16
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Good Governance Tata Pemerintahan Yang Baik merupakan istilah yang popular sejak berakhirnya rezim Orde Baru dan digantikan dengan gerakan
Reformasi. Konsep Good Governance ini muncul karena kurang efektifnya kinerja pemerintah yang selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan
publik. Pendekatan penyelenggaraan urusan publik yang bersifat sentralistis, non partisipatif serta tidak menumbuhkan rasa percaya dan bahkan antipati pada rezim
yang berkuasa. Menurut Edelman dalam Wibowo, 2004:5 hal ini seperti merupakan era anti birokrasi, era anti pemerintah serta era anti institusi. Implikasi
nyata dari fenomena semakin rendahnya kepercayaan publik pada pemerintah ini, berujung pada posisi administrasi publik yang sulit serta tidak menguntungkan.
Lahirnya konsep Good Governance dianggap sebagai suatu paradigma baru landasan nilai penyelenggaraan pemerintahan yang efektif.
Hampir di setiap event atau peristiwa penting yang menyangkut masalah pemerintahan, istilah ini tak pernah ketinggalan. Bahkan dalam pidato-pidato,
pejabat Negara sering mengutip kata-kata di atas. Singkatnya Good Governance telah menjadi wacana yang kian popular di tengah masyarakat. Hadi, 2001:67
Meskipun kata Good Governance sering disebut pada berbagai event dan peristiwa oleh berbagai kalangan, pengertian Good Governance bisa berlainan
antara satu dengan yang lain. Ada sebagian kalangan mengartikan Good Governance sebagai kinerja suatu lembaga, misalnya kinerja pemerintahan suatu
Universitas Sumatera Utara
17 Negara, perusahaan atau organisasial masyarakat yang memenuhi prasyarat-
prasyarat tertentu. Sebagian kalangan lain ada yang mengartikan Good Governance sebagai penerjemahan konkret demokrasi dengan meniscayakan
adanya civic culture sebagai penopang sustainabilitas demokrasi itu sendiri. Ringkasnya, dapat dikatakan bahwa governance merupakah seluruh
rangkaian proses pembuatan keputusankebijakan dan seluruh rangkaian proses dimana keputusan itu diimplementasikan atau tidak diimplementasikan.
Karenanya, analisis mengenai governance kemudian berfokus pada aktor-aktor dan struktur atau sistem, baik formal maupun informal, yang terlibat dalam proses
pembuatan dan pengimplementasian sebuah keputusan. Pemerintah hanyalah salah satu aktor tersebut, sementara aktor-aktor lain diluar pemerintah dan militer
biasa dikelompokkan sebagai bagian dari civil society. Demikian juga, struktur formal pengambilan keputusan yang dimiliki pemerintah rapat kabinet, sidang
paripurna, dialog dengan warga, dsb. hanya merupakan salah satu struktur yang mempengaruhi pengambilan dan pengimplementasian keputusan, sementara
diluarnya mungkin banyak terdapat struktur-struktur informal adat istiadat, mafia, KKN, dsb. yang dapat mempengaruhi pelaksanaan maupun individu-
individu dalam struktur formal tadi. Good Governance mensyaratkan 8 karakteristik umumdasar, yaitu
partisipasi, penegakan hukum, akuntabilitas, transparansi, responsif, efektif dan efisien, ekuiti persamaan derajat wawasan kedepan, dan daya tanggap. Apabila
diimplementasikan secara ideal, konsep ini diharapkan dapat memastikan pandangan kaum minoritas diperhitungkan dan suara dari mereka yang paling
lemah dalam masyarakat didengar dalam proses perencanaan pembangunan dan
Universitas Sumatera Utara
18 pengambilan keputusan. Ia juga responsif terhadap masa kini dan kebutuhan
masyarakat di masa depan. Ini konsep idealnya. http:www.depdagri.go.id. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan Implikasi Tata
Pemerintahan Yang Baik Good Governance Terhadap Efektivitas Perencanaan Pembangunan.
Pemahaman umum tentang Good Governance mulai mengemuka di Indonesia sekitar 15 tahun belakangan ini, terutama setelah berbagai lembaga
pembiayaan internasional mempersyaratkan “Good Governance” dalam berbagai program bantuannya. Kepemeritahan yang baik banyak diperkenalkan oleh
lembaga donor atau pemberi pinjaman luar negeri seperti World Bank, Asian Development Bank, IMF maupun lembaga-lembaga pemberi pinjaman lainnya
yang berasal dari Negara-Negara maju. Good Governance dijadikan aspek pertimbangan lembaga donor dalam memberikan pinjaman maupun hibah.
Arifiyadi, http:www.depkominfo.go.id Setelah era Reformasi diawali dengan pergantian kepemimpinan nasional
dari Soeharto ke Habibie, selanjutnya berturut-turut kepada Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarno Putri sampai Susilo Bambang Yudhoyono pemerintah
mulai memiliki komitmen menjadikan Good Governance sebagai landasan nilai pemerintahan Salam, 2004:220
Pada era Reformasi ini, pemerintah Legislatif dan Eksekutif telah menghasilkan tiga produk perundang-undangan yang mengubah wajah sistem
pemerintahan di Indonesia. Produk pertama adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, dengan fokus utama pada pemberian
wewenang yang lebih besar kepada daerah Kabupaten dan Kota dalam mengelola
Universitas Sumatera Utara
19 pemerintahan dan pembangunan. Implikasi dari Undang-Undang ini terhadap
pembangunan daerah adalah terjadinya pergeseran kewenangan dalam kebijakan perencanaan dan pembangunan daerah. Melalui desentralisasi kebijakan, daerah
mempunyai kewenangan dalam menetapkan kebijakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah. Sedangkan kewenangan pemerintah pusat
dalam pelaksanaan pembangunan hanya meliputi kebijakan tentang perencanaan pembangunan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro.
Kedua, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, mengatur tentang pelaksanakan Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
dengan fokus utama pada pengalokasian dana dan wewenang untuk mengelolanya yang lebih besar kepada daerah Kabupaten Kota. Ketiga, Undang-Undang Nomor
28 Tahun 1999, mengatur tentang Pelaksanaan Pemerintahan Yang Baik, dengan fokus pada pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan, baik di daerah maupun
di pusat. Dengan ketiga undang–undang ini menjadi landasan digunakannya konsep
Good Governance sebagai landasan nilai penyelenggaran pemerintahan, yang berorientasi pada pengembalian harga diri rakyat demi membangun kembali citra
pemerintahan sebagai pelayan yang adil. Sedangkan menurut Suryanto dalam Salam, 2004:220, ada tiga hal yang
melatarbelakangi munculnya Good Governance, yaitu: 1.
Munculnya fenomena “gelombang demokratisasi berskala global”. Gelombang ini pada mulanya muncul di Korea Selatan dan di beberapa
Negara Amerika Latin yang menenggelamkan politik birokratik otoriter pada dasawarsa tahun 80-an dan berikutnya menyapu bersih sosialisme di
Universitas Sumatera Utara
20 Eropa pada awal dasawarsa tahun 90-an.
2. Terjadinya kehancuran secara sistematik berbagai dasar institusional bagi
proses pengelolaan distribusi sumber-sumber ekonomi pada sebagian besar masyarakat dunia ketiga. Institusi bisnis dan politik yang seharusnya
memiliki prinsip pengelolaan berbeda telah berubah menjadi sekutu dan melipatgandakan tumbuhnya kronisme. Transparansi, akuntabilitas publik
dan lokasi berbagai sumber ekonomi gagal berkembang dalam dunia bisnis.
3. Terakumulasinya kegagalan Struktural Adjustment Program yang
diparakarsai oleh IMF dan Bank Dunia. Program ini memiliki dan menganut asumsi dasar bahwa Negara merupakan satu-satunya lembaga
penghambat bagi proses terjadinya globalisasi ekonomi. Good Governance yang merupakan landasan nilai penyelenggaraan
pemerintahan saat ini pada prinsipnya menekankan tentang pentingnya kolaborasi dalam kesetaraan dan kesimbangan antara sektor publik, sektor swasta dan
masyarakat. Good governmance ini mengisyaratkan adanya pandangan atau paradigma baru administrasi publik yang disebut dengan tata kepemerintahan
yang baik Good Governance. Paradigma Good Governance menekankan arti penting kesetaraan antara institusi Negara, swasta dan masyarakat
http:www.law.ui.ac.id Oleh karena itu konsep Good Governance ini ditujukan untuk
meningkatkan peranan dan keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan pada umumnya, yang dimulai dari tahap perencanaan pembangunan,
implementasi dan evaluasi. Sebab masyarakatlah yang paling tahu apa yang
Universitas Sumatera Utara
21 menjadi kebutuhannya, maka idealnya masyarakat harus dilibatkan dalam proses
pembangunan dan diadopsinya konsep Good Governance ini bisa dianggap sebagai suatu gerakan kembali ke karakter pemerintahan yang hakiki sebab Good
Governance akan menghasilkan birokrasi yang handal dan profesional, efisien, produktif, serta memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
http:www.republika.co.id Good Governance yang merupakan prinsip penyelenggaraan
pemerintahan yang universal, karena itu seharusnya diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, baik di tingkat pusat maupun di
tingkat daerah. Upaya menjalankan prinsip-prinsip Good Governance perlu dilakukan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Apalagi dengan
telah diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta Undang- Undang Nomor 28 Tahun 1999.
Namun, ditengah maraknya isu Good Governance sebagai landasan nilai penyelenggaraan pemerintahan yang efektif saat ini, muncul suatu ironi berupa
masalah-masalah dalam pembangunan di Kota Binjai, yakni berdasarkan data yang diperoleh melalui BINJAI SINDO, 812-07 – menurut Ketua DPD PDIP
Kota Binjai, Nursin, banyak sekali penyimpangan- penyimpangan yang terjadi pada APBD Kota Binjai. Misalnya saja masalah pengadaan beras miskin raskin,
Askeskin dan infrastruktur Kota Binjai. Nursin mengatakan, masalah raskin dan Askeskin selama ini diketahui banyak yang tidak tepat sasaran. Belum lagi
bangunan infrastruktur yang tidak sesuai dengan bestek. Banyak orang mengaku
Universitas Sumatera Utara
22 miskin saat sakit, sementara masih banyak orang miskin yang tidak memiliki
kartu Askeskin. Banyak bangunan infrastruktur seperti jalan, parit, sekolah tidak sesuai dengan bestek. Ada proyek bangunan yang anggarannya mencapai Rp200
juta, tapi saat dikerjakan tidak sampai mencapai Rp200 juta. http:www.seputar- indonesia.com
Selain itu masalah dalam perencanaan pembangunan Kota Binjai yang tercermin dalam APBD 2007 dan 2008 seperti yang diungkapkan oleh Armayani
dari FPKS DPRD Kota Binjai yaitu anggaran publik diBinjai masih rendah dan dinilai belum memenuhi kesejahteraan masyarakat. http:smsplus.blogspot.com
Dalam kaitannya dengan anggaran pemerintahan daerah APBD, di banyak Negara berlaku bahwa sesuai dengan misi suci demokrasi, pengeluaran untuk
publik anggaran pembangunan atau public spending harus lebih besar sekitar 70 dari pada pengeluaran untuk aparatur pemerintahan 30. Biaya pelayanan
publik ini penting untuk mensejahterakan masyarakat. Namun, di Indonesia yang terjadi justru kebalikannya apparatus spending justru lebih besar daripada public
spending http:id.wikipedia.org Hal ini juga terjadi pada APBD Kota Binjai 2007 dan 2008, yaitu adanya ketimpangan alokasi anggaran untuk belanja rutin
dan belanja investasi. Dimana belanja investasi mendapat jatah yang sangat kecil. Jelas terlihat aspek ketidakadilan dalam hal ini. Seharusnya alokasi dana APBD
untuk belanja investasi lebih besar, maka kepentingan publik lebih banyak yang terlayani. Sebab indikator APBD yang baik harus memenuhi paling tidak dua hal,
yaitu peningkatan pelayanan publik dan peningkatan kapasitas ekonomi daerah secara keseluruhan, sebab alokasi yang lebih besar kepada kebutuhan
pembangunan lebih menjanjikan peningkatan nilai tambah bagi berbagai sektor
Universitas Sumatera Utara
23 perekonomian pertumbuhan ekonomi akan lebih baik.
Pada APBD Kota Binjai tahun 2006, total pendapatan Kota Binjai berjumlah Rp. 313.319.740.303,00. Belanja aparatur daerah Rp.
230.909.995.908,00. Belanja investasi pembangunan untuk pelayanan publik Rp. 86.008.568.943,00. Laporan hasil pemeriksaan perwakilan BPK-RI atas laporan
keuangan pemerintah Kota Binjai untuk tahun anggaran 2006, No: 216 ASXIV.I82007. Artinya, biaya yang dialokasikan untuk pelayanan publik
hanya 27,1 persen sedangkan anggaran aparat 72,9 persen. Munculnya masalah-masalah tersebut mencerminkan perencanaan
pembangunan yang tidak efektif. Program-program pembangunan tidak begitu fokus pada paradigma pembangunan yang berpusat pada masyarakat. Tetapi lebih
kepada kepentingan para elit. Hal ini terjadi disebabkan oleh minimnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan yang forumnya adalah musrenbang
musyawarah perencanaan pembangunan. Faktanya terlihat jelas pada saat dilaksanakannya musrenbang Kota Binjai pada tanggal 6 maret yang hanya diikuti
dan didominasi oleh unsur pemerintah saja yaitu para asisten, kepala badan, kepala dinas, kepala kantor, kepala bagian, camat dan lurah se-Kota Binjai. Hadir
pula Ketua DPRD, ketua MUI Binjai. http:www.binjai.go.id. Mengingat akan masalah-masalah tersebut sangat diperlukan komitmen
yang kuat dari pemerintah, masyarakat dan swasta untuk menerapkan prinsip- prinsip Good Governance dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yaitu
partisipasi, akuntabilitas, responsiveness, efektif dan efisien, transparan, penegakan hukum, wawasan kedepan dan daya tangap. Khususnya kepada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai yang merupakan salah satu unsur
Universitas Sumatera Utara
24 dalam Good Governance yakni domain “Government” yang memiliki tugas
pokok dan fungsi yang vital dalam perencanaan pembangunan yaitu: Menyiapkan rancangan RPJP Daerah, menyelenggarakan Musrenbang RPJPD, menyusun
rancangan akhir RPJP Daerah, menyiapkan Rancangan Awal RPJM Daerah Strategi Pembangunan Daerah, Kebijakan Umum, Prioritas dan Arah Kebijakan
Keuangan, menyusun Rancangan RPJM Daerah dengan menggunakan rancangan Renstra SKPD, menyelenggarakan Musrenbang RPJM Daerah 2 bulan setelah Ka
Daerah dilantik, menyusun Rancangan Akhir RPJM Daerah 3 bulan setelah Ka Daerah dilantik, menyiapkan Rancangan Awal RKPD, Mengkoordinasikan
penyusunan Rancangan RKPD dengan menggunakan Renja SKPD, menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKPD Maret, menyusun
Rancangan Akhir RKPD dengan Peraturan Kepala Daerah, menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-
masing SKPD, menyusun evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan berdasarkan hasil evaluasi pimpinan SKPD, membantu Kepala Daerah dalam
menyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah. Mengingat akan peran penting Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Binjai sebagai unsur pelaksana pemerintah Kota Binjai dalam bidang perencanaan pembangunan, maka penulis lebih memfokuskan subjek penelitian
yang akan diteliti dibatasi hanya pada unsur government saja, yakni aparatur Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai untuk lebih memfokuskan
permasalahan penelitian agar tidak terlalu meluas. Dan mengingat cakupan prinsip-prinsip Good Governance yang begitu luas, maka penulis dalam penelitian
ini membatasi Good Governance hanya terkait pada aspek partisipasi dan
Universitas Sumatera Utara
25 transparansi saja. Sebab dalam Good Governance, partisipasi dan transparansi
merupakan elemen terpenting dan merupakan tantangan utama yang dihadapi pemerintah Arifiyadi, http:www.depkominfo.go.id. Partisipasi, dan
transparansi misalnya, sangat terkait dengan kesetaraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai unsur dalam Good Governance. Oleh karena itu dalam
setiap proses penyelenggaraan pemerintahan seharusnya melibatkan partisipasi ketiga unsur tersebut dan saling melakukan mekanisme check and balance. Sebab
dengan partisipasi diharapkan menghasilkan kebijakan publik yang lebih baik, kepercayan yang lebih besar kepada pemerintah dan demokrasi yang lebih kuat.
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan juga harus ada sebab masyarakat adalah pemilik kedaulatan, masyarakat adalah pembayar pajak dan
masyarakat adalah subjek dalam pembangunan. Prasojo, 2007 Selanjutnya bagaimana Implikasi Tata Pemerintahan Yang Baik Good
Governance Terhadap Efektivitas Perencanaan Pembangunan perlu diketahui dan diteliti. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian dan menuangkanya dalam bentuk skripsi dengan
judul “ Implikasi Tata Pemerintahan Yang Baik Good Governance Terhadap Efektivitas Perencanan Pembangunan Studi Pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai” 1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Tata Pemerintahan Yang BaikGood Governance Transparansi, Partisipasi Pada Badan
Universitas Sumatera Utara
26 Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai?
2. Bagaimana Implikasi Tata Pemerintahan Yang Baik Good Governance Terhadap Efektivitas Perencanaan Pembangunan Pada
Kota Binjai?
1.3 TUJUAN PENELITIAN