Beberapa Pendekatan Parametrik

11.2 Beberapa Pendekatan Parametrik

Pendekatan parametrik (parametric approach) menentukan kelas lahan atas dasar sejumlah sifat lahan tertentu, dimana pemilihan sifat tersebut ditentukan oleh macam peruntukan atau penggunaan lahan yang sedang dievaluasi. Pendekatan ini biasanya digunakan apabila individu dari sifat lahan dianggap lebih penting daripada sifat lahan secara keseluruhan. Penggunaannya sangat luas dan dapat berkisar dari survei untuk keperluan yang sifatnya umum dengan mempertimbangkan bermacam sifat sampai ke klasifikasi dengan dasar yang lebih sempit untuk penggunaan-penggunaan yang bersifat khusus. pendekatan parametrik ini berdasarkan atas nilai numerik, sehingga penilaian yang bersifat subyektif Pendekatan parametrik (parametric approach) menentukan kelas lahan atas dasar sejumlah sifat lahan tertentu, dimana pemilihan sifat tersebut ditentukan oleh macam peruntukan atau penggunaan lahan yang sedang dievaluasi. Pendekatan ini biasanya digunakan apabila individu dari sifat lahan dianggap lebih penting daripada sifat lahan secara keseluruhan. Penggunaannya sangat luas dan dapat berkisar dari survei untuk keperluan yang sifatnya umum dengan mempertimbangkan bermacam sifat sampai ke klasifikasi dengan dasar yang lebih sempit untuk penggunaan-penggunaan yang bersifat khusus. pendekatan parametrik ini berdasarkan atas nilai numerik, sehingga penilaian yang bersifat subyektif

Pendekatan parametrik terdiri atas beberapa tahapan berikut:

1. Mengevaluasi sifat-sifat tanah yang berbeda secara terpisah dan memberikan nilai numeriknya secara terpisah pula menurut kepentingannya di dalam atau di antara sifat-sifat tersebut.

2. Mengkombinasikan nilai-nilai numerik dari faktor-faktor tersebut menurut hukum matematik dengan mempertimbangkan hubungan dan interaksi antara faktor-faktor dalam menghasilkan indeks penampilan akhir (final index of performance).

3. Gunakan hasil kombinasi tesebut untuk menggolongkan tanah menurut tingkat kesesuaiannya untuk pertanian.

Interpretasi yang lebih spesifik dari pendekatan parametrik telah diuraikan oleh Riquier (dalam FAO, 1974). Proses ini meliputi pemilihan ciri tanah yang dievaluasi dan diberi nilai; kemudian nilai rata-rata dari ciri-ciri ini disubstitusikan ke dalam rumus matematik untuk menghasilkan indeks penampilan akhir. Nilai-nilai hasil perhitungan rumus tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan penilaian, seperti menetapkan urutan tanah dalam hubungan dengan nilai pertaniannya.

Metode parametrik yang digunakan secara luas adalah Indeks Storie (Storie, 1950; 1954). Metode ini diperoleh dengan jalan mengalikan nilai dari sejumlah faktor-faktor tertentu seperti seri tanah, lereng dan faktor-faktor lainnya. Metode parametrik awalnya dikembangkan untuk membantu pemerintah dalam menilai lahan untuk keperluan perpajakan di California.

Satuan lahan yang dibatasi dengan sejumlah kriteria nampaknya mempunyai batas yang tidak pasti. Untuk mengatasi ketidakpastian ini, terdapat dua prosedur. Pertama, dengan melakukan tumpang tindih peta- peta dari berbagai sifat yang berbeda, batas komposit dapat dipilih sebagai kompromi di antara batas-batas masing-masing sifat tersebut. Kedua, sifat Satuan lahan yang dibatasi dengan sejumlah kriteria nampaknya mempunyai batas yang tidak pasti. Untuk mengatasi ketidakpastian ini, terdapat dua prosedur. Pertama, dengan melakukan tumpang tindih peta- peta dari berbagai sifat yang berbeda, batas komposit dapat dipilih sebagai kompromi di antara batas-batas masing-masing sifat tersebut. Kedua, sifat

Pendekatan parametrik berbagai keuntungan, yaitu kriteria yang dapat dikuantifikasikan dapat dipilih, sehingga memungkinkan data yang obyektif: keandalan, kemampuan untuk dikembangkan lebih lanjut (reproducibility) dan ketepatannya tinggi. Kelemahan dalam pendekatan parametrik ialah dalam hal pemilihan sifat, penarikan batas-batas kelas, waktu yang diperlukan untuk mengkuantifikasikan sifat, serta kenyataan bahwa masing-masing klasifikasi hanya diperuntukan bagi penggunaan lahan tertentu.

Sistem klasifikasi lahan dengan pendekatan parametrik di dalam menyusun sistem-sistem klasifikasi kemampuannya biasanya berbeda- beda dalam memilih dan menggunakan faktor-faktor yang diikutsertakan dalam pertimbangan serta manipulasi matematik yang digunakan. Sedikitnya, terdapat tiga jenis manipulasi matematik yang sering digunakan dalam mengkombinasikan faktor-faktor tersebut (FAO, l971), yaitu:

Penjumlahan (additive) dan atau pengurangan (substractive) ; misalnya = A + B –C

Perkalian (Multiplicative) ;misalnya P= A x B x C Persamaan parametrik kompleks; misalnya : P = A √ (B x C x D)

P adalah indeks atau nilai parametrik yang berhubungan dengan produksi (kg/ha), dan A, B, C, dan D adalah ciri tanah dan lokasi seperti kedalaman tanah, tekstur, dan sebagainya. Tahapan penerapan pendekatan parametrik dapat dikemukakan sebagai berikut:

Menentukan satuan yang akan dievaluasi, misalnya satuan peta. Mengumpulkan data yang diperlukan dari profil tanah dan atau data

laboratorium sesuai dengan faktor yang akan dievaluasi. Data yang dikumpulkan kemungkinan terdapat keragaman yang cukup besar dalam ciri tanah dan lokasi di daerah yang akan dinilai, sehingga laboratorium sesuai dengan faktor yang akan dievaluasi. Data yang dikumpulkan kemungkinan terdapat keragaman yang cukup besar dalam ciri tanah dan lokasi di daerah yang akan dinilai, sehingga

Data mentah tersebut dikonversikan ke dalam skala kode (coding scale). Melakukan perhitungan-perhitungan matematik. Memberlakukan indeks yang diperoleh ke seluruh daerah yang

dievaluasi. Kombinasi yang ideal dari ciri tanah dan lokasi diharapkan akan

mencapai nilai maksimum pada lahan-lahan subur dan berangsur-angsur menurun untuk lahan-lahan yang lebih miskin.

11.3 lndeks Storie

Menurut Buol et al. (2003), Indeks Storie menyatakan secara numerik tingkat relatif dari kesesuaian tanah untuk penggunaan pertanian intensif secara umum pada saat evaluasi dilakukan. Pengharkatan atau penilaian dilakukan terhadap karakteristik tanah dan diperoleh dengan jalan mengevaluasi sifat-sifat fisik permukaan tanah dan lapisan bawah serta kenampakan permukaan lansekap. Dalam pengharkatannya tidak dipertimbangkan ketersediaan air untuk irigasi, iklim setempat, ukuran maupun aksesibilitas daerah yang dipetakan, jarak dari pasar dan faktor- faktor lain yang dapat menentukan sifat yang diinginkan untuk menumbuhkan tanaman tertentu dalam lokasi terbentu. Oleh karena itu, indeks tersebut tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya indikator dari nilai lahan. Namun demikian, di tempat dimana faktor ekonomi dan geografi dikenal baik oleh pengguna, Indeks Storie dapat memberikan informasi tambahan yang obyektif bagi perbandingan nilai jejak lahan (land track value comparison).

Terdapat empat faktor yang umum digunakan untuk menentukan pengharkatan indeks, yaitu A = permeabilitas, kapasitas air tersedia dan kedalaman tanah; B = tekstur tanah atas; C = lereng dominan dari tubuh tanah, dan X = kondisi-kondisi lain yang seringkali menjadi subjek pengelolaan atau modifikasi oleh pengguna lahan. Kondisi-kondisi tersebut meliputi drainase, genangan/banjir, salinitas, alkalinitas, Terdapat empat faktor yang umum digunakan untuk menentukan pengharkatan indeks, yaitu A = permeabilitas, kapasitas air tersedia dan kedalaman tanah; B = tekstur tanah atas; C = lereng dominan dari tubuh tanah, dan X = kondisi-kondisi lain yang seringkali menjadi subjek pengelolaan atau modifikasi oleh pengguna lahan. Kondisi-kondisi tersebut meliputi drainase, genangan/banjir, salinitas, alkalinitas,

SIR= A x B x C x X Keterangan:

A = sifat-sifat dari profiI tanah;

B = tekstur permukaan tanah;

C = lereng dan

X = faktor-faktor lain (seperti drainase, alkalinitas, kemasaman, erosi dan lain-lain).

Untuk beberapa tanah, lebih dari satu dari kondisi X tersebut yang digunakan untuk menentukan pengharkatan. Pengharkatan 100 % menunjukan kondisi yang sangat sesuai (menguntungkan) untuk produyksi tanaman secara umum. Nilai persen yang lebih rendah menunjukan kondisi yang kurang menguntungkan. Nilai faktor dalam persen dipilih dari tabel yang disiapkan dari data dan pengamatan yang menghubungkan sifat tanah dengan pertumbuhan dan hasil tanaman. Dari Tabel 11.1 disajikan faktor-faktor yang dipertimbangkan beserta nilainya menurut Storie (1944,dalam Sitorus, 1985).

Masing-masing faktor dinyatakan sebagai persen tetapi dalam perkalian dinyatakan dalam bentuk desimal. Indeks akhir dinyatakan dalam persen.

Sebagai contoh adalah perhitungan SIR untuk Satuan Peta Tanah Altamont di California sebagai berikut:

Faktor A : Tanah upland coklat Seri Altamont, bahan induk napal (shale), batuan induk pada kedalaman 90 cm, profit grup VIII sehingga mempunyai nilai 70 %.

Faktor B : Tekstur lempung berliat sehingga mempunyai nilai 85 %. Faktor C : Topografi bergelombang sehingga mempunyai nilai 90 %. Faktor X : Erosi permukaan sedang dengan parit dangkal sehingga

mempunyai nilai 70 %. Dengan demikian maka Index Rating = 0.70 x 0.85 x 0.90 x 0.70 = 0.37 dilaporkan sebagai 37 %.

Produk akhir dari faktor perkalian diubah menjadi persen antara 0 - 100%. Dalam contoh di atas, nilai Indeks Rating adalah 37%. Satuan- satuan peta dinyatakan dalam kelas (grade) menurut kesesuaiannya untuk Produk akhir dari faktor perkalian diubah menjadi persen antara 0 - 100%. Dalam contoh di atas, nilai Indeks Rating adalah 37%. Satuan- satuan peta dinyatakan dalam kelas (grade) menurut kesesuaiannya untuk

11.4 lnterpretasi Nilai Parametrik

Storie (1978 dalam Sitorus, 1985) membedakan enam kelas tanah di California dengan jalan mengkombinasikan tanah dengan kisaran Storie Index Rating (SIR) sebagai berikut:

1. Kelas 1 (baik sekali) : tanah-tanah yang mempunyai nilai 80-100 % cocok untuk penggunaan yang luas, seperti alfalfa, buah-buahan, dan field crops.

2. Kelas 2 (baik) : tanah-tanah yang mempunyai nilai antara 60- 79 % cocok untuk sebagian besar tanaman. Hasil umumnya baik hingga baik sekali.

3. Kelas 3 (sedang) : tanah-tanah yang mempunyai nilai antara 40 - 59 % umumnya mempunyai kualitas sedang dengan kisaran penggunaan atau kesesuaian lebih sempit daripada kelas 1 dan 2. Tanah dalam kelas ini mungkin dapat memberikan hasil yang baik untuk tanaman tertentu.

4. Kelas 4 (miskin) : tanah-tanah yang mempunyai nilai antara 20 - 39 % mempunyai kisaran/kemungkinan penggunaan pertanian yang terbatas. Sebagai contoh, tanah yang termasuk kelas ini mungkin baik untuk padi tetapi kurang baik untuk penggunaan lainnya.

5. Kelas 5 (sangat miskin): tanah yang mempunyai nilai antara 10 - 19 %.mempunyai kemungkinan penggunaan yang sangat terbatas, kecuali untuk padang rumput, karena kondisi-kondisi yang membatasi, seperti kedangkalan tanah.

6. Kelas 6 (bukan untuk pertanian): tanah yang mempunyai nilai kurang dari 10 %. sebagai contoh, tanah pasang surut; tanah dengan kadar basa-basa tinggi; dan tanah dengan lereng yang curam.

FAO dalam mengevaluasi proyek-proyek pembangunan (Bramao dan Riquier, 1967; Riquier, Bramao dan Cornet, 1970) telah mengusulkan penggunaan Indeks koduktivitas Tanah (Index of Soil Productivity) dengan persamaan sebagai berikut:

Indeks produktivitas tanah = P x T x (N atau S) x O x A x M x D x H Keterangan :

P = kedalaman tanah efektif ; T

= tekstur dan struktur horison

A ; N = status basa-basa; S

= kandungan garam-garam terlarut; O