Analisis Faktor Lokasi Kampung Batik Kauman

5.1. Analisis Faktor Lokasi Kampung Batik Kauman

5.1.1. Analisis Orientasi Lokasi

5.1.1.1.Orientasi Lokasi terhadap Kawasan Pusat Kota Orientasi lokasi terhadap pusat kota mengarah pada perkembangannya sebagai pusat pertumbuhan dengan skala pelayanan yang luas. Menurut Christaller (Tarigan, 2005:137), lokasi sebagai pusat aktvitas akan memiliki tingkat pelayanan terhadap wilayah yang luas dengan perkembangan aktivitas yang beragam. Lokasi Kampung Batik Kauman yang berada pada kawasan pusat Kota Surakarta (Bappeda Kota Surakarta, 2011), yang dinyatakan berfungsi sebagai pusat pelayanan. Kampung Batik Kauman, tumbuh sebagai pusat perekonomian, yang mampu mendukung tingkat pelayanan skala regional seperti wilayah Subosukowonosraten. Lokasi ini berkembang sebagai pusat komersial, dengan pengembangan sarana ekonomi di sepanjang Jalan Dr. Radjiman, Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Yos Sudarso serta Jalan Hasyim Ashari. Perkembangan kegiatan perdagangan tersebar pula di seluruh lokasi di Kampung Batik Kauman.

Menurut Hebert (1973), kawasan pusat kota atau pusat kegiatan pada kota besar, pertumbuhan kegiatan satu sama lain bersifat terpisah atau mengunakan zona yang berbeda (Yunus, 2008:10). Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar (berdasarkan jumlah penduduk) dengan jumlah penduduk 500.642 jiwa pada tahun 2010 (Data Sensus Penduduk, BPS, 2011). Pertumbuhan pusat kota Menurut Hebert (1973), kawasan pusat kota atau pusat kegiatan pada kota besar, pertumbuhan kegiatan satu sama lain bersifat terpisah atau mengunakan zona yang berbeda (Yunus, 2008:10). Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar (berdasarkan jumlah penduduk) dengan jumlah penduduk 500.642 jiwa pada tahun 2010 (Data Sensus Penduduk, BPS, 2011). Pertumbuhan pusat kota

Perkembangan kawasan pusat kota, yang diikuti dengan pertumbuhan standart hidup masyarakat serta adanya penurunan kualitas lingkungan, yang menyebabkan masyarakat banyak yang berpindah ke luar kawasan pusat kota (Alonso dalam Yunus, 2008: 59). Hal ini berbeda dengan masyarakat yang ada di Kampung Batik Kauman, kawasan ini dikenal dengan masyarakat dengan standart hidup yang tinggi akan tetapi penurunan kualitas lingkungan dan pertumbuhan kawasan menjadi pusat komersil yang ramai tidak membuat masyarakat berpindah ke luar Kampung Batik Kauman. Yang dipindahkan keluar Kampung Batik Kauman merupakan kegiatan yang menimbulkan pencemaran lingkungan seperti industri batik. Industri ini menimbulkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan, sehingga kegiatan yang mampu bertahan hanya untuk kegiatan industri yang telah melakukan pengolahan limbah terlebih dahulu.

Faktor lain yang menjadikan masyarakat di Kampung Batik Kauman tetap bertahan pada lingkungan pusat kota yang jauh dari ketenangan dan kenyamanan sebagai hunian adalah karena pengaruh nilai investasi. Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara di setiap RW, rata-rata terjadi perubahan fungsi bangunan untuk kegiatan ekonomi 40% hingga 80%. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi Kampung Batik Kauman berpotensi untuk investasi cukup tinggi untuk kegiatan ekonomi bagi masyarakat.

Orientasi lokasi Kampung Batik Kauman terhadap pintu masuk Kota Surakarta menunjukkan jarak terhadap sub kota. Jarak terhadap kawasan sub kota akan mempengaruhi tingkat penggunaan lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa, dimana semakin dekat maka pertumbuhan perdagangan dan jasa semakin banyak karena fungsinya untuk melayani kawasan sub kota (Chapin, dalam Irawan 2005).

Jarak sub wilayah kota ditandai dengan jarak lokasi terhadap pintu masuk kota yang menjadi simpul tarikan dari luar wilayah. Batas sub Kota Surakarta diukur berdasarkan empat pintu masuk Kota, yaitu Grogol (2,5km), Kleco (5,4), Joglo (4 km), dan Palur (3,9 km). Keempat lokasi tersebut menjadi batas terluar serta pintu masuk Kota Surakarta dari empat arah. Jarak tersebut mampu diatasi dengan adanya aksesibilitas yang baik menuju dan dari keempat arah pintu masuk kota, sehingga mampu memberikan kemudahan dalam pertumbuhan perdagangan dan industri terkait dengan pemasaran dan distribusi bahan baku.

Pertumbuhan kegiatan ekonomi di Kampung Batik Kauman, menempati 39,06% dari luas total Kampung Batik Kauman. Pusat kegiatan terbesar berada pada jalan utama, yaitu di lokasi yang berada di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Jalan Dr. Radjiman dan Jalan Yos Sudarso. Jalan tersebut, merupakan jalur aksesibilitas menuju dan dari kawasan sub kota. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan Kampung Batik Kauman yang dekat serta didukung dengan aksesibilitas yang baik terhadap sub kota, menjadikan Kampung Batik Kauman sebagai pusat pelayanan ekonomi skala regional. 5.1.1.3.Orientasi Lokasi terhadap Kawasan Segitiga Budaya

Orientasi lokasi yang baik untuk kegiatan ekonomi dan pertumbuhan pusat aktivitas yaitu pada lokasi yang ditandai dengan letak yang strategis dan kaitan dengan aktivitas yang beragam (Tarigan, 2005). Lokasi Kampung Batik Kauman berada pada lingkup kawasan strategis Kota Surakarta yaitu kawasan segitiga budaya yang merupakan kawasan yang menunjukkan nilai budaya Kota Surakarta.

Kampung Batik Kauman merupakan salah satu elemen kawasan pendukung Keraton Kasunanan Surakarta, serta ditetapkan sebagai kawasan

Terbuka Kota Surakarta Tahun 2010. Kawasan segitiga budaya merupakan cikal bakal pertumbuhan Kota Surakarta yang oleh Bappeda Kota Surakarta dinyatakan sebagai kawasan strategis kota. Orientasi lokasi terhadap kawasan strategis segitiga budaya menjadi potensi dalam pengembangan aktivitas ekonomi dan budaya di Kampung Batik Kauman. Keberadaan kawasan segitiga budaya mampu memposisikan Kampung Batik Kauman pada lokasi yang strategis dan menjadi prioritas pembangunan kota. Pengarahan aktivitas yang beragam diarahkan untuk tetap mempertahankan potensi dan budaya lokal, yang menjadi nilai pendukung kawasan segitiga budaya. 5.1.1.4.Orientasi Lokasi terhadap Sarana Ekonomi Lingkup Kota

Keberadaan suatu lokasi dilihat berdasarkan jarak terhadap pusat aktivitas termasuk didalamnya adalah Pasar dan Sarana Perdagangan pada lingkup yang lebih luas, dimana konsentrasi kegiatan ekonomi dalam suatu kawasan yang berdekatan akan mempersempit threshold dan memperluas range pelayanan (Christaller). Lokasi Kampung Batik Kauman memiliki jarak yang relatif dekat dengan sarana perdagangangan lingkup kota Surakarta baik yang memiliki aktivitas kegiatan ekonomi yang sama maupun berbeda (Tabel 4.3). Kedekatan beberapa lokasi kegiatan ekonomi memberikan keuntungan bagi pertumbuhan aktivitas perdagangan, dikarenakan adanya kebersamaan dan memberikan kemudahan bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan yang beragam dari lokasi yang dekat.

Sebagai contoh adalah lokasi Kampung Batik Kauman memiliki yang berdekatan dengan sarana ekonomi lingkup kota dengan komoditi yang sama seperti Pasar Klewer, PGS, BTC. Keberadaan kawasan ekonomi skala kota, mampu ditangkap sebagai peluang untuk tempat pemasaran hasil produksi dan perdagangan Kampung Batik Kauman. Hal ini dapat diliat dengan adanya distribusi barang hasil produksi, maupun perdagangan yang bersumber di Kampung Batik Kauman dipasarkan di BTC, Pasar Klewer dan PGS. Tujuannya adalah untuk mengembangkan skala distribusi dan promosi di kawasan perdagangan yang sudah cukup terkenal.

dagang yang berbeda, serta memiliki jarak yang relatif dekat dengan kawasan perdagangan yang memiliki komoditi yang beragam. Meskipun memiliki komoditi yang berbeda, lokasi tersebut juga memberikan nilai positif dalam peningkatan pelayanan ekonomi, karena komoditi tersebut saling mendukung dan menciptakan kawasan perdagangan one stop shopping. Lokasi Kampung Batik Kauman sebagai pusat perdagangan dengan komoditi batik, buku, dan alat ibadah berkembang dekat dengan kawasan Coyudan dan Nonongan yang berkembang sebagai pusat aksesoris, pusat penjualan sepatu, dan emas. Hal ini menjadikan lokasi ini secara makro menjadi kawasan perdagangan yang lengkap yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam.

Dari kondisi tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan skala kegiatan ekonomi di Kampung Batik Kauman tidak hanya dipengaruhi oleh keberadaan kawasan komersial dengan komoditi yang sama. Keberadaan kawasan perdagangan dengan komoditi yang berbeda, juga merupakan potensi pengembangan kawasan. Keberadaan Kampung Batik Kauman dan kawasan perdagangan di sekitarnya menjadi pusat ekonomi dengan pelayanan yang luas dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam. 5.1.1.5.Orientasi Lokasi terhadap Sarana Transportasi Lingkup Kota

Lokasi yang baik untuk kegiatan perekonomian merupakan lokasi yang memiliki tingkat aksesibilitas yang baik sebagai kawasan strategis. Hal ini dapat dilihat dari jarak dengan sarana tranportasi lingkup kota yang mendukung dalam aktivitas (Tarigan, 2005: 78).

Lokasi Kampung Batik Kauman memiliki jarak yang relatif dekat dengan sarana transportasi lingkup kota yang mempermudah jangkauan Kampung Batik Kauman dari dan menuju lokasi lain di dalam Kota Surakarta dan luar kota (Tabel 4.4). Kondisi ini dapat dikatakan bahwa, Kampung Batik Kauman didukung dengan sistem aksesibilitas yang baik dari semua sarana tranportasi. Kedekatan dengan lokasi-lokasi tersebut, mempermudah perpindahan barang produksi atau dagangan ke luar kota atau luar daerah, sehingga dapat dikatakan mendukung dalam menangani permasalahan distribusi.

wilayah yang lebih luas mampu menunjukkan bagaimana titik-titik tersebut berhubungan dengan titik lokasi yang lain. Hubungan antara lokasi yang dianggap strategis akan menumbuhkan kegiatan ekonomi yang berkembang di dalamnya. Salah satu arah pertumbuhan kegiatan ekonomi dapat diketahui dengan menentukan bagian wilayah yang memperoleh dampak dari hubungan antar lokasi dengan pusat-pusat aktivitas disekitarnya (Hariyono, 2010:88).

Kedudukan lokasi-lokasi kawasan yang disebutkan dalam orientasi lokasi Kampung Batk Kampung Batik Kauman memiliki hubungan keterkaitan baik antar lokasi tersebut, maupun dengan Kampung Batik Kauman itu sendiri. Kampung Batik Kauman, dapat dikatakatan tepat didalam hubungan antar lokasi, yang menjadikan Kampung Batik Kauman memperoleh dampak langsung dari keberadaan lokasi tersebut. Dari kondisi tersebut menjadikan Kampung Batik Kauman, merupakan kawasan yang potensial berkembang sebagai pusat kegiatan ekonomi. Untuk lebih jelas menunjukkan kedudukan lokasi Kampung Batik Kauman sebagai kawasan yang memperoleh dampak terhadap lokasi-lokasi yang lebih luas, dapat dilihat dalam peta 5.1 berikut.

Peta 5.1

Faktor lokasi yang berupa kondisi fisik dasar merupakan kondisi alami yang tidak ada campur tangan teknologi buatan (Tarigan, 2005). Kondisi fisik dasar sendiri terdiri dari kondisi topografi, jenis tanah, hidrologi, dan iklim.

Kondisi Topografis di Kampung Batik Kauman memiliki ketinggian 80- 130 mdpl, dengan kemiringan 0-40º serta kelerengan 0-2%. Topografi ini termasuk dalam kategori lahan landai, yang sesuai untuk sebagai area terbangun dan cocok untuk kawasan budidaya.

Jenis tanah Kampung Batik Kauman terdiri dari tanah alluvial dan tanah regosol. Tanah alluvial merupakan jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi dan memiliki struktur tanah yang padat. sementara untuk jenis tanah regosol, termasuk dalam golongan tanah yang sangat peka terhadap erosi. Kondisi tanah ini lebih sesuai untuk kegiatan pertanian, karena kondisinya yang subur. Akan tetapi struktur tanah yang kuat, serta kondisi topografis datar mendukung untuk pembangunan fisik.

Kondisi hidrologi Kampung Batik Kauman merupakan tipe aliran air dangkal, dengan kedalaman 5-10 meter. Kondisi air ini cukup baik untuk memenuhi standart air minum. Tipe sumber air dangkal beresiko terhadap pencemaran lingkungan dan mengurangi kualitas air bersih. Oleh karena itu, pada lokasi dengan sumber air dangkal diusahakan jauh dari aktivitas yang menimbulkan pencemaran lingkungan.

Sumber cadangan air dapat berasal dari curah hujan, dimana curah hujan rata-rata Kampung Batik Kauman adalah 20,63 mm/hari. Kondisi ini termasuk pada golongan curah hujan sedang, yang menjadi cadangan air besih dialirkan melalui jaringan drainase yang akan mengalir ke sungai Pepe.

Kondisi fisik dasar di Kampung Batik Kauman digolongkan dalam Kelas

I, dimana memiliki topografis datar, struktur tanah yang mudah diolah tidak berpotensi banjir meskipun mememiliki sistem drainase yang buruk (Sutanto, 2005: 172). Kelas lahan dengan tipe ini, lebih berpotensi untuk kegiatan yang berhubungan dengan pertanian. Namun, juga cukup potensial untuk dilakukan pembangunan kawasan budidaya perkotaan karena struktur lahan yang baik untuk I, dimana memiliki topografis datar, struktur tanah yang mudah diolah tidak berpotensi banjir meskipun mememiliki sistem drainase yang buruk (Sutanto, 2005: 172). Kelas lahan dengan tipe ini, lebih berpotensi untuk kegiatan yang berhubungan dengan pertanian. Namun, juga cukup potensial untuk dilakukan pembangunan kawasan budidaya perkotaan karena struktur lahan yang baik untuk

David Ricardo menyatakan bahwa lokasi yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang tinggi merupakan kawasan yang pertama kali diikutsertakan dan difungsikan untuk kegiatan yang produktif atau nilai ekonomi tinggi dan wilayah dengan kesuburan tanah yang rendah akan berkembang sebagai kawasan dengan tingkat ekonomi yang semakin rendah. Hal ini terbukti di Kampung Batik Kauman, dimana secara struktur tanah yang subur dibuktikan dengan perkembangan aktivitas yang produktif. Perkembangan kegiatan produktif di Kampung Batik Kauman berbeda dengan kondisi yang dikemukakan diatas, karena kegiatan ekonomi yang berkembang adalah perdagangan dan industri bukan pertanian.

Tingkat kesuburan lahan menjadi salah satu faktor yang menentukan tingginya nilai lahan, dimana semakin tinggi kesuburan tanah maka nilai produktivitas dan nilai lahan akan meningkat (Drabkin dalam Yunus, 2008:89). Dilihat dari kondisi fisik dasar di Kampung Batik Kauman, menunjukkan kondisi tingkat kesuburan tanah yang baik dan disisi lain juga menunjukkan perkembangan nilai lahan yang cukup tinggi. Akan tetapi, aktivitas perkembangan perekonomian yang ada di Kampung Batik Kauman tidak berhubungan langsung dengan tingkat kesuburan tanah, maka yang menyebabkan nilai lahan di Kampung Batik Kauman bukan dikarenakan kondisi tanah. Nilai lahan di Kampung Batik Kauman lebih dipengaruhi oleh letak lokasi dan aksesibilitas yang baik. Kondisi fisik dasar sangat optimal fungsinya ketika dihadapkan pada aktivitas yang melibatkan dan memanfaatkan kondisi fisik lahan sebagai faktor utama.

5.1.3. Analisis Potensi Lahan

5.1.3.1.Tata Guna Lahan Penggunaan lokasi pada suatu kawasan menunjukkan pembangunan dan penggunaan lahan dalam mendukung aktivitas yang ada di dalamnya. Penggunaan lahan menunjukkan potensi lokasi dan konsentrasi kegiatan serta arah

19,20 Ha, dengan persentase penggunaan lahan 57% untuk permukiman, 39% untuk perdagangan dan jasa serta 4% berupa lahan belum terbangun (Tabel 4.6).

Kondisi tata guna lahan tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi kegiatan yang cukup besar adalah untuk fungsi permukiman, dan selebihnya untuk perdagangan dan jasa. Jika melihat persentase terbesar, fungsi utama Kampung Batik Kauman adalah untuk fungsi permukiman yang didukung oleh kegiatan perdagangan dan jasa. Akan tetapi, jika melihat kondisi di lapangan, Kampung Batik Kauman berpotensi sebagai pusat komersial dan pengembangan kegiatan ekonomi kreatif yang banyak berkembang di lingkungan permukiman. Potensi pengembangan sebagai kawasan komersial dikarenakan pengaruh dari keberadaan Pasar Klewer serta dukungan dengan aksesibilitas yang baik untuk mendukung aktivitas dengan nilai ekonomi tinggi.

Proporsi penggunaan lahan untuk kegiatan ekonomi menunjukkan adanya konsentrasi aktivitas yang berpengaruh terhadap peningkatan skala pelayanan dan kemudahan bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan (Chapin dalam Irawan, 2009). Penggunaan lahan untuk kegiatan ekonomi di Kampung Batik Kauman cukup besar yaitu 39,06% dari luas wilayah Kampung Batik Kauman. Jumlah proporasi penggunaan lahan untuk kegiatan ekonomi tersebut belum sepenuhnya menunjukkan angka yang tepat.

Hal tersebut dikarenakan, kegiatan perekonomian di Kampung Batik Kauman juga tumbuh diluar proporsi penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa, karena terjadinya alih fungsi dan pemanfaatan bagian dari hunian untuk kegiatan ekonomi yaitu sebesar 58% dari permukiman Kampung Batik Kauman. Kondisi diatas menunjukkan bahwa kemampuan yang besar untuk Kampung Batik Kauman menjadi kawasan dengan tingkat pelayanan kegiatan ekonomi yang luas.

Proporsi penggunaan lahan mampu menunjukkan struktur keruangan dan pembagian sub zona kawasan (Pyor dalam Yunus, 2008: 169). Dengan melihat proporsi penggunaan lahan yang didominasi untuk kegiatan permukiman dan perdagangan jasa membentuk pola-pola keruangan yang cukup jelas, dimana

Pertumbuhan kegiatan perdagangan dan jasa berkembang disepanjang jalan utama yaitu Jalan Slamet Riyadi, Jalan Dr. Radjiman, Jalan Yos Sudarso, serta Jalan Hasyim Ashari. Pemusatan aktivitas perdagangan juga terjadi mengelilingi Masjid Agung dan di Pasar Cinderamata Kampung Batik Kauman. Sementara untuk pertumbuhan fungsi lainnya lebih bersifat campuran dengan fungsi permukiman.

Kondisi ini menunjukkan bahwa arah pengembangan yang lebih sesuai di Kampung Batik Kauman adalah kegiatan ekonomi, dimana memiliki konsentrasi dan arah pertumbuhan yang cukup dominan. Sementara itu, karena terhambat dengan ketersediaan lahan yang cukup terbatas arahan pengembangan kawasan lebih kepada pembangunan vertikal dibandingkan pembangunan horizontal.

Pertimbangan kegiatan ekonomi merupakan salah satu faktor penggunaan lahan perkotaan (Jayadinata, 1986). Dengan melihat arah pembangunan yang paling potensial di Kampung Batik Kauman adalah kegiatan ekonomi, maka bisa dikatakan bahwa arah pembangunan mengarah pada efisiensi daya guna dan pengoptimalan nilai dan biaya. Aktivitas perubahan lahan yang dilakukanpun juga mengarah pada pemanfaatan fungsi dan aktivitas ekonomi masyarakatnya. 5.1.3.2.Intensitas Bangunan

Kondisi pembangunan saat ini salah satunya ditunjukkan dengan kondisi intensitas bangunan. Intensitas bangunan di Kampung Batik Kauman ditunjukkan dengan kondisi kepadatan bangunan yang tinggi. Kondisi intensitas bangunan di sebagian wilayah di Kampung Batik Kauman, dibatasi dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2009. Berikut kesesuaian dan kemampuang pembangunan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2009, sebagai berikut:

Daerah Nomor 8 Tahun 2009

No Lokasi

Daya Dukung

Standart

KLB

KLB Daya Dukung

JalanSlamet Riyadi

 90% untuk

Jalan utama arteri dan kolektor sekunder

 80% untuk

jalan lokal dan lingkungan

Tidak mendukung

 7 lantai

untuk jalan arteri dan kolektor

 3 lantai

untuk jalan lokal

 2 lantai

untuk jalan lingkungan

2-4 Mendukung 2 Jalan Yos

sudarso

Tidak mendukung

2-4 Mendukung 3

Jalan Dr. Radjiman

Tidak mendukung

1-4 Mendukung 4

Jalan Hasyim Asyari

Tidak mendukung

1-3 Mendukung 5 Jalan Trisula

Tidak mendukung

1-3 Mendukung 6 Jalan Trisula 1

Tidak mendukung

1-2 Cukup Mendukung

7 Jalan Trisula 2

Tidak mendukung

1-2

Cukup Mendukung

Jalan Masjid Agung

Tidak mendukung

1-2

Cukup Mendukung

Jalan Kalimosodo

Tidak mendukung

1-2

Cukup Mendukung

Jalan Wijaya Kusuma

Tidak mendukung

1-2

Cukup Mendukung

Jalan Wijaya Kusuma 2

Tidak mendukung

1-2

Cukup Mendukung

Jalan Wijaya Kusuma 3

Tidak mendukung

1-2

Cukup Mendukung

Jalan Wijaya Kusuma 4

Tidak mendukung

1-2

Cukup Mendukung

14 Jalan Cakra

Tidak mendukung

1-2

Cukup Mendukung

15 Jalan Cakra 1

Tidak mendukung

1-2

Cukup Mendukung

16 Jalan Cakra2

Tidak mendukung

1-2

Cukup Mendukung Sumber : Pengolahan Data, 2011

Melihat kondisi eksisting dibandingkan dengan peraturan daerah tentang bangunan, dapat dikatakan arah pembangunan yang sesuai di Kampung Batik Kauman adalah pembangunan dengan menggunakan pola vertikal. Ketinggian bangunan Kampung Batik Kauman tidak terlepas dari lokasinya yang berada di kawasan pusat kota serta memiliki nilai lahan yang cukup tinggi dan aksesibilitas yang baik.

kemampuan pengembangan kawasan (Hansen dalam Tarigan, 2005: 156). Kampung Batik Kauman memiliki lahan terbuka/ lahan kosong hanya sebesar 4% dari total luas Kampung Batik Kauman dengan tingkat Koefisien Dasar Bangunan yang sangat tinggi, dapat dikatakan kemampuan pengembangan kawasan Kampung Batik Kauman sangat kecil. Akan tetapi pertumbuhan kawasan di Kampung Batik Kauman, lebih mengarah dengan pola vertikal dan alih fungsi bangunan untuk mengambangkan aktivitas kawasan.

Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi menunjukkan kemampuan lahan yang terbatas dalam mendukung perubahan dan cenderung kearah kemandegan pembangunan (Berry, dalam Yunus, 2008:81). Lahan di Kampung Batik Kauman memang kurang mendukung untuk pembangunan dan perubahan yang membutuhkan ruang yang luas, akan tetapi pertumbuhan dan pengembangan kawasan dapat dilakukan secara optimal melalui pola vertikal.

Arah pembangunan vertikal di Kampung Batik Kauman, mengarah pada teori yang dikemukakan Bergel (Yunus, 2008:17). Pembangunan vertikal mengarah pada peruntukan untuk kegiatan ekonomi, dimana lantai paling bawah dianggap memiliki tingkat aksesibilitas terbaik dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan ekonomi. Semakin keatas dipergunakan untuk kegiatan dengan nilai ekonomi rendah seperti hunian. Hal ini dilakukan oleh masyarakat, untuk memanfaatkan secara oprimal luas lahan yang terbatas serta nilai lahan yang tinggi, seperti pengembangan hunian yang terdapat di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Jalan Yos Sudarso, Jalan Dr. Radjiman dengan bentuk rumah toko.

Intensitas bangunan yang tinggi menunjukkan kebutuhan masyarakat saat ini yang terjadi akibat ketidakseimbangan suplay dan demand (Rodenburg dan Nijkamp, dalam Yulita Sari, 2009: 42). Ketersediaan lahan di Kampung Batik Kauman yang sangat terbatas yang hanya memilik 4% lahan tidak terbangun merupakan kendala dalam kebutuhan pembangunan yang cukup tinggi terutama untuk kegiatan perekonomian. Dengan kondisi kesesuaian intensitas bangunan diatas, maka dapat dikatakan bahwa supplay yang mampu diberikan oleh Kampung Batik Kauman adalah terhadap pembangunan vertical.

Peta 5.2

Peta 5.3

Lokasi yang memiliki nilai lahan yang semakin tinggi, ketika didukung dengan nilai aksesibilitas yang baik untuk mengurangi biaya transportasi (Von Thunen, dalam Yunus, 2008:88). Nilai lahan di Kampung Batik Kauman, relatif tinggi dengan berbagai tingkatan nilai (Tabel 4.8). Melihat kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa perbedaan nilai lahan di Kampung Batik Kauman disebabkan oleh perbedaan kelas jalan yang melalui. Semakin tinggi dan baik kelas jalan yang melewati dapat dikatakan kemampuan aksesibilitas lahan semakin tinggi, sehingga nilai lahan juga semakin meningkat.

Perkembangan nilai lahan yang terjadi di Kampung Batik Kauman terjadi periode tahun 2005 dan tahun 2011 sebagai waktu sebelum dan sesudah pencanangan Kampung Batik Kauman. Pertumbuhan nilai lahan yang terjadi cukup tinggi antara range 29% hingga 100%. Nilai pertumbuhan tertinggi terjadi pada lokasi dengan tingkat aksesibilitas paling rendah atau jalan lingkungan. Hal ini cukup bertentangan dengan konsep teori yang dikemukakan Von Thunen.

Lahan dengan nilai yang tinggi dipengarui oleh semakin tingginya output atau tingkat produktifitas yang dihasilkan (Yunus, 2008:88). Kampung Batik Kauman merupakan lokasi dengan pertumbuhan kegiatan ekonomi yang cukup tinggi, sehingga dapat dikatakan mampu menumbuhkan output yang positif. Pertumbuhan nilai lahan di Kampung Batik Kauman secara periodik menunjukkan bahwa pertumbuhan nilai lahan yang tertinggi terjadi di lingkungan permukiman, bukan pada lokasi dengan derajat aksesibilitas yang baik.

Hal tersebut diatas dikarenakan, potensi pertumbuhan kegiatan ekonomi yang mengarah pada lingkungan permukiman, dengan standar jalan lingkungan cukup tinggi pada tahun 2005-2006. Dengan kondisi tersebut menyebabkan lingkungan permukiman di Kampung Batik Kauman dianggap memiliki potensi yang cukup untuk perkembangan kegiatan usaha, dan menumbuhkan pola investasi yang disertai peningkatan nilai lahan secara periodik. Sehingga dapat dikatakan bahwa Kampung Batik Kauman merupakan lokasi yang memiliki tingkat produktifitas yang tinggi dengan dukungan aksesibilitas yang baik. Hal ini

Batik Kauman. Chapin dan Kaiser dalam Yulita Sari (2009), menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk dan kegiatan ekonomi pada pemanfaatan ruang akan menaikkan status lingkungan dan peningkatan penawaran lahan. Kampung Batik Kauman, mengalami peningkatan nilai lahan yang cukup signifikan di seluruh lokasi, termasuk yang berada pada jalan lingkungan dengan aksesibilitas yang kurang baik. Hal ini dikarenakan pada peningkatan status dan image kawasan sebagai kawasan komersial dan pariwisata yang potensial, sehingga nilai lahan mengalami peningkatan.

5.1.4. Analisis Sarana Prasarana

Penyelenggaraan sarana prasarana kota diarahkan sesuai dengan fungsi kota, serta ketidakseimbangan dalam penyediaan terhadap kebutuhan yang ada akan menimbulkan ketidakefektifan dan kurang efisien dalam pemanfaatan sarana prasarana yang ada. Beradasarkan kondisi sarana prasarana di Kampung Batik Kauman, jika dilihat berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam SNI 03-1733-2004 dan Permenpera No 22 Tahun 2008 tentang Standart Pelayanan Minimum Kawasan Permukiman Perkotaan, adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2 Tingkat Kesesuaian Sarana Prasarana Kampung Batik Kauman

No

Jenis sarana prasarana

Sarana prasarana

Standart pelayanan

minimal

Tingkat kesesuaian

1 Sarana peribadatan

3528 jiwa

1 Masjid 2 Mushola 6 Langgar

Standart :  1 mushola / 250

jiwa  1 Masjid / 2500

jiwa

Memenuhi

2 Sarana ekonomi Toko/ warung/ kios

1 pasar 283 kios/ toko

 1 toko/ kios per

250 jiwa  1 pasar + pusat

pertokoan / 30.000 jiwa

Memenuhi

3 Drainase

Tertutup, masih

ada

genangan

Mampu menampung aliran air dan tidak ada genangan

Tidak memenuhi

No sarana prasarana

Jumlah

Penduduk

Sarana prasarana

Standart pelayanan

minimal

Tingkat kesesuaian

4 Penyediaan Air bersih

Penyediaan PDAM

Kebutuhan air bersih 317.520 liter perhari.

 1 kran umum radius

100 m/ 250 jiwa  Hidran kebakaran 1/

100meter untuk kawasan komersil

 1hidran / 200 meter untuk permukiman

Tidak memenuhi

5 Sistem pengelolaan sampah

 1 TPS  2 gerobak

sampah

 1 bak sambah besar /

2500jiwa (6m 2 )

 1 gerobak sampah

(2m 2 )

Tidak memenuhi

Sumber : Hasil Analisis, 2011

Kondisi sarana peribadatan di Kampung Batik Kauman berdasarkan standart pemenuhan kebutuhan permukiman dianggap sangat memenuhi, apalagi dengan keberadaan Masjid Agung yang merupakan masjid skala kota dengan daya tampung jamaah yang cukup besar. Kondisi sarana peribadatan dinilai secara kuantitas cukup memenuhi standar, akan tetapi lokasi langgar atau mushola di Kampung Batik Kauman tidak didukung dengan aksesibilitas yang baik. Sarana peribadatan di Kampung Batik Kauman tidak hanya sebagai tempat ibadah semata melainkan juga untuk tempat berkumpul. Terlebih lagi, mushola atau langgar tersebut merupakan bagian dari sejarah Kampung Batik Kauman sebagai kampung ulama. Sarana peribadatan yang terdapat di Kampung Batik Kauman juga berpotensi sebagai objek wisata arsitetural dan wisata religi.

Kesesuaian sistem utilitas berdasarkan standart pelayanan minimum perkotaan, yang dianggap kurang mendukung adalah sistem drainase, air bersih, dan sistem pengolahan sampah. Kondisi drainase yang kurang baik, ditandai dengan daya tampung aliran yang kurang mencukupi sehingga muncul genangan di beberapa ruas jalan di Kampung Batik Kauman. Hal ini karena sistem drainase yang tertutup merupakan sekaligus berfungsi sebagai saluran pembuangan limbah harian.

cukup akan tetapi yang belum memenuhi adalah penyediaan hidran untuk kawasan permukiman dan kegiatan ekonomi. Sementara itu sistem pengelolaan sampah di Kampung Batik Kauman, kurang memenuhi karena hanya terdapat 1 (satu) bak penampungan sampah sementara di depan Pasar Cinderamata Kampung Batik Kauman. Hal ini menyebabkan sebagian aktivitas ekonomi melakukan sistem pengelolaan sampah mandiri sebesar 22,22% kegiatan industri dan 3,56% untuk kegiatan perdagangan.

Menurut konsep gravitasi bahwa sarana prasarana yang berbeda pada suatu lokasi akan menumbuhkan daya tarik bagi lokasi lain (Tarigan, 2005:104). Kondisi sarana prasarana yang tersedia di Kampung Batik Kauman, tidak seluruhnya mampu menjadi daya tarik kawasan. Sebagian besar bentuk prasarana yang ada, hanya mampu memenuhi kebutuhan untuk aktivitas yang ada di dalamnya dan bukan merupakan faktor pembeda dengan kawasan atau daerah lain.

Faktor pembeda yang muncul di Kampung Batik Kauman sebagai daya tarik kawasan adalah furniture kawasan yang berupa kursi, papan pengumuman, penunjuk jalan, lampu jalan (Peta 4.13 halaman 87). Penanda (Signages) merupakan bentuk furniture kawasan yang dibangunan dengan menyesuaikan dengan arsitektur serta mampu merefleksikan karakter kawasan (Darmawan, 2003:22).

Pembuatan furmiture kawasan yang ada di Kampung Batik Kauman juga menggunakan pola yang menunjukkan karakteristik kawasan dengan memasukkan elemen ukiran dan batik dalam desain furniture. Selain itu, untuk semakin menguatkan unsur tradisional maka setiap penanda untuk pusat kegiatan ekonomi kreatif batik ditulis dengan huruf jawa. Kondisi ini dianggap cukup merepresentasikan kondisi dan karakteristik kawasan, bukan hanya dari segi fisik akan tetapi juga sosial dan ekonomi.

Aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan untuk mencapai lokasi, menunjukkan jarak antar lokasi dengan lokasi yang lain. Lokasi dengan tingkat aksesibilitas yang baik cenderung berkembang sebagai pusat aktivitas. Semakin baik aksesibilitas suatu lokasi maka daya tarik lokasi akan lebih tinggi. Aksesibilitas dapat dilihat berdasarkan jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut (Tarigan, 2005). Kondisi aksesibilitas Kampung Batik Kauman, ditunjukkan sebagai berikut : 5.1.5.1.Kondisi Jalan

Kondisi jalan di Kampung Batik Kauman, memiliki kondisi yang beragam. Berdasarkan Penentuan Teknis Klasifikasi Jalan Perkotaan Nomor 10 Tahun 1990 dan SNI 03-1733-2004, dapat diketahui tingkat kesesuaian kondisi jalan, sebagai berikut:

Tabel 5.3 Analisis Klasifikasi Jalan Kampung Batik Kauman

No

Lokasi

Kelas Jalan

Lebar Jalan (m)

Jalan Slamet Riyadi

Arteri Sekunder

Memenuhi standart

Jalan Jl.Yos sudarso

Kolektor

Tidak memenuhi

Jalan Dr. Radjiman

Kolektor

Tidak memenuhi

Jalan Hasyim Asyari

Lokal Sekunder

3-4

Tidak memenuhi

5 Jalan Trisula

Lokal Sekunder

3 3-6

Memenuhi standart

6 Jalan Trisula 1

Memenuhi standart

7 Jalan Trisula 2

Memenuhi standart

Jalan Masjid Agung

Kolektor Sekunder

Memenuhi standart

9 Jalan Kalimosodo Lokal Sekunder

Memenuhi standart

Jalan Wijaya Kusuma

Lokal Sekunder

3-6

Tidak memenuhi

Jalan Wijaya Kusuma 2

Lingkungan 1,5

1,5-2

Memenuhi standart

No

Lokasi

Kelas Jalan

Jalan (m)

Jalan Wijaya Kusuma 3

Lingkungan 1,5

1,5-2

Memenuhi standart

Jalan Wijaya Kusuma 4

Lingkungan 1,5

1,5-2

Memenuhi standart

14 Jalan Cakra

Lingkungan 1,5-2

1,5-2

Memenuhi standart

15 Jalan Cakra 1

Lingkungan 2 1,5-2

Memenuhi standart

16 Jalan Cakra 2

Lingkungan 2 1,5-2

Memenuhi standart Sumber : Hasil Analisi, 2011

Berdasarkan standart yang berlaku kondisi jalan di Kampung Batik Kauman, ada yang memenuhi standart dan tidak sesuai dengan standart yang berlaku. Ketidaksesuaian standart terdapat pada jalan Yos Sudarso dan Jalan Dr. Radjiman, sehingga menimbulkan beberapa permasalahan seperti kemacetan. Jalan lingkungan di Kampung Batik Kauman memenuhi standart jalan lingkungan skala kelurahan sesuai dengan kemampuan lalulintas jalan.

Berdasarkan standart teknis kawasan industri, ditetapkan bahwa lokasi yang mendukung kegiatan industri dan distribusi, didukung dengan jaringan jalan dengan sistem sirkulasi oneway, terdiri dari 2 (dua) arah dengan lebar masing- masing 8 (delapan) meter. Dengan melihat kondisi di Kampung Batik Kauman, lokasi ini cukup mendukung dilihat dari kondisi jalan, dimana terdapat 2 (dua) jaringan jalan dengan pola sirkulasi searah yaitu Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Dr. Radjiman. Akan tetapi lokasi sebagai kawasan pusat kota menjadikan jalan tersebut tidak diperkenankan untuk dilewati angkutan barang berukuran berat. Sehingga jalan yang secara kondisi fisik sesuai dengan standart, akan tetapi tidak dapat mendukung aktivitas ekonomi secara optimal.

Peta 5.4

Pola lalulintas dan sirkulasi kawasan perkotaan perlu mendapat perhatian, untuk menciptakan kondisi yang efektif dan efisien untuk mendukung kegiatan perkotaan yang beragam (Adisasmita, 2008:100). Sistem sirkulasi di Kampung Batik Kauman menggunakan pola grid atau jalur-jalur yang membentuk pola tegak lurus.

Pengaturan sistem sirkulasi yang dilakukan adalah dengan membuat sistem satu arah pada beberapa ruas jalan. Pertimbangan dalam penetapan jalan yang diatur sistem sirkulasi, pada jaringan jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan. Permasalahan yang mengganggu sirkulasi jalan di Kampung Batik Kauman adalah parkir on street, yaitu yang berada di sepanjang jalan Hasyim Ashari, Jalan Dr. Radjiman dan Jalan Yos Sudarso sehingga mengurangi kapasitas jalan dan menimbulkan kemacetan yang sering terjadi pada pukul 09.00-18.00 WIB.

Pengaturan sistem sirkulasi dengan pola lalu lintas satu arah, merupakan solusi yang efektif untuk memecah konsentrasi lalulintas sehingga dapat menimbulkan kemacetan. Pengaturan ini memang cukup mendukung untuk kegiatan perekonomian yang berkembang di Kampung Batik Kauman, akan tetapi permasalahan lalulintas yang muncul bukan dikarenakan sistem sirkulasi yang kurang baik. Permasalahan muncul sebagai akibat daya dukung sarana prasarana yang terbatas seperti lahan parkir dan terminal bongkar muat, sehingga menyebabkan pelimpahan aktivitas di badan jalan.

Sirkulasi kawasan merupakan elemen penting dalam perancangan kota. Dalam pengaturan sistem sirkulasi jalan didesain sebagai ruang terbuka dengan pemandangan yang baik, bersih dan menarik dengan mempertimbangkan garis sempadan jalan. Selain itu yang perlu juga diperhatikan adalah pengaturan parkir serta perhatian terhadap perabot jalan (Darmawan, 2003:16). Kondisi sistem sirkulasi di Kampung Batik Kauman dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambar 5.1 Analisis Permasalahan Sirkulasi Kampung Batik Kauman

Sumber: Hasil Analisis, 2011

5.1.5.3.Moda Transportasi Dalam pembangunan sistem transportasi kota, perlu diperhatikan mengenai bentuk, jenis, kapasitas, jumlah angkutan umum yang sesuai dengan kebutuhan pemakai jasa angkutan, yang mampu menghubungkan antar berbagai lokasi (Adisasmita, 2005:106). Kondisi moda transportasi yang melewati Kampung Batik Kauman merupakan moda transportasi dalam kota yang menghubungkan berbagai lokasi di Kota Surakarta serta kota disekitarnya.

Kondisi moda transportasi yang ada tersebut cukup beragam dan jumlah yang cukup memenuhi kebutuhan sarana angkutan kota Surakarta, sehingga tidak menimbulkan penumpukan penumpang. Hanya saja sebagian moda transportasi dirasa kurang nyaman dan jarak antar waktu kedatangan angkutan relatif lama. Akan tetapi keberadaan Batik Solo Trans cukup memberikan solusi moda transportasi yang nyaman. Selain itu, keberadaan moda transportasi tradisional

Terdapat parkir komunal di area

Pasar Cinderamata

Parkir di depan Masjid Agung, digunakan sebagai lokasi bongkar muat aktivitas Pasar Klewer, tidak ada pedestrian

dan vegetasi

 Parkir on street disebelah utara jalan, menimbulkan kemacetan pada pukul 10.00-15.00

 Aktivitas perdagangan melebar hingga ke jalur pedestrian, tidak ada peneduh jalan

 Parkir pada 2 sisi jalan  Kurang adanya pedestrian dan vegetasi

 Adanya aktivitas bongkar muat, sehingga menyebabkan keruwetan

City Walk, sebagai jalur khusus pejalan kaki tetap digunakan untuk kendaraan bermotor, lahan parkir dan bongkar muat.

Kampung Batik Kauman.