29 pembangunan, tetapi juga untuk menciptakan kohesi, integrasi, dan untuk
kesejahteraan rakyatnyapelaksanaan politik, ekonomi dan administrasi dalam mengatur urusan Negara pada semua tingkatan. Dengan demikian jelas sekali,
kemampuan suatu Negara mencapai tujuan-tujuan pembangunan itu sangat tergantung pada kualitas tata kepemerintahannya di mana pemerintah melakukan
interaksi dengan organisasi-organisasi komersial dan civil society. Sedangkan World Bank mendefenisikan Good Governance adalah suatu
penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah
alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political
framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha. Eko dalam situs http:ekopadang.wordpress.com20070629
Berdasarkan pengertian-pengertian Good Governance yang telah di paparkan di atas, secara umum dapat dikatakan Good Governance menunjuk pada
proses pengelolaan pemerintahan melalui keterlibatan stakeholders yang luas dalam bidang ekonomi, sosial dan politik suatu Negara dan pendayagunaan
sumber daya alam, keuangan dan manusia menurut kepentingan semua pihak dengan cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, persamaan,
efisiensi, transparansi dan akuntabilitas.
1.5.1.2 SEJARAH KEMUNCULAN KONSEP GOOD GOVERNANCE
Membicarakan Good Governance tak bisa dilepaskan dari konteks perbincangan mengenai politik dan paradigma pembangunan yang berkembang di
dunia. Bila diteliti, penyebutan Good Governance dalam diskursus soal
Universitas Sumatera Utara
30 pembangunan belum lebih dari dua dekade. Diduga, Good Governance pertama
kali diperkenalkan sekitar tahun 1991 dalam sebuah resolusi dari The Council of the European Community yang membahas Human Rights, Democracy and
Development. Di dalam resolusi itu disebutkan, diperlukan empat prasyarat lain untuk dapat mewujudkan sustainable development, yaitu mendorong
penghormatan atas hak asasi manusia, mempromosikan nilai demokrasi, mereduksi budget pengeluaran militer yang berlebihan dan mewujudkan Good
Governance. Sejak saat itu, Good Governance mulai diperbincangkan dan diakomodasi
dalam berbagai konvensi dan resolusi yang berkaitan dengan pembangunan, baik dalam perbincangan pembangunan di UNDP maupun di Lome Convention,
Bantuan Pembangunan yang bersifat Multilateral dan Bilateral. Bahkan, PBB melalui The Committee Development Planning pada tahun 1992 telah
mengeluarkan laporan yang mengidentifikasi problem dan tantangan dalam mewujudkan Good Governance.
Dalam laporan tersebut dinyatakan, Good Governance tidak bisa diwujudkan antara lain disebabkan adanya sistem kekuasaan yang tersentralisir,
autokratik dengan birokrasi yang tidak efisien; disub-ordinasikannya institusi hukum, birokrasi, dan lembaga pelayan publik oleh kepentingan elite dan
penguasa tertentu, sehingga mendorong munculnya praktik korupsi dan lemahnya akuntabilitas publik; kompetensi pengetahuan dan keterampilan para pejabat di
berbagai jabatan publik dan politik amat rendah; serta tidak adanya partisipasi dan organisasi masyarakat sipil yang cukup kuat dalam proses pembangunan.
Bahkan World Bank pada dekade tahun 1990-an, di dalam salah satu
Universitas Sumatera Utara
31 review-nya atas berbagai kegagalan proses pembangunan di sebagian besar
Negara Afrika menyatakan, salah satu penyebab utama ketidakberhasilan pembangunan disebabkan crisis of governance. Itu sebabnya, mulai diajukan
berbagai gagasan untuk mempromosikan dan mewujudkan Good Governance. Bahkan Good Governance juga mulai diduga sebagai salah satu instrumen
kondisionalitas dalam pemberian bantuan pembangunan oleh lembaga multilateral dan bilateral.
Secara umum, gagasan untuk mewujudkan Good Governance kini berkembang begitu luas, bukan sekadar pada peningkatan kapasitas manajemen
pemerintahan dari kekuasaan Eksekutif semata. Good Governance juga menjelajah pada proses yang ditujukan untuk mendemokratiskan sistem dan
struktur kekuasaan, hingga Good Governance disinyalir menjadi bagian lain dari proses politik dari suatu bantuan pembangunan.
1.5.1.3 PILAR-PILAR GOOD GOVERNANCE