Pengertian Student Engagemnet Student engagement

4. Kelengkapan peralatan belajar

2.5 Student engagement

2.5.1 Pengertian Student Engagemnet

Student engagement didefinisikan sebagai waktu dan usaha siswa yang dicurahkan untuk kegiatan yang secara empiris terkait dengan hasil yang diinginkan sekolah dan lembaga untuk mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut Kuh, 2009. Student engagement keterlibatan siswa sering digunakan untuk menggambarkan kesediaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan rutin sekolah, seperti menghadiri kelas, mengerjakan dan mengumpulkan tugas yang diberikan, dan mengikuti arahan guru di kelas Hoffman, 2013. Namun, istilah ini juga semakin banyak digunakan untuk menggambarkan keterlibatan siswa yang berarti seluruh lingkungan belajar, termasuk siswa yang berpartisipasi desain kurikulum, manajemen kelas dan iklim sekolah. Definisi biasanya meliputi komponen psikologis dan perilaku. Keterlibatan siswa digunakan untuk membahas sikap siswa terhadap sekolah. Studi dari Australasian Survey of Student Engagement AUSSE mengidentifikasi lima indikator keterlibatan siswa di sekolah, meliputi: a. Tantangan akademik Tantangan akademis dan harapan yang tinggi berhubungan dengan pembelajaran siswa dan kualitas pendidikan Kuh 2009. Siswa akan termotivasi, jika mereka mendapatkan tantangan akademis yang sesuai atau harapan akademik dari lingkungan akademik sekolah. Siswa akan lebih bersungguh-sungguh dalam belajar dan menempatkan lebih banyak upaya untuk memastikan mereka akan dapat memenuhi harapan dan tantangan itu. b. Pembelajaran aktif dan kolaboratif Belajar tidak hanya menonton dan mendengarkan ceramah, tetapi pembelajaran juga harus mencakup keterlibatan lebih aktif dari siswa baik secara psikologis maupun fisik. Selain itu, siswa harus memahami apa yang mereka pelajari baik secara praktis maupun teoritis. Oleh karena itu, siswa belajar lebih banyak ketika mereka sangat terlibat dalam pendidikan mereka dan diminta untuk berpikir tentang apa yang mereka pelajari dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi dimana terdiri dari kelompok kecil siswa untuk belajar bersama dan saling membantu dalam memecahkan masalah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif, siswa dapat belajar untuk memecahkan masalah dengan bertanya atau dengan memberikan bantuan kepada anggota lain dalam kelompok. Siswa akan menunjukkan kemajuan yang lebih besar jika belajar secara kelompok dibandingkan dalam kondisi individual. c. Interaksi siswa-guru Interaksi siswa-guru sangat penting untuk membangun kualitas usaha siswa. Dalam hal ini, interaksi siswa-guru tidak hanya interaksi resmi di dalam kelas, tetapi juga interaksi di luar kelas. Oleh karena itu, interaksi siswa-guru meliputi interaksi formal dan informal. Peran guru menjadi lebih penting, karena guru menjadi panutan, mentor, dan panduan untuk terus menerus belajar seumur hidup. Kontak siswa-guru ini sangat penting, karena dapat membantu siswa meningkatkan motivasi dan keterlibatan mereka. Siswa membutuhkan umpan balik yang tepat dan sering dari guru untuk memastikan mereka dapat menilai pengetahuan dan kompetensi mereka. Umpan balik juga memainkan peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena umpan balik bisa berfungsi sebagai alat untuk memotivasi dan mengevaluasi siswa. d. Memperkaya pengalaman pendidikan Siswa perlu mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya untuk meningkatkan kualitas pribadinya. Partisipasi siswa dalam kegiatan sekolah, organisasi kesiswaan, ektrakurikuler, dan sebagainya akan membantu siswa nantinya dalam kehidupan bermasyarakat. Keterlibatan siswa dalam berbagai kegiatan ini juga memungkinkan siswa mengaplikasikan teori yang didapatkan didalam proses belajar mengajar. e. Lingkungan belajar yang mendukung Sekolah harus menyediakan sarana dan prasarana untuk semua siswa untuk memastikan mereka dapat mencapai tujuan mereka. Lingkungan belajar yang mendukung menyebabkan siswa merasa puas dan nyaman, dan berdampak pada tingkat partisipasi yang lebih tinggi dalam belajar Yanto, 2012.

2.5.2 Indikator Student Engagement

Dokumen yang terkait

SKRIPSI PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT LIMBAH INDUSTRI BATIK DI KOTA SURAKARTA (STUDI KASUS KAMPUNG BATIK LAWEYAN DAN KAMPUNG BATIK KAUMAN).

0 3 13

PENDAHULUAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT LIMBAH INDUSTRI BATIK DI KOTA SURAKARTA (STUDI KASUS KAMPUNG BATIK LAWEYAN DAN KAMPUNG BATIK KAUMAN).

0 5 17

PENDAHULUAN Perancangan Aplikasi Penjualan Batik Berbasis Android (Studi Kasus di Batik Puspa Kencana, Laweyan, Solo).

4 23 5

PERANCANGAN APLIKASI PENJUALAN BATIK BERBASISANDROID Perancangan Aplikasi Penjualan Batik Berbasis Android (Studi Kasus di Batik Puspa Kencana, Laweyan, Solo).

0 1 18

IMPLEMENTASI DATA WAREHOUSE SISTEM PENJUALAN BATIK DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN Implementasi Data Warehouse Sistem Penjualan Batik Di Kampung Batik Laweyan (Studi Kasus Batik Mahkota Laweyan).

0 1 18

PENDAHULUAN Implementasi Data Warehouse Sistem Penjualan Batik Di Kampung Batik Laweyan (Studi Kasus Batik Mahkota Laweyan).

0 1 6

IMPLEMENTASI DATA WAREHOUSE SISTEM PENJUALAN BATIK DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN Implementasi Data Warehouse Sistem Penjualan Batik Di Kampung Batik Laweyan (Studi Kasus Batik Mahkota Laweyan).

1 8 12

SISTEM INFORMASI DISTRIBUTOR BATIK DI KAMPOENG BATIK LAWEYAN SOLO BERBASIS WEB SISTEM INFORMASI DISTRIBUTOR BATIK DI KAMPOENG BATIK LAWEYAN SOLO BERBASIS WEB.

0 1 14

PERAN SAUDAGAR DALAM PELESTARIAN BATIK SOLO (Studi kasus di kampung Batik Laweyan, Kota Solo).

0 4 86

PELESTARIAN URBAN HERITAGE DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN TAHUN 2011 (STUDI KASUS RUMAH SAUDAGAR BATIK DAN GERAI BATIK)

0 0 122