Analisis terhadap unsur pidana dalam putusan perkara nomor: 24Pid.Sus2011PN.Tipikor.Smg.

Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu: Dalam ketentuan ini, kata “dapat” sebelum frasa merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik formil, yaitu adanya tindak pidana korupsi cekup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat. 122

3. Analisis terhadap unsur pidana dalam putusan perkara nomor: 24Pid.Sus2011PN.Tipikor.Smg.

a. Terhadap unsur setiap orang. Berdasarkan uraian pertimbangan Majelis Hakim tentang setiap orang sebagaimana dikemukakan diatas, apabila dilakukan analisa bahwa yang dimaksud dengan setiap orang dalam dunia hukum berarti pembawa hak, yaitu sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban dan disebut sebagai subjek hukum yang terdiri dari manusia persoon dan badan hukum rechtspersoon 123 . Sedangkan menurut Soedjono, setiap orang yaitu subjek hukum atau subject van een recht adalah orang yang mempunyai hak, baik manusia pribadi atau badan hukum yang berhak, berkehendak atau melakukan perbuatan hukum. 124 122 Ibid, hlm. 95. Sedangkan perbuatan hukum adalah setiap perbuatan 123 C.S.T. Kansil, op.cit, hlm. 117. 124 Soedjono sebagaimana dikutip oleh Sudarsono dalam buku Pengantar Ilmu Hukum, op.cit, hlm. 275. Universitas Sumatera Utara yang akibatnya diatur oleh hukum, karena akibat itu boleh dianggap menjadi kehendak dari yang melakukan perbuatan itu. 125 Oleh karena itu, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Perbuatan hukum Terdakwa I dan Terdakwa II sebagai subjek hukum yang melakukan pemotongan sebesar 50 dana bantuan pengembangan dan peningkatan pendidikan dianggap menjadi kehendak dari Terdakwa I dan Terdakwa II dan tidak terdapat alasan pemaaf dan pembenar dari perbuatan Terdakwa I dan Terdakwa II, maka sebagai subjek hukum Terdakwa I dan Terdakwa II harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dihadapan hukum. b. Terhadap unsur secara melawan hukum. Berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim terhadap unsur secara melawan hukum sebagaimana dipaparkan diatas, dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan unsur melawan hukum adalah tersangkaterdakwa tidak mempunyai hak untuk menikmati atau menguasai suatu benda, dalam hal ini berupa uang. Dari penjelasan umum UUPTK disebutkan bahwa melawan hukum diartikan seperti dalam hukum perdata, yang pengertiannya meliputi: perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma kesopanan yang lazim atau bertentangan dengan keharusan dalam pergaulan hidup untuk bertindak cermat terhadap orang lain, barangnya maupun haknya. Jadi unsur melawan hukum itu tidak hanya menjadikan perbuatan melawan hukum sebagai suatu perbuatan yang dapat dihukum, melainkan melawan 125 Ibid, hlm. 289. Universitas Sumatera Utara hukum itu adalah untuk melakukan perbuatan yang dapat dihukum, dalam hal ini memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. 126 Oleh karena itu, pengertian melawan hukum sebagaimana dikemukakan diatas, apabila dikaitkan dengan perbuatan Terdakwa I dan Terdakwa II yang melakukan pemotongan sebesar 50 terhadap dana bantuan Pengembangan dan Peningkatan Pendidikan di Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah dan tidak mempunyai hak untuk menikmatinya adalah perbuatan melawan hukum. c. Terhadap unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa memperkaya artinya bertambah kaya, sedangkan kata kaya artinya mempunyai banyak harta, uang dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa memperkaya berarti menjadikan orang yang belum kaya menjadi kaya atau orang yang sudah kaya bertambah kaya. 127 Apabila pengertian memperkaya sebagaimana tersebut diatas dikaitkan dengan perbuatan Terdakwa I dan Terdakwa II tanpa hak melakukan pemotongan sebesar 50 terhadap dana Bantuan Pengembangan dan Peningkatan Pendidikan di Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah adalah perbuatan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. 126 Moch. Faisal Salam, op.cit, hlm. 91. 127 Ibid, hlm. 92. Universitas Sumatera Utara d. Terhadap unsur yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim tentang unsur merugikan keuangan negara atau perekonomian negara sebagaimana tersebut diatas, dapat dikemukakan analisa sebagai berikut: Bahwa kata “dapat” sebelum frasa “merugikan keuangan negara atau perekonomian negara” menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik formil, yaitu adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat. 128 Keuangan negara maksudnya adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. 129 128 Perhatikan Penjelasan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sedangkan perekonomian negara maksudnya adalah kehidupan perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada kebijaksanaan pemerintah, baik ditingkat pusat maupun daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang 129 Perhatikan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Universitas Sumatera Utara berlaku yang bertujuan memberi manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan kepada seluruh kehidupan rakyat. 130 Berdasarkan pengertian keuangan negara dan perekonomian negara sebagaimana dipaparkan diatas, maka apabila dikaitkan dengan perbuatan Terdakwa I dan Terdakwa II yang tanpa hak melakukan pemotongan sebesar 50 terhadap dana bantuan Pengembangan dan Peningkatan Pendidikan di Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah dari dana APBD Propinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2010 adalah perbuatan yang telah merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. e. Terhadap unsur yang melakukan atau turut serta melakukan. Berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim terhadap unsur yang melakukan atau turut serta melakukan sebagaimana dipaparkan diatas, maka dapat dikemukakan analisa sebagai berikut: Bahwa penyertaan melakukan tindak pidana deelneming diadakan 5 lima golongan peserta tindak pidana, yaitu: 131 1. Yang melakukan perbuatan plegendader. Adalah orang yang langsung melakukan tindak pidana. 2. Yang menyuruh melakukan perbuatan doen plegenmiddelijke dader. Ini terjadi apabila seorang lain menyuruh sipelaku melakukan perbuatan yang biasanya merupakan tindak pidana. 3. Yang turut melakukan perbuatan medeplegenmededader. Dalam hal ini ada 2 dua syarat bagi adanya turut melakukan, yaitu: pertama: kerjasama yang disadari antara para turut-pelaku, hal mana 130 Perhatikan Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 131 Wirjono Prodjodikoro, op.cit, hlm. 100. Universitas Sumatera Utara merupakan suatu kehendak bersama af-spraak antara mereka. kedua: mereka harus bersama-sama melakukan perbuatan itu. 4. Yang membujuk supaya perbuatan dilakukan uitlokkenuitlokker. Pembujukan yang dapat dikenakan hukuman yang dimaksud disini adalah: pembujukan yang dilakukan dengan sengaja, tetapi ini tidak berarti bahwa hal kesengajaan ini harus meliputi semua bagian dari tindak pidana. 5. Yang membantu perbuatan medeplichtig zijnmedeplichtige. Membantu perbuatan terdiri dari 2 dua golongan, yaitu: pertama: perbuatan bantuan pada waktu tindak pidana dilakukan, kedua: perbuatan bantuan sebelum pelaku utama bertindak, bantuan mana dilakukan secara memberi kesempatan, sarana atau keterangan. Berdasarkan uraian tersebut diatas, apabila dikaitkan dengan tindak pidana yang dilakukan oleh Terdakwa I dan Terdakwa II bersama-sama dengan saksi Ashari, saksi Afenan adalah merupakan rangkaian kerjasama dalam melakukan tindak pidana, yaitu: Terdakwa I mencari dan mengumpulkan calon penerima bantuan, membuat proposal dan membuat pertanggungjawaban pengguna dana bantuan serta melakukan pemotongan dana bantuan sebesar 50 bersama-sama dengan Terdakwa II. Sedangkan Saksi Ashari bertindak sebagai penghubung, menerima hasil pemotongan dana bantuan untuk kemudian diserahkan kepada saksi Afenan. 4. Analisis terhadap unsur pidana dalam putusan perkara nomor: 26Pid.Sus2011PN.Tipikor.Smg. a. Terhadap unsur dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim terhadap unsur dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi sebagaimana Universitas Sumatera Utara tersebut diatas, dapat dikemukakan analisa sebagai berikut: Bahwa kata “dapat” sebelum frasa “merugikan keuangan negara atau perekonomian negara” menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik formil, yaitu adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat. 132 Keuangan negara maksudnya adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. 133 Sedangkan perekonomian negara maksudnya adalah kehidupan perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada kebijaksanaan pemerintah, baik ditingkat pusat maupun daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bertujuan memberi manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan kepada seluruh kehidupan rakyat. 134 Oleh karena itu, apabila dikaitkan dengan perbuatan Terdakwa yang tanpa hak mempergunakan uang setoran raskin dari satgas desa sebesar Rp. 69.218.000,- kendati dengan alasan dipergunakan untuk berobat atau mondok 132 Perhatikan Penjelasan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 133 Perhatikan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. 134 Perhatikan Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Universitas Sumatera Utara di rumah sakit tidak dapat dibenarkan secara hukum sehingga mengakibatkan kerugian pada keuangan negara. b. Terhadap unsur menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan. Berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim tentang menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan sebagaimana dipaparkan diatas, maka dapat dikemukakan bahwa penyalahgunaan wewenang dapat diartikan sebagai pelanggaran terhadap asas keadilan atau kewajaran principle of reseonableness or prohibition of arbitrariness yang merupakan salah satu asas dari Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik AAUPB. Dalam asas ini menuntut ditegakkannya aturan hukum agar tidak terjadi kesewenang-wenangan. Berdasarkan hal tersebut suatu keputusan yang didasarkan pada kesewenang-wenangan atau penyalahgunaan wewenang dapat dibatalkan. Asas ini disebut juga asas tidak boleh melakukan detournement de pouvouir. 135 Oleh karena itu, pengertian penyalahgunaan kewenangan sebagaimana dikemukakan diatas, apabila dikaitkan dengan perkara ini, maka dapat dikemukakan bahwa perbuatan Terdakwa termasuk kategori perbuatan penyalahgunaan kewenangan atau kedudukan, karena dengan kedudukannya sebagai sebagai anggota satgas pendistribusian beras untuk rumah tangga miskin diwilayah Kecamatan Ampel dengan tidak menyetorkan uang hasil 135 Saiful Anwar dan Marzuki Lubis, loc.cit. Universitas Sumatera Utara penjualan beras raskin, akan tetapi mempergunakannya untuk kepentingan pribadi adalah perbuatan Terdakwa yang dilakukan karena terkait dengan kedudukannya. c. Terhadap unsur yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim tersebut, dapat dikemukakan bahwa Keuangan negara maksudnya adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. 136 Sedangkan perekonomian negara maksudnya adalah kehidupan perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada kebijaksanaan pemerintah, baik ditingkat pusat maupun daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bertujuan memberi manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan kepada seluruh kehidupan rakyat. 137 Oleh karena itu, perbuatan Terdakwa yang tidak menyetorkan hasil pembayaran penjualan beras raskin sebesar Rp. 69.218.000,-, akan tetapi mempergunakannya untuk kepentingan pribadi, maka perbuatan Terdakwa 136 Perhatikan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. 137 Perhatikan Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Universitas Sumatera Utara tersebut telah mengakibatkan kerugian keuangan negara sebesar Rp. 69.218.000,- Berdasarkan keseluruhan uraian tentang dasar pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Negeri Semarang sebagaimana dikemukakan diatas, khususnya dalam kaitan dengan pembahasan unsur-unsur tindak pidana yang dipergunakan untuk menjerat pelaku tindak pidana korupsi dalam kaitannya dengan pemberantasan korupsi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengadilan Tindak Pidana Korupsi khususnya Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Negeri Semarang dalam menguraikan unsur-unsur dari suatu tindak pidana korupsi telah sesuai dengan konteks atau disiplin ilmu hukum. D. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi Melalui Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Sanksipemidanaan yang diberikan terhadap pelaku tindak pidana korupsi melalui putusan pengadilan tindak pidana korupsi sesungguhnya tidak terlepas dari tujuan pemidanaan itu sendiri. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa dalam memberikan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana yang dalam hal ini juga adalah pelaku tindak pidana korupsi dikenal 3 tiga teori tujuan pemidanaan, yaitu: 138 1. Teori absolut. Menurut teori ini pidana dijatuhkan semata-mata karena seseorang telah melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana quia peccatum est. Pidana 138 Evi Hartanti, op.cit, hlm. 57-60. Universitas Sumatera Utara merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan kepada orang yang melakukan kejahatan. Jadi dasar pembenaran dari pidana terletak pada adanya atau terjadinya kejahatan itu sendiri. 2. Teori relatif. Menurut teori ini memidana bukanlah untuk memuaskan tuntutan absolut dari keadilan. Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai, tetapi hanya sebagai sarana untuk melindungi kepentingan masyarakat. 3. Teori gabungan. Teori ini menjabarkan bahwa tetap menganggap pembalasan sebagai asas dari pidana dan beratnya pidana tidak boleh melampaui suatu pembalasan yang adil. Namun, teori ini berpendirian bahwa pidana mempunyai pelbagai pengaruh, antara lain perbaikan suatu yang rusak dalam masyarakat dan prevensi general. Dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana korupsi oleh pengadilan tindak pidana korupsi, berbeda halnya dengan tindak pidana umum yang dikenai sanksi dengan menggunakan KUHP, karena Hakim pengadilan tindak pidana korupsi harus memperhatikan adanya sanksi minimum dan maksimum. Hal tersebut memperlihatkan kesungguhan untuk mencegahmemberantas tindak pidana korupsi dengan kesadaran bahwa tindak pidana korupsi merupakan perbuatan yang sangat tercela walaupun jumlah yang dikorupsi tidak seberapa. 139 Penjatuhan sanksi pidana dalam putusan pengadilan tindak pidana korupsi dapat dihadiri oleh terdakwa maupun tanpa hadirnya terdakwa. 140 139 Leden Marpaung, op.cit, hlm. 78. Pada dasarnya, apabila ketentuan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ditilik secara lebih intens, detail dan terinci, sebenarnya jenis-jenis sanksi pidana yang 140 Moch. Faisal Salam, op.cit, hlm. 1289. Universitas Sumatera Utara dapat dilakukan Hakim pengadilan Tindak Pidana Korupsi terhadap terdakwa pelaku tindak pidana korupsi dapat berupa:

1. Terhadap orang yang melakukan tindak pidana korupsi. a. Pidana mati.