Model Direct Instruction Kemampuan Pemecahan Masalah

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hunt dalam Rosyada 2007: 123-125 yang menyebutkan beberapa karakter peserta didik berkemampuan tinggi dan rendah. Sedangkan peserta didik berkemampuan sedang memiliki karakter campuran antara karakter peserta didik tinggi dan rendah. Berikut karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik berkemampuan tinggi yaitu 1 mampu menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dari teman-teman sekelasnya; 2 penuh percaya diri; 3 menerima tanggungjawab; 4 selalu cenderung untuk menyelesaiakan tugas secara tuntas. Berdasarkan karakteristik peserta didik berkemampuan tinggi maka pembelajaran sendiri self-learning menjadi pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan. Sedangkan peserta didik berkemampuan rendah memiliki karakteristik yang diantaranya yaitu 1 membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari sebuah konsep atau keterampilan; 2 mereka biasa merasa tidak yakin dengan dirinya; 3 mereka sering kali membutuhkan penjelasan visual dan aktif. 4 mereka sering kali memiliki ketergantungan yang kuat pada gurunya, dan juga pada teman-temannya dalam menyelesaikan masalah. Akibatnya mereka tepat untuk diterapkan pembelajaran bersama guru dengan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab dalam pembelajaran reguler.

2.1.3 Model Direct Instruction

Menurut Arends dalam Amri, S, 2010: 42 mengatakan bahwa model Direct Instruction dikembangkan untuk meningkatkan proses pembelajaran peserta didik dalam memahami pengetahuan tentang sesuatu dan bagaimana melakukan sesuatu. Model Direct Instruction memiliki lima tahap sintak pembelajaran yang penting sebagai berikut. a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik b. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan. c. Menyediakan latihan terbimbing d. Menganalisis pemahaman dan memberikan umpan balik. e. Memberikan kesempatan latihan mandiri. Direct Instruction identik dengan pembelajaran ceramah sehingga desain pembelajarannya berorientasi pada guru Amri, 2010: 42. Peran guru dalam memberikan penjelasan atau informasi sangat terperinci tentang bahan pengajaran. Sehingga proses yang terjadi hanyalah pemindahan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dari guru kepada peserta didik. Dalam proses pembelajaran guru memperlakukan semua peserta didik baik yang memiliki kompetensi tinggi, sedang, ataupun rendah dengan perlakuan yang sama sehingga peningkatan kemampuan peserta didik menjadi sulit.

2.1.4 Kemampuan Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah Hudojo, 2003: 151 diartikan sebagai proses penerimaan masalah sebagai tantangan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Peserta didik dapat lebih banyak berlatih dan mengintegrasikkan konsep-konsep, teorema-teorema dan keterampilan yang telah dipelajari melalui pemecahan masalah. Alasan pemecahan masalah menjadi suatu hal yang penting di dalam matematika Hudojo, 2003: 155, yaitu sebagai berikut. 1. Peserta didik menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya. 2. Keputusan intelektual akan timbul dari dalam merupakan hadiah intrinsik bagi peserta didik. 3. Potensi intelektual peserta didik meningkat. 4. Peserta didik belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan. Gagne sebagaimana dikutip oleh Wena 2011: 52 mengatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru dan tidak sekadar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar terdahulu. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah dapat diartikan sebagai kemampuan peserta didik untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru dan tidak sekadar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar terdahulu. Kemampuan ini sangat penting untuk ditanamkan dan dilatih dalam proses pembelajaran agar peserta didik menjadi terampil dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi. Menurut Polya 1973: 6-15 bahwa menyelesaikan pemecahan masalah matematika diperlukan langkah-langkah dan prosedur yang benar agar penyelesaian masalah menjadi efektif. Berikut empat langkah yang dapat ditempuh dalam pemecahan masalah. 1 Memahami masalah Peserta didik dapat memahami masalah dengan cara melihat masalah tersebut secara lebih rinci meliputi apa yang diketahui dan ditanyakan, data-data apa saja yang dimiliki, dan apa hubungan dari hal-hal yang diketahui tersebut. 2 Merencanakan pemecahan masalah Pada langkah merencanakan penyelesaian masalah perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. a Mempertanyakan kembali hubungan antara yang diketahui dan ditanyakan. b Teori mana yang dapat digunakan dalam penyelesaian masalah tersebut. c Memperhatikan yang ditanyakan, mencoba mengingat soal yang pernah ditemui dengan pertanyaan yang serupa. 3 Melakukan pemecahan masalah Melaksanakan rencana penyelesaian yang telah disusun dengan melakukan perhitungan yang diperlukan. 4 Memeriksa kembali hasil Pada langkah ini, peserta didik harus dapat menerjemahkan hasil yang didapat agar relevan dengan apa yang ditanyakan. Dalam penelitian ini digunakan langkah-langkah Polya untuk menyelesaikan masalah. Dengan menggunakan langkah-langkah Polya diharapkan peserta didik akan lebih runtut dan terarah dalam menyelesaikan soal. Kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini yaitu kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi Prisma dan Limas.

2.1.5 Motivasi Belajar

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

2 12 0

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION BERBANTUAN CD INTERAKTIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

0 19 280

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN POGIL BERBANTUAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

1 15 251

KEEFEKTIFAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII

0 23 409

KEEFEKTIFAN MODEL ELICITING ACTIVITIES TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI TRIGONOMETRI.

2 10 301

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 1 REJOTANGAN T

0 0 14

BAB III METODE PENELITIAN - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 1 REJOTANGAN TULUNGAGUNG - Insti

0 0 12

BAB IV HASIL PENELITIAN - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 1 REJOTANGAN TULUNGAGUNG - Institu

0 0 15

BAB V PEMBAHASAN - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 1 REJOTANGAN TULUNGAGUNG - Institutional

0 0 7

PENGARUH PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI BATURRADEN - repository perpustakaan

0 0 15