PERENCANAAN PEMBANGUNAN .1 DEFENISI PERENCANAAN

42 mencapai tujuan sasaran yang telah di tentukan sebelumnya. 2. Ketepatan waktu, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila penyelesaian atau tercapai tujuan sesuai atau bertepatan dengan waktu yang telah ditentukan. 3. Manfaat, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila tujuan itu memberikan manfaat bagi masyarakat setempat sesuai dengan kebutuhannya. 4. Hasil, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan itu memberikan hasil. 1.5.2.2 PERENCANAAN PEMBANGUNAN 1.5.2.2.1 DEFENISI PERENCANAAN Salah satu aspek yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan terutama pengelolaan pembangunan adalah perencanaan. Dengan suatu perencanaan yang baik kita dapat lebih mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang baik sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber dana pembangunan lainnya. Melalui perencanaan akan dirumuskan skala prioritas dan kebijaksanaan pembangunan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang sudah dirumuskan terutama peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengalaman selama ini menunjukan bahwa pembangunan yang mengutamakan pemanfataan instrumen ekonomi tanpa diiringi instrumen sosial politik, ternyata kurang efektif untuk mencapai tujuan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat secara lebih merata. Justru yang terjadi adalah ketidak berdayaan ekonomi, ketidakadilan, kesenjangan dan pemusatan kekuasaan Universitas Sumatera Utara 43 pemerintah di atas kekuasaan rakyat. Oleh karena itu diperlukan reposisioning perencanaan dan pembangunan melalui Reformasi politik, sosial dan ekonomi yang dapat mengarahkan kembali tujuan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan, berkemampuan dan sejahtera. Dalam hal pencapaian kesejahteraan hendaknya dapat diukur melalui suatu kriteria yang menggambarkan kondisi kesejahteraan masyuarakat itu, yang antara lain dapat digunakan indikator indeks pembangunan manusia. Adapun menurut Davidoff dan Rainer dalam Hadi, 2001:18 perencanaan adalah sebagai suatu proses untuk menentukan masa depan melalui suatu urutan pilihan. Sedangkan menurut Ardani dan Iswara dalam Soekartawi, 1990: 21 defenisi perencanaan biasanya mengandung beberapa elemen, antara lain: 1. Perencanaan yang dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif; 2. Perencanan yang dapat diartikan sebagai pengalokasian berbagai sumber daya yang tersedia; 3. Perencanaan yang dapat diartikan sebagai upaya untuk mencapai sasaran; dan 4. Perencanaan yang dapat diartikan sebagai upaya untuk mencapai target sasaran yang dikaitkan dengan waktu masa depan. Defenisi perencanaan lainnya dikemukakan oleh Mooy dalam KOMPAS, 2005 yaitu suatu proses untuk menentukan tindakan tepat yang diperlukan- setelah melihat pelbagai opsi yang ada berdasarkan sumber daya yang tersedia- untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang ingin dicapai bisa segera atau bisa di Universitas Sumatera Utara 44 kemudian hari, yang secara umum dapat dikategorikan ke dalam tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan perencanaan adalah sebagai suatu proses yang berkesinambungan dari waktu ke waktu yang melibatkan kebijaksanan dari pembuat keputusan berdasarkan sumber daya yang tersedia dan di susun secara sistematis. Suatu perencanaan di buat berdasarkan tujuan yang jelas karena perencanaan tersebut dipergunakan sebagai arah atau pedoman pelaksanaan pembangunan.

1.5.2.2.2 DEFENISI PEMBANGUNAN

Untuk mencari pengertian pembangunan banyak ilmuwan yang sudah memberikan batasan-batasan, baik yang bersifat umum maupun khusus. Dengan kata lain kata tersebut sudah merupakan kata kunci bagi segala hal yang berhubungan dengan proses meningkatkan taraf hidup. Arief Budiman menyatakan secara umum pembangunan diartikan sebagai upaya untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Seringkali kemajuan yang dimaksud terutama adalah kemajuan material. Maka, pembangunan sering diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh sebuah masyarakat dibidang ekonomi Budiman, 1996:1 Sedangkan menurut Hadi pembangunan memiliki makna ganda. Tipe pembangunan pertama lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dimana fokusnya adalah masalah kuantitatif dari produksi dan penggunaan sumber daya. Tipe kedua, pembangunan yang lebih memperhatikan pada perubahan dan pendistribusian barang-barang dan peningkatan hubungan sosial Hadi, 2001: 21. Universitas Sumatera Utara 45 Tjokromindjojo 1994: 57 juga memberikan arti bahwa pembangunan adalah sebagai upaya yang dilakukan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan berNegara. Sedangkan pembangunan yang dilakukan Negara-Negara berkembang secara umum merupakan suatu proses kegiatan yang direncanakan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial dan modernisasi bangsa untuk mencapai peningkatan kualitas hidup manusia dan kesejahteraan. Jadi, pada hakekatnya pembangunan mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kalompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik serba baik secara material maupun spiritual.

1.5.2.2.3 DEFENISI PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanan pembangunan dapat didefenisikan sebagai suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan termasuk sumber-sumber ekonomi yang terbatas adanya untuk mencapai tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara efisien dan efektif Tjokromidjojo, 1994:57. Perencanaan pembangunan yang efektif mengandung arti suatu perencanan yang bisa membedakan apa yang seyogianya dilakukan dan apa yang dapat dilakukan, dengan menggunakan berbagai sumber daya pembangunan sebaik mungkin yang benar-benar dapat dicapai dan mengambil manfaat dari informasi yang lengkap dan tersedia pada tingkat daerah karena kedekatan para Universitas Sumatera Utara 46 perencananya dengan objek perencanaannya. Adapun landasan yuridis perencanaan pembangunan saat ini adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam UU tersebut dijelaskan ruang lingkup perencanaan pembangunan nasional yaitu, perencanan pembangunan nasional mencakup perencanaan makro semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Perencanaan pembangunan nasional terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Kementerian Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Perencanaan pembangunan nasional yang dimaksud menghasilkan : a. RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan nasional. b. RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian lembaga dan lintas kewilayahan serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. c. RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal serta program Kementerian Lembaga, lintas Kementerian Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. d. RPJP Daerah memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Nasional. e. RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional,memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program satuan kerja perangkat daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja adalam kerangka regulasi dan kerangka Universitas Sumatera Utara 47 pendanaan yang bersifat indikatif. f. RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Perencanaan pembangunan merupakan arena partisipasi, yang sesungguhnya memegang peranan penting dalam memperlihatkan apa yang akan dilakukan di masa depan terhadap sumber daya yang terbatas. Melibatkan masyarakat dalam pembangunan merupakan upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk mengelola pembangunan sebagai salah satu upaya kemandirian daerah dengan memberikan peran lebih besar pada inisiatif lokal dan memastikan ikut sertanya dalam penyusunan konsep, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan. Sejalan dengan hal ini, Pemerintah hendaknya berupaya menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui program Perencanaan Pembangunan Partisipatif PPP, dengan membuka lebih banyak ruang bagi masyarakat untuk terlibat secara langsung dalam proses pembangunan. Contoh forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan Nasional dan rencana pembangunan Daerah adalah Musrenbang. Musrenbang merupakan forum partisipasi masyarakat yang berjenjang untuk menyelaraskan antara proses perencanaan ”dari bawah” bottom up dan ”dari atas” top down. Di forum ini, berbagai pihak menegosiasikan, merekonsiliasikan, dan mengharmonisasikan berbagai kepentingan serta kebutuhan dalam pembangunan, yang hasilnya adalah berupa kesepakatan bersama tentang prioritas program, kegiatan, dan anggaran pembangunan daerah. Abe, 2005: 67 Universitas Sumatera Utara 48 Musrenbang merupakan suatu instrumen penting untuk menghasilkan RKPD Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan APBD yang responsif terhadap kepentingan dan aspirasi masyarakat. Musrenbang yang memenuhi prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik Good Governance dan pelibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan perencanaan dan penganggaran sangat diperlukan untuk menghasilkan RKPD dan APBD yang memenuhi harapan masyarakat. Perencanaan dan penganggaran partisipatif, dengan melibatkan berbagai komponen masyarakat, merupakan salah satu upaya menegakkan transparansi dan akuntabilitas pemerintahan daerah.

1.5.2.2.4 DIMENSI PERENCANAAN DALAM PEMBANGUNAN

Paradigma baru pembangunan akan menggeser peran pemerintah dari mesin penggerak pembangunan menjadi fasilitator pembangunan. Dengan demikian kemandirian dan peningkatan partisipasi masyarakat menjadi sangat penting dalam pembangunan ke depan. Sehubungan dengan itu maka perencanaan pembangunan harus diarahkan kepada pemberdayaan dan kemandirian masyarakat, baik dalam aspek ekonomi maupun sosial budaya dan politik. Dalam pembangunan, keberdayaan dan kemandirian masyarakat akan dipengaruhi beberapa hal antara lain yaitu: a. Kesamaan visi diantara semua komponen pelaku tentang permasalahan yang dihadapi dan perspektif masa depan yang ingin diwujudkan. b. Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. c. Kemampuan birokrasi dan manajemen pembangunan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. d. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. e. Adanya transparansi dalam pengelolaan sumber daya pembangunan. Universitas Sumatera Utara 49 Berdasarkan hal-hal diatas, dalam proses perencanaan pembangunan harus dikaitkan dengan orientasi untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Perencanaan pembangunan yang ideal dilaksanakan memenuhi beberapa dimensi, yaitu: a. Dimensi substansi, artinya rencana pembangunan yang disusun dari sisi materi nya harus sesuai dengan aspirasi dan tuntutan yang berkembang di masyarakat. b. Dimensi proses, artinya proses penyusunan rencanan pembangunan yang dilaksanakan memenuhi kriteria scientific memenuhi kaidah keilmuan atau rational dan demokrasi dalam pengambilan keputusan. c. Dimensi konteks, artinya rencana pembangunan yang telah disusun benar-benar didasari oleh niat untuk mensejahterakan rakyat dan bukan didasari oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Dalam peningkatan pemberdayaan masyarakat mekanisme perencanaan perlu memberikan ruang gerak bagi inisiatif dan partisispasi masyarakat dalam merumuskan perencanaan pembangunan. Dalam hal ini perubahan mekanisme perencanaan pembangunan diarahkan kepada: a. Mengembangkan nilai-nilai keterbukaan, demokratisasi dan partisipasi dalam setiap tahap penentuan kebijakan pembangunan. b. Pengembangan forum kelembagaan yang partisipatif yang mampu menciptakan interaksi antar pelaku secara dialogis. c. Peningkatan kapasitas birokrasi aparatur unuk mampu mengakomodasikan model pemberdayaan masyarakat sesuai dengan tuntutanperubahan.

1.5.3 HUBUNGAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Peran Negara yang terlalu dominan dalam perencanaan pembangunan, dimana Negara tidak menghargai partisipasi mesyarakat telah menghasilkan kebijakan pembangunan yang lebih berorientasi pada kepentingan elit politik ketimbang aspirasi masyarakat. Akibatnya, lemahnya kontrol masyarakat terhadap Universitas Sumatera Utara 50 proses pembangunan yang mendorong para elit melakukan penyalahgunaan kekuasaan yang berujung pada korupsi, kolusi dan nepotisme. Abe:2005: 69 Di Indonesia, kasus ketegangan antara pusat dan daerah atau kasus “pemberontakan” daerah terus menerus muncul karena pemerintah memaksakan master plan yang dirumuskan secara sentralistik kepada daerah, atau hanya menempatkan daerah sebagai obyek perencanaan belaka. Di tempat lain sejarah juga mencatat bahwa begitu banyak proyek pembangunan industri, pertambangan, jalan, waduk, energi listrik, sampah dan lain-lain sering bermasalah, menimbulkan ketegangan yang serius antara pemerintah dan rakyat, antara lain karena perencanaan hanya dipahami sebagai mater plan yang disusun tanpa mendengar aspirasi rakyat banyak. Tuntutan gencar yang dilakukan oleh masyarakat berkaitan dengan masalah tersebut terhadap pemerintah untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintah yang baik, sebab pola-pola lama penyelenggaraan pemerintahan tidak sesuai lagi bagi tatanan masyarakat yang telah berubah. Oleh karena itu tuntutan itu adalah sesuatu yang wajar yang harus di respon oleh pemerintah untuk melakukan perubahan-perubahan yang terarah pada terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik Good Governance. Seiring dengan tuntutan tersebut mengharuskan pemerintah mengubah paradigma pemerintahannya, dari konsep government yang menekankan pada otoritas dan kekuasaan menjadi Good Governance, yang kebih menekankan kerja sama dan saling ketergantungan. Perubahan paradigma di satu sisi harus diikuti juga oleh perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam berpartisipasi, sebab tanpa adanya perubahan baik dari sisi pemerintah, sektor swasta maupun civil society maka mustahil Good Universitas Sumatera Utara 51 Governance dapat terwujud. Seiring dengan perubahan paradigma tersebut, paradigma Good Governance membuka ruang bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan. Untuk itu perlunya perencanaan partisipatif untuk membuat perencanaan betul-betul relevan dan legitimate di mata rakyat, serta mengurangi resiko benturan antara pemerintah dan rakyat. Sehingga perencanaan tidak perlu dijadikan medan tempur, melainkan harus di perlakukan sebagai arena mempertemukan antara visi-misi besar pemerintah dengan aspirasi dan prakarsa masyarakat. Perencanaan bukan lagi sebagai sebuah keputusan politik dari pihak yang memerintah untuk diterapkan kepada yang diperintah, melainkan sebagai arena bersama untuk membangun kemitraan antara pemerintah dan masyarakat. Perencanaan pembangunan yang bermakna tentu harus menggabungkan antara kebijakan pemerintah dan parakarsa masyarakat itu. Menurut Abe 2005:77 partisipasi merupakan jembatan antara kebijakan pemerintah dan kepentingan masyarakat, sehingga perencanaan daerah harus dilakukan dengan model dari bawah bottom-up planning atau sering disebut dengan perencanaan pembangunan partisipatif. Perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang bertujuan melibatkan kepentingan rakyat, dan dalam prosesnya melibatkan rakyat baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan dan cara harus dipandang sebagai sebuah kesatuan. Tujuan untuk kepentingan rakyat, yang bila dirumuskan dengan tanpa melibatkan rakyat , maka akan sulit dipastikan bahwa rumusannya akan berpihak kepada rakyat. Namun demikian keterlibatan rakyat itu akan mempunyai makna apabila ada prakondisi yang memperkuat rakyat, yakni rakyat yang memperoleh pendidikan politik dan terlatih secara baik. Bagaimanapun, Universitas Sumatera Utara 52 perencanaan partisipatif yang melibatkan rakyat itu akan mempunyai tiga dampak penting: 1 terhindar dari peluang terjadinya manipulasi; 2 memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan, dan 3 meningkatkan kesadaran dan keterampilan politik rakyat. Dengan demikian partisipasi masyarakat di harapkan dapat menghasilkan perencanaan pembangunan yang efektif, dimana suatu perencanaan yang efektif dalam dimensi ini adalah, perencanaan yang mampu secara tepat menetapkan pilihan, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Data atau informasi akan menjadi penentu dalam proses ini. Semakin akurat data yang ada, akan semakin baik perencanaan bisa disusun. Maka, perencanaan pembangunan harus mengacu pada beberapa variabel kebijakan terkait meliputi: kebutuhan rakyat melalui analisis kebutuhan, kapasitas pemerintahan daerah, kondisi sosial konteks sosial dan eksternalitas dampak kebijakan. Analisis kebutuhan rakyat secara sistemik dapat dibangun melalui pelibatan rakyat berdasarkan disain Peraturan Daerah mengenai partisipasi publik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Eksternalitas kebijakan merupakan salah satu konsekuensi yang harus disadari oleh para perencana. Ateng Syafruddin dalam Abe, 2005:82 mengatakan bahwa para pengambil keputusan dapat mengontrol situasi dan perkembangan kebijakan secara memadai melalui instrumen perencanaan.

1.6 DEFENISI KONSEP

Menurut Singarimbun 1989: 33, defenisi konsep merupakan unsur penelitian yang penting untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak di teliti. Adapun defenisi konsep yang penulis kemukakan dalam penelitian ini Universitas Sumatera Utara