memperhatikan  perbedaan  kognitif  peserta  didik  sesuai  untuk  mengatasi keadaan  tersebut.  Oleh  karena  itu,  pengajaran  geometri  dengan  model
pembelajaran  Aptitude  Treatment  Interaction  dapat  meningkatkan pencapaian belajar peserta didik.
2.1.2 Model Aptitude Treatment Interaction
Menurut  Jonnasen  2012  model  Aptitude  Treatment  Interaction merupakan  sebuah  model  yang  mempertimbangkan  berbagai  perbedaan
individual  dengan  menggambarkan  perbedaan  dalam  mempelajari  hasil, perbedaan  dalam  metode  pengajaran  dan  interaksi.  Ciri  utama  ialah
memberikan  perhatian  khusus  kepada  perbedaan  setiap  individu  peserta didik, di  mana dalam setiap kelompok peserta didik  berkemampuan tinggi,
sedang,  dan  rendah.  Model  Aptitude  Treatment  Interaction  berisikan sejumlah  strategi  dengan  mengelompokkan  peserta  didik  berdasarkan
kemampuannya,  kemudian  pada  masing-masing  kelompok  diberikan perlakuan pembelajaran yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik cara
belajar  masing-masing.  Tujuannya  Nurdin,  2005:  39  yaitu  menciptakan dan  mengembangkan  suatu  model  pembelajaran  yang  peduli  dan
memperhatikan keterkaitan antara kemampuan aptitude seseorang dengan pengalaman  belajar  atau  secara  khas  dengan  metode  pembelajaran
treatment. Pada  pembelajaran  dengan  model  Aptitude  Treatment  Interaction
setiap peserta didik akan mendapatkan hak belajar yang disesuaikan dengan kemampuan setiap peserta didiknya. Nurdin 2005 mengemukakan sintaks
tahapan model  Aptitude Treatment  Interaction terdiri dari empat tahapan, yaitu treatment awal, pengelompokan peserta didik, memberikan perlakuan
treatment,  dan  achievement  test.  Penjabaran  tahapan  model  Aptitude Treatment Interaction dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Treatment Awal
Pada  tahap  ini  indikator  yang  ingin  dicapai  yakni  memberikan motivasi  mengenai  perbedaan    kemampuan  peserta  didik.  Kegiatan  yang
dilakukan  guru  dengan  memberikan  ceritabahasan  yang  dapat  memotivasi peserta  didik  untuk  memahami  kemampuan  peserta  didik  yang  dimiliki
setiap  peserta  didik.  Sebagai  timbal  balik  kegiatan  guru  dalam  memahami kemampuan dan kebutuhan belajar masing-masing peserta didik.
2. Pengelompokan Peserta Didik
Pada  tahap  ini  indikator  yang  ingin  dicapai  yaitu  membentuk kelompok  peserta  didik  sesuai  karakteristik  kemampuannya.  Melalui
pembagian  yang  dilakukan  guru  yakni  dengan  membagi  tiga  kelompok tinggi, sedang, rendah, sesuai dengan klasifikasi yang didapat dari analisis
nilai  semester  ganjil.  Peserta  didik  mengikuti  petunjuk  dari  guru  untuk membentuk kelompok sesuai dengan yang guru tentukan.
3. Treatment Perlakuan
Pada  tahap  ini  indikator  yang  ingin  dicapai  yaitu  memberikan perlakuan  belajar sesuai  kemampuan setiap kelompok  peserta didik dalam
bentuk  pembelajaran  yang  berbeda  disertai  latihan  kemampuan  pemecahan masalah yang terdapat pada LKPD yang diberikan. Kegiatan yang dilakukan
guru  untuk  mewujudkannya  yakni  dengan  memberikan  perlakuan  belajar mandiri  self  learning  dengan  rangkuman  materi  pada  kelompok  peserta
didik  tinggi.  Pada  kelompok  sedang  dan  rendah  diawali  dengan  penjelasan
materi  oleh  guru  dan  dilanjutkan  dengan  latihan  secara  berkelompok mandiri  pada  kelompok  sedang  serta  latihan  dengan  bimbingan  guru  pada
kelompok  rendah.  Akibatnya  kegiatan  peserta  didik  pada  setiap kelompoknya  akan  berbeda.  Kegiatan  peserta  didik  pada  kelompok  tinggi
meliputi  1  mendapatkan  rangkuman  materi  dan  LKPD,  2  secara  mandiri mempelajari  materi  dan  latihan  soal  yang  terdapat  dalam  LKPD  yang
dibagikan  guru  dengan  tertib.  Sedangkan  pada  kelompok  sedang  kegiatan peserta  didik  meliputi  1  memperhatikan  penjelasan  materi  oleh  guru,  2
membentuk  kelompok  2-3  peserta  didik,  3  berdiskusi  secara  aktif  untuk memecahkan  masalah  yang  ada  dalam  LKPD.  Selanjutnya  pada  kelompok
rendah kegiatan peserta didik meliputi 1 memperhatikan penjelasan materi oleh  guru,  2  berdiskusi  secara  aktif  dan  memperhatikan  bimbingan  guru
untuk memecahkan masalah yang ada dalam LKPD. 4.
Achievement test Pada  tahap  ini  indikator  yang  ingin  dicapai  yaitu  mengadakan  tes
setelah  dilakukan  perlakuan  treatment  dengan  kegiatan  yang  dilakukan guru  yakni  memberikan  soal  mengenai  materi  yang  telah  dipelajari  dan
peserta  didik  menjawabnya  sesuai  dengan  petunjuk  pengerjaan  yang  telah ditentukan.
Model  pembelajaran  Aptitude  Treatment  Interaction  memiliki keunggulan  yaitu  dapat  meningkatkan  motivasi  belajar  peserta  didik,
pemahaman  peserta  didik  terhadap  materi  pelajaran,  guru  dapat  lebih memperhatikan  kemampuan  setiap  peserta  didik  baik  secara  individu  atau
kelompok,  guru  dapat  memberikan  treatment  sesuai  dengan  kebutuhan peserta  didik,  dan  peserta  didik  dapat  mengoptimalkan  prestasi  belajarnya
sesuai dengan kemampuannya Setiani, 2013. Terdapat kekurangan yang dimiliki oleh model Aptitude Treatment
Interaction seperti yang dijelaskan oleh Susanti 2014 yaitu 1 membeda- bedakan kemampuan peserta didik yang bisa membuat peserta didik merasa
kurang adil, 2 membutuhkan waktu yang lama bagi peserta didik sehingga kurikulum bisa tidak terpenuhi, 3 membutuhkan waktu yang lebih lama.
Snow  dalam  Nurdin  2005:  41  mengemukakan  bahwa  tingkat keberhasilan  model  Aptitude  Treatment  Interaction  dipengaruhi  oleh  tiga
prinsip  berikut.  Pertama,  interaksi  antara  kemampuan  dan  perlakuan pembelajaran  berlangsung  dalam  pola  yang  kompleks,  dan  senantiasa
dipengaruhi  oleh  variabel  tugas,  jabatan  dan  situasi.  Kedua,  lingkungan belajar yang terstruktur cocok bagi peserta didik yang memiliki kemampuan
rendah  dan  lingkungan  pembelajaran  yang  fleksibel  lebih  cocok  untuk peserta  didik  yang  berkemampuan  tinggi.  Ketiga,  peserta  didik  yang  rasa
percaya  dirinya  kurang  cenderung  belajarnya  akan  lebih  baik  dalam lingkungan  terstruktur  dan  sebaliknya  peserta  didik  yang  memiliki  rasa
percaya diri tinggi akan lebih baik dalam situasi fleksibel.
Hal  tersebut  sesuai  dengan  pernyataan  Hunt  dalam  Rosyada  2007: 123-125 yang menyebutkan beberapa karakter peserta didik berkemampuan
tinggi dan rendah. Sedangkan peserta didik berkemampuan sedang memiliki karakter campuran antara karakter peserta didik tinggi dan rendah.
Berikut karakteristik
yang dimiliki
oleh peserta
didik berkemampuan  tinggi  yaitu  1  mampu  menyelesaikan  pekerjaannya  lebih
cepat  dari  teman-teman  sekelasnya;  2  penuh  percaya  diri;  3  menerima tanggungjawab;  4  selalu  cenderung  untuk  menyelesaiakan  tugas  secara
tuntas.  Berdasarkan  karakteristik  peserta  didik  berkemampuan  tinggi  maka pembelajaran  sendiri  self-learning  menjadi  pembelajaran  yang  sesuai
untuk diterapkan. Sedangkan  peserta  didik  berkemampuan  rendah  memiliki
karakteristik  yang  diantaranya  yaitu  1  membutuhkan  waktu  yang  lama untuk  mempelajari  sebuah  konsep  atau  keterampilan;  2  mereka  biasa
merasa  tidak  yakin  dengan  dirinya;  3  mereka  sering  kali  membutuhkan penjelasan visual dan aktif. 4 mereka sering kali memiliki ketergantungan
yang  kuat  pada  gurunya,  dan  juga  pada  teman-temannya  dalam menyelesaikan  masalah.  Akibatnya  mereka  tepat  untuk  diterapkan
pembelajaran  bersama  guru  dengan  metode  ceramah,  diskusi  dan  tanya jawab dalam pembelajaran reguler.
2.1.3 Model Direct Instruction