b. Implikasi Efektifitas Dukungan Logistik TNI terhadap Penanganan
Penanggulangan Bencana. Apabila dukungan logistik penanggulangan bencana
yang dilaksanakan TNI belum efektif yang dipengaruhi oleh belum optimalnya Pembinaan Pembekalan TNI Angkatan Laut, Hubungan antar stakeholder
Penyelenggara Penanggulangan Bencana belum terwujud sinergitas, dan belum berjalannya Pembinaan Pembekalan di Tingkat Pangkalan Angkatan Laut, Maka
OMSP untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana tidak akan optimal.
14. Permasalahan yang Dihadapi.
a. Pembinaan Pembekalan TNI Angkatan Laut. Berdasarkan dari uraian
kondisi pembinaan pembekalan TNI AL saat ini sebelumnya, walaupun Perkasal103XII2010 Tanggal 31 Desember 2010 tentang Buku Petunjuk
Administrasi Pembinaan Pembekalan TNI Angkatan Laut telah memberikan pedoman tentang sistem informasi pembekalan namun pada pelaksanaannya
masih sangat sedikit sekali keberadaannya. Walaupun ada sistem informasi pembekalan namun hanya administratif belaka atau dengan kata lain sedikit sekali
yang dapat mendukung operasional TNI Angkatan Laut. Apabila Sistem logistik penanggulangan bencana tidak dibangun secara
terpadu dan mutakhir, maka dukungan logistik penanggulangan bencana tetap tidak efektif, sehingga perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko, dan
dampak bencana tidak optimal, dan apabila otomasi perencanaan logistik tidak segera diwujudkan , maka perencanaan kesiapan logistik unsur KRI dan bantuan
bencana akan tetap dilakukan secara manual, sehingga akan menghambat kecepatan dan ketepatan dukungan logistik penanggulangan bencana
b. Hubungan antar stakeholder Penyelenggara Penanggulangan Bencana.
Berdasarkan dari uraian kondisi koordinasi antara TNI AL dengan stakeholder saat ini sebelumnya. Maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan koordinasi merupakan
syarat mutlak untuk keberhasilan penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, oleh karenanya kegiatan koordinasi menjadi amanat peraturan perundang-undang
yang mengatur tentang penanggulangan bencana. Adapun kelemahan maupun kekurangan koordinasi ditunjukan oleh adanya
gap antara peraturan perundang-undangan dengan pelaksanaannya. Apabila koordinasi diantara para stakeholder belum terjalin dengan baik, maka Mabes TNI
tidak dapat memaksimalkan usaha untuk mitigasi bencana, sehingga keberhasilan operasi tidak akan tercapai secara maksimal.
c. Pembinaan Pembekalan di Tingkat Pangkalan Angkatan Laut. Dari
uraian diatas tentang fungsi penyimpanan maupun kegiatan pemberdayaan wilayah dalam konteks logistik belum dimanfaatkan secara optimal oleh TNI
Angkatan Laut. Hal-hal lain yang tidak sesuai dengan kondisi yang diharapkan yaitu Kotama Operasi TNI sebagai pelaksana tugas yang melaksanakan koordinasi
lintas sektoral di tingkat daerah
13
dan sebagai supervisi operasional teknis di lapangan belum berjalan secara konsisten. Apabila usaha-usaha pemberdayaan
logistik wilayah tidak segera direlisasikan, maka akan ada hak masyarakat untuk berpartisipasi pada penanggulangan bencana yang tidak dapat disalurkan,
sehingga logistik penanggulanan bencana akan tetap bergantung kepada anggaran negara maupun daerah.
Dengan mempertimbangkan peraturan BNPB maka TNI AL pun harus dapat mendukung kegiatan tersebut. Adapun kegiatan Tingkat Provinsi dalam
menjalankan Fungsi Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan adalah Mengkoordinasikan semua pelayanan dan pendistribusian bantuan logistik dan
peralatan di area bencana serta Memelihara hubungan dan mengkoordinasikan semua lembaga yang terlibat dalam penanggulangan bencana. Sementara untuk
Tingkat KabupatenKota kegiatannya yaitu mengelola dan mengkoordinasikan seluruh aktifitas manajemen logistik dan peralatan, terutama pada masa siaga
darurat, tanggap darurat dan pemulihan darurat dan Berkoordinasi dengan instansilembaga terkait di pusat operasi BPBD.
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
13 Permenhan Nomor 09 Tahun 2011 Pasal 13 huruf d.
15. Umum. Dalam bagian ini akan dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi