lebih dari satu arah dan ditunjukkan oleh daerah punggung dan lembah dalam

satu deliniasi, sedangkan lereng tunggal relatif mempunyai arah lereng yang seragam.

Satuan peta dengan lereng tunggal menggunakan nama fase dengan selang lereng dalam persen.

Contoh: o Darmaga lempung berdebu, lereng 4 - 8 persen, tererosi.

o Kompleks Seri Darmaga – Cimulang, lereng 8 - 15 persen.

Satuan peta dengan seri majemuk, biasanya menggunakan adjective.

Contoh o Asosiasi Darmaga – Cimulang, berbukit

o Seri Pakem dan Kaliurang, bergelombang.

6. Erosi Tanah

Fase erosi tanah digunakan untuk menunjukan besarnya erosi yang telah terjadi dan bukan untuk potensi terjadinya erosi. Fase erosi tanah di tentukan berdasar atas kelas-kelas erosi yang di definisikan Soil-Survey Manual (USDA,1989) berikut:

Agak tererosi - Kelas 2 erosi. Sangat tererosi - Kelas 3 erosi. Gullied, tanah yang mengalami erosi parit kurang dari 10%. Bila

yang mengalami erosi parit lebih dari 10%, satuan peta menjadi lebih kompleks atau daerah aneka.

Agak tererosi angin - Kelas I erosi angin. Sangat tererosi angin - Kelas 2 atau3 erosi angin.

Contoh: Turgo lempung berdebu, lereng 10 - 15 persen, sangat tererosi.

7. Fase Pengendapan Fase pengendapan digunakan untuk bahan-bahan yang diendapkan oleh air atau angin diatas tanah lain yang tidak

memenuhi syarat sebagai tanah tertimbun.(Tebal kurang dari 30 cm atau antara 30 -50 cm, tetapi kurang dari setengah dari tebal horizon penciri tanah yang tertimbun).

Contoh: Cibinong lempung berpasir, lereng 2-8 persen, endapan air.

8. Fase kedalaman Yang dimaksud kedalaman dalam tingkat fase adalah kedalaman 8. Fase kedalaman Yang dimaksud kedalaman dalam tingkat fase adalah kedalaman

Kelas kedalaman: Sangat dangkal

<25 cm Dangkal

25 - 50 cm Agak dalam (agak dangkal)

50 - 100 cm Dalam

100 - 150 cm Sangat dalam

lebih dari 150 cm. Sebutkan di atas bahan apa kedalaman yang dimaksud! Misalnya:

Agak dalam di atas kerikil. Agak dalam di atas pasir. Agak dalam di atas liat. Dangkal di atas skist. Dalam di atas basalt.

Contoh Kaliwanglu lempung berdebu, dangkal di atas kerikil.

9. Fase substratum Digunakan untuk substratum yang terletak dibawah control section dari seri dan famili. Biasanya digunakan untuk substratum yang tidak padu dibawah kedalaman 100 cm.

Jenis fase substratum: Substratumkalkareus.

Substratum liat. Substratumberkerikil. Substratumbergipsum. Substratum endapan danau (lakustrin). Substratum bernapal (marly). Substratumberpasir. Substratumberdebu. Substratum serpih (shale).

Contoh: Wonosari lempung berdebu, substratum bernapal, lereng 6 -

20 persen.

10. Fase yang berhubungan dengan air Fase ini digunakan untuk membedakan sekuen dari status air tanah, permukaan air tanah dan drainase tanah. Pada beberapa tanah, status air tanah yang ada tidak dicerminkan oleh sifat-sifat tanah yang milikinya. Misalnya tanah yang tidak

menunjukkan sifat-sifat drainase buruk, padahal. tanah tersebut tergenang. Contoh: Imogiri lempung berdebu, basah.

Dalam keadaan lain, ada tanah yang masih mencerminkan pengaruh air, tetapi sudah tidak tergenang lagi karena telah

dilakukan perbaikan drainase. Contoh: Rawapening lempung berdebu, didrainase.

Beberapajenis fase yang berhubungan dengan air adalah: o Basah

o agak basah o cukup basah o tergenang o didrainase o muka air tanah tinggi

11. Fase salin Digunakan untuk membedakan derajad salinitas yang penting untuk penggunaan dan pengelolaan tanah di dalamkisaran suatu seri tanah. Berikut adalah kelas-kelas salin: sedikit agak salin

<0.4 mmho <0.4 mmho

0.4-0.8 mmho

cukup salin

0.8-1.6 mmho

sangat salin

> 1.6 mmho

Contoh: Kupang lempung berdebu, cukup salin.

12. Fase sodik Beberapa tanah mempunyai sifat salin dan sodik; untuk itu fase sodik

perlu ditambahkan. Contoh: Dili lempung berdebui sangat salin, sodik.

13. Fase Fisiografi Fase ini digunakan untuk mengelompokkan tanah yang mem punyai

sifat yang sama (masuk dalam seri yang sama) tetapi ditemukan dalam satuan fisiografi yang berbeda. Misalnya tanah berpasir dari loess di atas teras dan tanah berpasir dari loess di atas dataran aluvial termasuk dalam seri yang sama, tetapi dalam peta perlu dibedakan dalam fase fisiografi.

Contoh: o Parangtritis lempung berpasir, teras, lereng 0 - 5 persen.

o Parangtritis lempung berpasir, dataran aluvial, lereng 0- 3persen.

14. Fase iklim Fase iklim didasarkan pada suhu udara, evapotranspirasi potential (PE) dan curah hujan. Fase iklim digunakan bila perbedaannya cukup nyata untuk tujuan survei dan dapat diidentifikasi dan dipetakan secara konsisten di

lapangan. Ada dua kemungkinan keadaan iklim untuk seri yang sama

o Keadaan iklim yang sama dengan keadaan iklim seri yang

dimaksud, sehingga fase iklim tidak digunakan.

o Terdapat penyimpangan keadaan iklim dari iklim yang biasa ditemukan pada seri yang dimaksud. Untuk itu fase

iklim perlu digunakan. Contoh: Tawangsari lempung berpasir, dingin.

15. Fase-fase lain Semua sifat pembeda yang berguna untuk tujuan survei dan dapat

dipetakan dengankonsisten, dapat digunakan sebagai fase. Contoh:

sering banjir kadang-kadang banjir jarang banjir terbakar (gambut) kalkareus (berkapur) permukaan tercuci

Jenis-jenis fase yang telah diuraikan di atas biasanya digunakan untuk seri tanah dalam pemetaan tanah detail (skala 1: 10.000), sehingga dalam satu satuan peta tanah mungkin dapat ditemukan satu jenis fase secara homogen. Dalam Proyek LREP II yang pemetaan tanah dilakukan pada tingkat semi detail skala 1: 50:000, maka cukup kecil kemungkinan ditemukannya satu jenis fase yang homogen dalam satu satuan peta. Karena itu penggunaan fase seri tanah dalam peta tanah semi detail Proyek LREP II perlu lebih hati-hati. Hanya fase yang jelas penyebaranya dan dominan dalam satuan peta yang bersangkutan dapat digunakan sebagai fase seri tanah dalam satuan peta tersebut.