2. Sebagai salah satu pilihan model pembelajaran yang efektif
meningkatkan motivasi peserta didik. 3.
Sebagai umpan balik untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi peserta didik mengenai materi yang telah dipelajari.
1.4.2 Bagi Peserta Didik
1. Menumbuhkembangkan motivasi peserta didik dalam belajar
matematika. 2.
Memperoleh cara belajar yang lebih efektif, menarik dan menyenangkan serta mudah untuk menangkap materi yang
dipelajari. 3.
Menambah pengetahuan dan melatih peserta didik menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah.
1.4.3 Bagi Sekolah
Meningkatkan kualitas sekolah melalui meningkatnya hasil belajar peserta didik.
1.5 Penegasan Istilah
Agar terdapat kesamaan pemahaman tentang pengertian istilah- istilah yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini maka perlu adanya
penegasan istilah sebagai berikut.
1.5.1 Keefektifan
Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan
atas diterapkannya
pembelajaran matematika
menggunakan model Aptitude Treatment Interaction. Penerapan model
Apitude Treatment Interaction di kelas ditujukan terhadap kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar peserta didik kelas VIII.
Model Aptitude Treatment Interaction dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.
1. Persentase peserta didik yang tuntas pada kelas yang menggunakan
model Aptitude Treatment Interaction mencapai 75 atau mencapai ketuntasan klasikal.
2. Rata-rata nilai tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik
pada kelas yang menggunakan model Aptitude Treatment Interaction lebih dari rata-rata nilai tes kemampuan pemecahan
masalah peserta didik pada kelas yang menggunakan model Direct Instruction.
3. Proporsi peserta didik yang mencapai nilai 75 pada tes kemampuan
pemecahan masalah pada kelas yang menggunakan model Aptitude Treatment Interaction lebih dari proporsi peserta didik pada kelas
yang menggunakan model Direct Instruction. 4.
Rata-rata skor motivasi peserta didik pada kelas kelas yang menggunakan model Aptitude Treatment Interaction mencapai
kategori tinggi berdasarkan kategori yang ditentukan. 5.
Rata-rata motivasi peserta didik pada kelas yang menggunakan model Aptitude Treatment Interaction lebih dari skor motivasi pada
kelas yang menggunakan model Direct Instruction.
1.5.2 Model Aptitude Treatment Interaction
Menurut Jonnasen 2012 model Aptitude Treatment Interaction merupakan sebuah model yang mempertimbangkan berbagai perbedaan
individual dengan menggambarkan perbedaan dalam mempelajari hasil, perbedaan dalam metode pengajaran dan interaksi.
1.5.3 Kemampuan Pemecahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah yang diartikan sebagai kemampuan peserta didik untuk menemukan kombinasi dari sejumlah
aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi baru dan tidak sekadar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-aturan
yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar terdahulu. Oleh karena itu, pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan
pemecahan masalah pada materi bangun ruang Prisma dan Limas. Bentuk soal uraian menjadi hal yang tepat dalam tes pemecahan
masalah sehingga dapat diukur secara jelas tingkat kemampuan pemecahan masalah peserta didik sesuai prosedur pemecahan masalah
menurut Polya 1973: 6-15 yaitu 1 memahami masalah, 2 merencanakan pemecahan, 3 melakukan perhitungan, 4 memerikasa
kembali hasil.
1.5.4 Motivasi Belajar