Pertumbuhan Unit Usaha Perekonomian

5.2.2. Pertumbuhan Unit Usaha Perekonomian

5.2.2.1. Pertumbuhan Unit Usaha Industri Pengembangan kegiatan industri merupakan suatu penambahan kegiatan produksi yang didasarkan pada beberapa faktor, yaitu faktor ekonomi, faktor sosial, faktor keuangan dan kelembagaan serta faktor lingkungan (Subagyo dalam Latif, 2005). Peningkatan unit usaha banyak muncul di Kampung Batik Kauman pada periode 2005 hingga 2006 serta tahun sebelumnya. Pasar Klewer dianggap sebagai pasar potensial untuk pemasaran hasil produksi sehingga kegiatan industri yang banyak muncul adalah industri batik dan pakaian. Faktor lingkungan memberikan pengaruh yang cukup baik bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi di

Muncul parkir on street, dan peningkatan volume kendaraan Banyak muncul pedagang kaki lima

Kemacetan sebagai dmpak penumpukan volume lalu lintas akibat aktivitas komersial dan parkir on street.

Muncul pusat- pusat perdagangan batik, yang ramai dikunjungi. Mengganggu aktivitas belajar mengajar pada lingkungan pendidikan

Tingkat kebisingan tinggi akibat adanya aktivitas industri pembuatan alat musik

Lingkungan permukiman berubah menjadi pusat perdagangan, jaringan jalan digunakan sebagai etalase. Sirkulasi kendaraan terganggu

Gambar 5.3 Analisis Pengaruh Alih Fungsi Bangunan untuk Kegiatan Ekonomi

Sumber: Hasil Analisis, 2011 Sumber: Hasil Analisis, 2011

Kegiatan industri khususnya industri batik di Kampung Batik Kauman yang mengalami penurunan pada tahun 2006 ke tahun 2007. Hal ini dikarenakan mulai muncul keluhan dari masyarakat yang merasa terganggu dengan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh industri. Sehingga, banyak aktivitas industri yang memindahkan lokasi usaha atau mengurangi aktivitas produksi yang dilakukan di Kampung Batik Kauman.

Pertumbuhan yang terjadi setelah tahun 2007 adalah disebabkan oleh kemampuan teknologi dan manajemen yang dilakukan pengusaha. Pelaku usaha industri mengembangkan sistem produksi terutama untuk pengelolaan limbah dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan sehingga mampu mengatasi hambatan dari faktor lingkungan. Kegiatan industri batik yang mengembangkan teknologi pengelolaan limbah, mampu melaksanakan tahapan produksi batik secara penuh di Kampung Batik Kauman. Industri yang memiliki teknologi pengelolaan limbah dan mampu melaksanakan tahapan pembuatan batik adalah Batik Setiadji, Batik Dakon Mas, dan Batik Gunawan Setiawan.

Faktor sosial juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pengembangan unit kegiatan industri di Kampung Batik Kauman. Peningkatan usaha diikuti dengan jumlah tenaga kerja yang diserap, baik yang berasal dari lingkungan Kampung Batik Kauman maupun dari luar Kampung Batik Kauman. Hal ini menjelaskan bahwa faktor sosial bukan sepenuhnya sebagai faktor pendukung melainkan lebih sebagai faktor yang diberi dampak.

Perkembangan kegiatan industri yang banyak muncul di Kampung Batik Kauman, setelah merosotnya aktivitas industri batik adalah kegiatan industri konveksi, cinderamata, dan pernak-pernik dari hasil sisa industri skala rumah Perkembangan kegiatan industri yang banyak muncul di Kampung Batik Kauman, setelah merosotnya aktivitas industri batik adalah kegiatan industri konveksi, cinderamata, dan pernak-pernik dari hasil sisa industri skala rumah

Pengembangan Kampung Batik Kauman sebagai kawasan wisata yang berbasis pada potensi lingkungsn fisik, sosial, dan ekonomi. salah satu penggerak munculnya wacana pariwisata adalah pertumbuhan kegiatan ekonomi kreati dibidang industri, seperti industri batik dan kerajinan. Kegiatan industri tersebut menjadi atraksi wisata yang menarik bagi pengunjung. Akan tetapi, hambatan dalam pengembangan industri mengakibatkan atraksi wisata industri terbatas pada lokasi-lokasi tertentu. Meskipun demikian, atraksi industri diwadahi dengan adanya Batik Corner yang memang ditujukan untuk memberikan pelatihan batik.

Pertumbuhan unit usaha industri membentuk pola yang tersebar di seluruh kawasan Kampung Batik Kauman, dengan pertimbangan pemilihan lokasi yang beragam seperti bertempat tinggal di Kampung Batik Kauman, aksesibilitas, lahan, letak lokasi, dan sarana prasarana. Dari pertimbangan diatas, pertumbuhan kegiatan industri paling banyak disebabkan oleh kepemilikan lahan serta karena bertempat tinggal di Kampung Batik Kauman. Pola ini menunjukkan bahwa kegiatan industri yang muncul di Kampung Batik Kauman, merupakan kegiatan industri yang muncul sebagai kegiatan rumah tangga, dimana lokasi tidak ditetapkan tersendiri melainkan mengikuti lokasi tinggal pemilik usaha.

Faktor modal atau biaya produksi tetap berupa lahan atau tempat produksi dianggap bukan masalah dikarenakan menggunakan tempat tinggal sebagai ruang usaha. Pengaruh lokasi yang strategis dan aksesibilitas yang baik merupakan bentuk kecenderungan pemilihan lokasi didasarkan pada arah mendekati konsumen. Masalah jarak terhadap sumber bahan baku dan tenaga kerja mampu teratasi dengan aksesibilitas yang baik.

Menurut lokasi yang dikemukakan oleh Webber (Tarigan, 2005), bahwa pemilihan lokasi industri mengarah pada biaya produksi minimal, yaitu dekat dengan sumber bahan baku dan tenaga kerja. Akan tetapi pertumbuhan kegiatan industri di Kampung Batik Kauman tidak dilakukan berdasarkan dua faktor tersebut. Sumber bahan baku sebesar 55,56% dan tenaga kerja sebesar 48% untuk

Kauman dan luar Kota Surakarta. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertimbangan biaya minimum tidak lagi menjadi pertimbangan utama. Biaya upah di Kota Surakarta juga relatif tinggi, bukan lagi menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi.

Pertumbuhan kegiatan industri di Kampung Batik Kauman, lebih banyak berkembang karena dipengaruhi oleh kepemilikan modal berupa tanah/ lahan yang difungsikan sebagai tempat usaha. Selain itu dukungan aksesibilitas yang baik serta lokasi yang strategis dianggap sebagai tempat dengan kedekatan terhadap konsumen dengan kata lain mampu mengurangi biaya dan meningkatkan pendapatan maksimum.

5.2.2.2. Pertumbuhan Unit Usaha Perdagangan Perkembangan usaha dalam suatu kawasan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berpengaruh langsung maupun tidak langsung, antara lain adalah faktor keuntungan, bahan baku, tenaga kerja, modal, resiko, fasilitas dan kemudahan, serta faktor lain seperti kondisi ekonomi wilayah (Anagoro dan Sudantoko, 2002:171).

Perkembangan unit usaha perdagangan di Kampung Batik Kauman, cukup tinggi terjadi pada tahun 2005 hingga tahun 2006 (Tabel 4.27). Hal ini terjadi dikarenakan pada kesadaran masyarakat terhadap potensi ekonomi kreatif yang didukung dengan bantuan permodalan. Kegiatan ekonomi yang banyak bermunculan merupakan kegiatan perdagangan skala kecil. Selain itu kegiatan ekonomi wilayah yang mulai ditingkatkan didukung oleh berbagai pihak.

Perkembangan unit perdagangan yang cukup tinggi ini yang mendasari pencanangan Kampung Batik Kauman sebagai Kampung Batik pada tahun 2006. Setelah tahun tersebut kegiatan ekonomi mulai mengalami peningkatan secara signifikan. Faktor utama yang mempengaruhi adalah kondisi ekonomi kawasan yang cukup baik.

Selain itu pertumbuhan unit perdagangan di Kampung Batik Kauman, juga dipengaruhi oleh iklim perdagangan yang sudah ada karena keberadaan Pasar Klewer dan kawasan Coyudan sebagai kawasan komersial skala lokal yang Selain itu pertumbuhan unit perdagangan di Kampung Batik Kauman, juga dipengaruhi oleh iklim perdagangan yang sudah ada karena keberadaan Pasar Klewer dan kawasan Coyudan sebagai kawasan komersial skala lokal yang

Perkembangan unit usaha perdagangan menjadi salah satu daya tarik pariwisata yang dikembangkan di Kampung Batik Kauman, terutama untuk komoditi ekonomi kreatif, seperti batik dan kerajinan serta perlengkapan ibadah. Fasilitas perbelanjaan merupakan unsur dalam pengembangan kegiatan pariwisata (Pendhit, 2002:10). Dalam pengembangan konsep Kampung Batik Kauman sebagai kawasan wisata, kegiatan komersial tidak hanya dijadikan sebagai pendukung pengembangan wisata melainkan menjadi salah satu potensi utama. Konsep pariwisata yang dikembangkan di Kampung Batik Kauman sebagai kawasan religi didukung dengan pengembangan kegiatan perdagangan perlengkapan ibadah, sementara perdagangan batik menjadi potensi utama yang menjadi brand image kawasan dan daya tarik utama bagi pengunjung.

Pertumbuhan unit usaha perdagangan tidak lepas dari faktor lokasi yang menjadi pertimbangan. Diantara berbagai pertimbangan, yang paling banyak berpengaruh terhadap keberadaan kegiatan perdagangan di Kampung Batik Kauman adalah bertempat tinggal di Kampung Batik Kauman. Tingkat strategis lokasi terhadap kawasan pusat kota merupakan pertimbangan utama. Kampung Batik Kauman juga merupakan bagian dari Bagian Wilayah Kota I (BWK I), dimana diarahkan untuk fungsi perdagangan dan jasa. Hal ini karena lokasinya selalu identik dengan derajat aksesibilitas yang tinggi dengan arah kemampuan jangkauan yang luas. Pertimbangan utama dari pelaku perdagangan di Kampung Batik Kauman adalah untuk mampu mendekati konsumen (August Losch dalam Tarigan, 2005).

Faktor yang sulit dipisahkan adalah pertimbangan bertempat tinggal di Kampung Batik Kauman. Hal ini yang cukup berbeda dari lingkungan lain yang Faktor yang sulit dipisahkan adalah pertimbangan bertempat tinggal di Kampung Batik Kauman. Hal ini yang cukup berbeda dari lingkungan lain yang

Sarana prasarana yang biasanya menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi, tidak menjadi faktor utama yang mendukung pemilihan lokasi kegiatan perdagangan di Kampung Batik Kauman. Hal ini karena sarana prasarana yang ada di Kampung Batik Kauman relatif sama dengan lokasi lain dan tidak menumbuhkan daya tarik kawasan. Keberadaan sarana prasarana yang dibutuhkan pada kawasan perdagangan yang seharusnya ada bukan merupakan hal yang dipertimbangkan. Pemilihan lokasi cenderung untuk mendekati konsumen dengan tujuan keuntungan maksimum tanpa mempertimbangkan ketersediaan sarana yang sesuai.

Pemilihan lokasi untuk kegiatan perdagangan sesuai dengan yang dikemukan oleh Christaller, bahwa faktor utama dalam pengembangan kegiatan usaha adalah berdasarkan jarak terhadap konsumen dan aksesibilitas. Kondisi ini sesuai dengan pola pertumbuhan kegiatan perdagangan di Kampung Batik Kauman, dimana sebagaian besar pelaku perdagangan memilih Kampung Batik Kauman sebagai tempat usaha dikarenakan lokasinya yang strategis. Lokasi yang strategis merupakan wilayah dengan derajat aksesibilitas yang tinggi sehingga memiliki jangkauan pelayanan yang luas.

Pertumbuhan unit usaha perdagangan yang terdiri dari beragam komoditi, tersebar diseluruh Kampung Batik Kauman. Akan tetapi pola penggunaan ruang cenderung terbagi menjadi dua tipe yaitu, pola terpusat dimana kegiatan perdagangan dengan komoditi sejenis terpusat dalam satu lokasi, sementara untuk beberapa komoditi tersebar diseluruh Kampung Batik Kauman. Untuk lebih memperjelas dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

Gambar 5.4. Potensi Perkembangan Kegiatan Perdagangan Kampung Batik Kauman Sumber: Hasil analisis, 2011

5.2.2.3. Pertumbuhan Kegiatan Pariwisata Kampung Batik Kauman Pariwisata sendiri menjadi menarik ketika memberikan nuansa yang berbeda dari kondisi biasanya baik lingkungan alam, keamanan, kesehatan, serta informasi yang diterima oleh wisatawan (Pitana dan Gayatri, 2005: 68). Kampung Batik Kauman merupakan lingkungan permukiman yang terbentuk karena pengaruh kuat dari keberadaan Masjid Agung dan Keraton Kasunanan Surakarta. Kampung Batik Kauman merupakan kawasan yang disediakan oleh Keraton Surakarta sebagai tempat tinggal bagi para kaum dan khetib yang bertugas untuk mengurus Masjid Agung Surakarta. Kondisi ini menjadi perkembangan religi di Kampung Batik Kauman, mampu menjadi salah satu atraksi yang menarik dalam perkembangan pariwisata.

Perdagangan emas

Perdagangan pakaian

Perdagangan aksesoris

Perdagangan perlengkapan ibadah, buku

Perdagangan stiker dan kacamata

Perdagangan batik

Perdagangan bunga dan jasa

utama mengunjungi tempat-tempat yang berkaitan dengan sejarah, dan keagamaan. Atraksi utama yang menjadi daya tarik kawasan adalah keberadaan Masjid Agung Surakarta, yang menjadi simbol keagamaan Mataram Islam. Selain itu, terdapat pula bangunan rumah khetib yang bersebelahan dengan langgar sebagai cermin perkembangan kegiatan keagamaan.

Rumah khetib, Masjid Agung dan bangunan langgar selain menjadi simbol sejarah, juga dilihat dari segi arsitektural cukup menarik. Bangunan kuno di Kampung Batik Kauman menjadi atraksi yang menarik bagi wisatawan, dimana memberikan suasana lingkungan yang berbeda dengan lingkungan lain di kawasan pusat kota. Selain itu, bangunan kuno di Kampung Batik Kauman bukan saja memberikan gambaran tentang lingkungan permukiman di masa lalu tetapi juga menjadi bagian dari sejarah perkembangan religi. Bangunan kuno yang terdapat di Kampung Batik Kauman mewakili tiga tipe bangunan, yaitu bangunan rumah tradisional jawa, kolonial dan bangunan rumah khetib atau ulama.

Bangunan bersejarah menjadi atraksi yang memikat wisatawan dan menjadi salah satu upaya pelestarian bangunan kuno dengan memasukkan kegiatan ekonomi didalamnya (Black dalam Ross, 1998:104). Kondisi bangunan kuno di Kampung Batik Kauman banyak yang dikembangkan sebagai tempat usaha, terutama untuk showroom atau outlet perdagangan batik. Bangunan fisik tidak banyak dirubah hanya saja bagian depan rumah yang berhadapan langsung dengan jalan difungsikan untuk kegiatan yeng lebih produktif. Kondisi ini sangat sesuai dengan pengembangan potensi wisata Kampung Batik Kauman yang bertumpu pada kegiatan ekonomi kreatif.

Hal yang seringkali tidak dapat dipisahkan dari sebuah perjalanan wisata adalah kegiatan belanja souvenir yang menjadi cirikhas suatu objek wisata (Pendhit, 2002:10). Kampung Batik Kauman merupakan kawasan yang berkembang sebagai pusat komersial, dengan perkembangan kegiatan perdagangan yang cukup signifikan pada tahun 2005, dimana hal ini yang mendasari penciptaan konsep kawasan Kampung Wisata Batik Kampung Batik Hal yang seringkali tidak dapat dipisahkan dari sebuah perjalanan wisata adalah kegiatan belanja souvenir yang menjadi cirikhas suatu objek wisata (Pendhit, 2002:10). Kampung Batik Kauman merupakan kawasan yang berkembang sebagai pusat komersial, dengan perkembangan kegiatan perdagangan yang cukup signifikan pada tahun 2005, dimana hal ini yang mendasari penciptaan konsep kawasan Kampung Wisata Batik Kampung Batik

Kegiatan komersial dan industri yang menjadi potensi utama merupakan kegiatan ekonomi kreatif, dengan produksi utama yaitu kesenian batik. Dalam hal ini, potensi wisata bukan hanya menonjolkan kegiatan ekonomi saja melainkan juga aspek budaya. Wisata budaya merupakan aktivitas wisata dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan mengenai kebudayaan, adat istiadat, dan kesenian serta hal-hal yang bersejarah Pendhit (2002).

Atraksi industri dan perdagangan di Kampung Batik Kauman, merupakan kegiatan industri yang bertujuan membangkitkan kecintaan dan perhatian terhadap budaya dan kesenian jawa yang dituangkan dalam kerajinan batik. Atraksi utama yang menjadi daya tarik adalah pelatihan membatik dan museum batik Kampung Batik Kauman, serta pusat perbelanjaan batik yang dikemas dalam lingkungan permukiman dengan memadukan potensi arsitektural yang menarik.

Perkembangan dan pola pemanfaatan ruang untuk kegiatan pariwisata di Kampung Batik Kauman merupakan kegiatan yang disusun mengikuti pembangunan dan kondisi fisik yang sudah ada atau bukan merupakan perencanaan kawasan pariwisata baru. Bentuk pariwisata yang berkembang di Kampung Batik Kauman adalah mengembangkan potensi fisik, sosial, dan ekonomi yang sudah ada untuk dikemas lebih menarik dalam konsep wisata.

Faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata di Kampung Batik Kauman adalah pengaruh karakteristik fisik. Sejarah dan bangunan fisik di Kampung Batik Kauman merupakan atraksi yang menarik dalam pengembangan kawasan pariwisata. Masjid Agung, langgar dan gedung organisasi keagamaan Nahdathul Muslimat, memiliki nilai sejarah dan bangunan fisik yang menjadi daya tarik. Selain pengaruh fisik, kondisi lingkungan sosial dan ekonomi juga menarik sebagai konsep wisata, bentuk kegiatan ekonomi yang mengacu pada ekonomi kreatif dikembangkan menjadi atraksi menarik, serta sebagai pusat aktivitas ekonomi.

Kondisi tata guna lahan merupakan faktor yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan kegiatan wisata, dimana digunakan untuk menentukan

Perkembangan kegiatan pariwisata di Kampung Batik Kauman berkembang mengikuti pola aktivitas yang sudah ada, dimana menonjolkan nilai kawasan sebagai kampung wisata, yaitu lingkungan permukiman dengan segala elemen dan aktivitas didalamnya menjadi salah satu daya tarik. Pengembangan kawasan tidak mempertimbangkan kondisi guna lahan dan penzoningan. Meskipun demikian, pengembangan kegiatan pariwisata yang tersebar di Kampung Batik Kauman, menunjukkan hubungan yang saling mendukung.

Gambar 5.5 Analisis Kawasan Potensial Pengembangan Pariwisata Kampung Batik Kauman

Sumber: Hasil Analisis, 2011

Wisata Religi Wisata Batik

Wisata Arsitektural

5.2.3.1.Peningkatan skala Kegiatan Industri Peningkatan skala kegiatan usaha merupakan upaya meningkatkan kegiatan kearah yang lebih baik dengan kemampuan pengusaha yang kreatif dan berbakat. Kondisi tersebut dapat diartikan sebagai proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat (Joyohadikusumo, dalam Nopianto, 2008: 16). Peningkatan skala kegiatan usaha industri Kampung Batik Kauman dapat dilihat berdasarkan peningkatan (tabel 4.29)

Peningkatan skala kegiatan industri di Kampung Batik Kauman, lebih optimal dalam peningkatan skala produksi. Aglomerasi produksi perusahaan berkurang pada waktu produksi perusahaan lain bertambah (Soepono, 2002). Peningkatan produksi kegiatan industri di Kampung Batik Kauman, lebih mengarah pada peningkatan jumlah barang yang diproduksi pada waktu yang relatif sama, dimana peningkatan produksi tidak lepas dari peningkatan kosumen, yang semakin meningkat setelah adanya pencanangan Kampung Batik Kauman. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan jumlah pendapatan.

Selain peningkatan produksi, perkembangan skala kegiatan industri ditandai dengan peningkatan skala distribusi. Pemasaran barang-barang industri ditandai dengan penambahan lokasi-lokasi distribusi yang baru. Hal ini tidak lepas dari upaya promosi produk yang dihasilkan, melalui pameran skala lokal dan nasional. Selain itu keberadaan sarana ekonomi yang berada di sekitar Kampung Batik Kauman, menjadi salah satu target pemasaran hasil produksi. 5.2.3.2.Perkembangan Skala Kegiatan Perdagangan

Pengembangan skala kegiatan dapat dikatakan sebagai suatu upaya peningkatan usaha, dengan tujuan untuk mempertahankan kelangsungan usaha dan peningkatan profit atau pendapatan (Anagoro dan Sudantoko, 2002:183). Perkembangan skala kegiatan perdagangan di Kampung Batik Kauman sesuai dengan data pada Tabel 4.30, menyatakan bahwa bentuk peningkatan skala kegiatan terbesar adalah dalam bentuk peningkatan penjualan sebesar 80% dan peningkatan skala distribusi sebesar 32,73%. Peningkatan jumlah penjualan tidak lepas dari peningkatan jumlah pengunjung dan konsumen yang berasal dari

mendukung dalam peningkatan pendapatan usaha pedagang. Penambahan skala distibusi barang, tidak terlalu besar karena mayoritas jenis perdagangan merupakan perdagangan skala kecil dengan jumlah tenaga kerja 1-5 orang. Keterbatasan dalam perluasan skala distribusi juga dipengaruhi oleh faktor persaingan usaha (Anagoro dan Sudantoko, 2002:171). Perkembangan kegiatan perdagangan dengan komoditi yang sama, disisi lain mampu meningkatkan wilayah jangkauan pemasaran dan mengurangi threshold (Christaller dalam Tarigan,2005). Akan tetapi, kenyataannya di Kampung Batik Kauman, tidak semua perdagangan mampu berkembang untuk memperluas wilayah pemasaran. Hal ini karena dipengaruhi oleh kemampuan permodalan yang berbeda. Untuk kegiatan perdagangan dengan skala yang kecil, maka akan sulit bersaing untuk mampu menjangkau daerah pemasaran yang sama luas dengan kegiatan perdagangan yang lebih besar.

5.2.3.3. Peningkatan Skala Kegiatan Pariwisata Peningkatan daya tarik wisata dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain adalah iklim, kawasan komersial, promosion, atraksi, pemasaran, special event, kondisi masyarakat (Jackson dalam Pitana dan Gayatri, 2005: 68). Peningkatan skala kegiatan dalam pengembangan kegiatan pariwisata mengikuti pola pertumbuhan skala kegiatan industri dan perdagangan sebagai sektor utama ekonomi di Kampung Batik Kauman yang menciptakan daya tarik pengembangan kawasan (Tabel 4.31).

Perkembangan skala kegiatan pariwisata di Kampung Batik Kauman ditunjukkan melalui peningkatan jumlah pengunjung untuk kegiatan perdagangan, dan industri serta pengunjung homestay sebelum dan sesudah pencanangan Kampung Batik Kauman. Peningkatan jumlah pengunjung terbesar berasal dari sektor perdagangan yang menjadi penunjang utama kegiatan pariwisata di Kampung Batik Kauman.

Informasi yang diterima wisatawan merupakan faktor pembentukan citra sebagai kawasan pariwisata (Nuryanti dalam Pitana dan Gayatri, 2005: 64). Kampung Batik Kauman termasuk dalam kawasan tujuan wisata yang

Batik Kauman merupakan kawasan yang diikutsertakan dalam kegiatan Solo City Tour , dimana kawasan Kampung Batik Kauman menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan Keraton Kasunanan Surakarta.

Destinasi wisata selalu memberikan brand image yang positif untuk menjadi daya tarik dalam lingkungan yang lebih luas, dimana akan menunjukkan keunggulan kawasan yang berbeda dari wilayah yang lain (Laws dalam Pitana dan Gayatri, 2005: 65). Kawasan Kampung Batik Kauman memiliki brand image sebagai Kampung Batik Kauman, yang mulai dicanangkan pada tahun 2006. Brand image ini diprakarsai sebagai respon terhadap pertumbuhan kegiatan ekonomi masyarakat yang berkaitan dengan kesenian batik.

Dalam menunjukkan brand image kawasan maka ditunjang dengan pembangunan infrastruktur dan furniture kawasan yang menunjang konsep pengembangan kawasan. Sehingga, lokasi Kampung Batik Kauman menjadi menarik untuk dikunjungi. Meskipun potensi kampung batik tidak hanya terdapat di Kampung Batik Kauman, akan tetapi kawasan ini mampu memberikan atraksi lain yang menarik seperti atraksi religi dan komersial yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan.