Alih Fungsi Bangunan untuk Kegiatan Ekonomi

5.2.1. Alih Fungsi Bangunan untuk Kegiatan Ekonomi

Dilihat dari potensi pengembangan kegiatan ekonomi di sektor perdagangan dan industri, alih fungsi bangunan untuk kegiatan ekonomi menunjukkan pada peningkatan nilai ekonomi bangunan dan pertumbuhan ekonomi kawasan. Akan tetapi, dilain sisi mengganggu dalam pengembangan potensi pariwisata arsitektural Kampung Batik Kauman, dimana bangunan- bangunan kuno yang telah ditetapkan sebagai bangunan konservasi budaya (Peraturan Zonasi Kawasan Heritage, Public Space, dan Ruang Terbuka Kota Surakarta, 2010).

Peruntukan ruang dapat dikatakan fungsi tambahan apabila dalam suatu ruang dapat dipertimbangkan menambahkan satu/ beberapa fungsi ruang, beberapa tingkatan fungsi, atau terbentuknya ruang heterogen (Adelman dalam Yulita Sari, 2009: 52). Berikut adalah alih fungsi bangunan yang digunakan untuk kegiatan usaha sebagai berikut:

Gambar 5.2 Diagram Jumlah Kegiatan Ekonomi yang berbasis pada Alih

Fungsi Bangunan

Sumber : Hasil Analisis, 2011

Alih Fungsi dari

Hunian

Bukan Alih Fungsi

Indust ri Perdagangan Indust ri Perdagangan

Fungsi tambahan yang muncul pada bangunan rumah sering kali terjadi karena adanya ketersediaan ruang yang potensial untuk fungsi tertentu (Rodenburg dan Nijkamp dalam Yulita sari). Hal ini ditunjukkan dari perkembangan alih fungsi bangunan untuk kegiatan industri sebesar 61%, dimana tidak sepenuhnya karena kecenderungan terhadap pertumbuhan kegiatan ekonomi saat ini. Akan tetapi, alih fungsi bangunan menjadi kegiatan industri bukan semata-mata karena peningkatan fungsi kawasan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi bangunan kuno di Kampung Batik Kauman, sebagian merupakan rumah khetib yang dibangun dengan ruangan untuk kegiatan produksi batik pada saat itu. Sehingga rumah memang didesain dengan penyediaan ruang untuk aktivitas produksi yang diletakkan dibagian tengah rumah dan belakang rumah.

Alih fungsi bangunan kearah fungsi heterogen juga dibentuk untuk mengembangkan aktivitas jasa yang menunjang kegiatan pariwisata, dengan mengubah fungsi rumah sebagai tempat akomodasi, berupa homestay. Alih fungsi bukan dengan merubah bentuk hunian akan tetapi bentuk bangunan tetap dengan komponen hunian yang nyaman, hanya saja fungsinya ditambah untuk pelayanan jasa.

Rodenburg dan Nijkamp dalam Yulita sari (2009: 35), menyatakan bahwa kepentingan masyarakat akan ruang dengan fungsi tertentu merupakan aktor yang sangat mempengaruhi kebutuhan ruang. Penggunaan ruang hunian sebagai tempat untuk kegiatan perdagangan disebabkan oleh kepentingan masyarakat untuk Rodenburg dan Nijkamp dalam Yulita sari (2009: 35), menyatakan bahwa kepentingan masyarakat akan ruang dengan fungsi tertentu merupakan aktor yang sangat mempengaruhi kebutuhan ruang. Penggunaan ruang hunian sebagai tempat untuk kegiatan perdagangan disebabkan oleh kepentingan masyarakat untuk

Alih fungsi bangunan untuk kegiatan perekonomian baik industri, perdagangan maupun pariwisata, tidak hanya menunjukkan perkembangan perekonomian kawasan. Akan tetapi menurunkan nilai kualitas hunian yang baik (Yulita Sari, 2009:5). Alih fungsi bangunan yang menggunakan bagian dari ruang hunian menyebabkan tingkat kenyamanan dan estetika bangunan menjadi berkurang.

Kondisi Kampung Batik Kauman sebagai kawasan pusat kota didukung dengan derajat aksesibilitas yang tinggi serta memiliki kecenderungan pertumbuhan yang dinamis. Hal ini memberikan ancaman terhadap keberadaan bangunan-bangunan kuno (Griffin dan Ford dalam Yunus, 2008:38). Perkembangan kegiatan ekonomi kreatif di Kampung Batik Kauman, menumbuhkan perubahan sruktur bangunan kuno. Sebagian bangunan kuno memanfaatkan bagian pendopo dan gandhok sebagai ruang pamer. Hal ini dikarenakan, bagian rumah ini yang berada pada bagian depan rumah yang menghadap langsung ke jalan.

Bangunan bersejarah menjadi atraksi yang memikat wisatawan dan menjadi salah satu upaya pelestarian bangunan kuno dengan memasukkan kegiatan ekonomi didalamnya (Black dalam Ross, 1998:104). Bangunan kuno dan bersejarah di Kampung Batik Kauman sudah banyak yang difungsikan untuk kegiatan ekonomi, dengan tujuan untuk mengembangkan nilai produktivitas bangunan. Struktur bangunan tidak ada perubahan yang signifikan, akan tetapi ruang pamer yang diletakkan di bagian rumah kuno tersebut menutup pandangan dan daya tarik terhadap arsitektural bangunan didalamnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemanfaatan bangunan kuno memberikan nilai positif terhadap pembangunan ekonomi akan tetapi disisi lain mengurangi nilai estetika kawasan. Hal ini akan berpengaruh terhadap pengembangan potensi arsitektural di Kampung Batik Kauman.

menyebabkan dampak yang lebih luas, seperti peningkatan aktivitas pergerakan. Dampak lain yang ditimbulkan adalah kemacetan dan penumpukkan aktivitas pada lingkungan yang seharusnya difungsikan untuk kawasan permukiman.