meliputi pencegahanmitigasi, koordinasi dan latihan bersama antar stakeholder penanggulangan bencana terkait, dan kesiapsiagaannya. Pada tahap tanggap bencana
pembinaan pembekalan harus mampu menjamin terselenggaranya tahapan tanggap darurat yang meliputi penyelamatan dan evakuasi korban, penanganan pengungsi berupa
pemenuhan kebutuhan dasar dan perlindungan terhadap kelompok rentan, dan pemulihan sarana dan prasarana. Selanjutnya pada tahap pasca bencana pembinaan
pembekalan harus mampu menjamin terselenggaranya rehabilitasi dan rekontruksi.
20. Pembahasan. Pada bagian ini akan dijelaskan Fungsi Sistem Informasi dalam
Pembinaan Pembekalan TNI Angkatan Laut, Hubungan Koordinasi antar Stakeholder Penyelenggara Penanggulangan Bencana dalam Bidang Pembekalan, dan Pembinaan
Pembekalan di tingkat Pangkalan Angkatan Laut yang diharapkan.
21. Fungsi Sistem Informasi dalam Pembinaan Pembekalan TNI Angkatan Laut.
Dihadapkan pada tuntutan efektifitas pada penyelenggaraan penanggulangan bencana, maka pembinaan pembekalan TNI Angkatan Laut harus dapat mengaktualisasikan azas-
azas dan prinsip dalam pembinaan logistik. Adapun azas-azas yang harus dipedomani adalah azas rencana jauh kedepan, jadwal olah guna, tanggung jawab sosial, legalitas,
terarah, ketelitian, keamanan, keseimbangan dan keserasian, kekenyalan, keterpaduan, responsif, perencanaan dan pengendalian terpusat, swasembada, prioritas, ekonomis,
dan azas pencapaian sasaran.
17
Sedangkan prinsip-prinsip yang berlaku dalam
pembinaan pembekalan yaitu manajemen pembinaan materiil perbekalan dan dukungan pembekalan dibina secara profesional, efektif, efisien, dan modern.
18
Pembinaan pembekalan harus dapat didukung oleh sistem informasi yang handal, kecepatan dan
ketepatan perencanaan pembekalan untuk kesiapan operasi, dan tingginya kesiapsiagaan unsur KRI dan kesiapan personel di setiap tahap penyelenggaraan penanggulangan
bencana. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang Pembangunan Sistem Pengambilan Keputusan Decission Support system Logistik yang berbasis Web, Peningkatan
Kapasitas perencanaan pembekalan kesiapan operasi, dan Peningkatan kesiapsiagaan bekal unsur KRI dan kesiapan bekal personel.
a. Pembangunan Sistem Pengambilan Keputusan Decission Support
system Logistik yang berbasis Web. Penyelenggaraan pembinaan materiil
17 Peraturan Kepala Staf Angkatan Laut Nomor Perkasal69XI2010 Tanggal 2 November 2010 tentang Buku Petunjuk Induk Pembinaan Logistik TNI Angkatan Laut
18 Peraturan Kepala Staf Angkatan Laut Nomor Perkasal103XII2010 Tanggal 31 Desember 2010 tentang Buku Petunjuk Administrasi Pembinaan Pembekalan TNI Angkatan Laut. Hal. 9.
pembekalan harus dapat didukung oleh sistem informasi yang handal. Sistem Informasi pembinaan materiil perbekalan dilaksanakan melalui otomasi dengan
sistem terkomputerisasi guna memberikan informasi yang cepat dan akurat tentang materiil perbekalan.
19
Pengelolaan piranti lunak Sistem Informasi bidang materiil perbekalan merupakan wujud dari wewenang dan tanggung jawab pembinaan
tingkat Mabesal.
20
Mabesal harus dapat membuat Cetak biru
21
yang mengatur tentang pengembangan logistik di lingkungannya serta koordinasi kebijakan dan
pengembangan Sistem Logistik TNI untuk mencapai kondisi yang diharapkan melalui Strategi dan Program serta Peta Panduan Road Map dan Rencana Aksi.
Adapun konsep Sistem Informasi Pembekalan Logistik TNI Angkatan Laut diharapkan mampu mewujudkan visi sistem logistik nasional yang terintegrasi
secara lokal, terhubung secara global, untuk meningkatkan daya saing nasional dan kesejahteraan rakyat. Konsep sistem informasi Pembekalan Logistik TNI
Angkatan Laut dirancang untuk dapat. Konsep sistem informasi Pembekalan Logistik TNI Angkatan Laut ini merupakan pengembangan Sistem Logistik TNI,
yang dapat dituangkan dalam dokumen rencana strategis TNI sebagai bagian dari dokumen perencanaan pembangunan kekuatan TNI
22
yang berupa Sistem
Informasi pembekalan logistik kesiapan operasi dan Sistem informasi perencanaan logistik bantuan penanggulangan bencana.
1 Sistem Informasi pembekalan logistik kesiapan operasi. Konsep
Sistem Informasi pembekalan logistik kesiapan operasi memuat informasi sebagai berikut:
a Bekal awal kebutuhan operasi terdiri dari:
1 Amonisi dengan tolok ukur Basic Load BL atau sesuai
kebutuhan operasi 2
BBM dan BMP dengan tolok ukur isian tangki IT atau sesuai kebutuhan operasi
3 Bekal-bekal operasi lainnya di luar amonisi, BBM dan
BMP diberikan berdasarkan normaindeks sesuai ketentuan yang ada atau sesuai dengan kebutuhan operasi.
4 Bekal personel dengan tolok ukur normaindeks sesuai
ketentuan yang ada atau sesuai dengan kebutuhan operasi.
19 Peraturan Kepala Staf Angkatan Laut Nomor Perkasal103XII2010 Tanggal 31 Desember 2010 tentang Buku Petunjuk Administrasi Pembinaan Pembekalan TNI Angkatan Laut. Hal. 18.
20 Peraturan Kepala Staf Angkatan Laut Nomor Perkasal103XII2010 Tanggal 31 Desember 2010 tentang Buku Petunjuk Administrasi Pembinaan Pembekalan TNI Angkatan Laut. Hal. 21.
21 Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 Tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional pasal 1
22 Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 Tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional pasal 2
b Bekal ulang kebutuhan operasi terdiri dari:
1 Suku cadang diberikan berdasarkan Buku Dasar
Perbendaan BDP guna mengisi kembali persediaan yang telah digunakan.
2 Amonisi, BBM dan BMP bekal operasi lainnya serta
bekal personel lainnya guna mengisi kembali persediaan yang telah habis dipergunakan selama operasiKonsep sistem
informasi ini pun harus dapat dibangun di tingkat pangkalan Angkatan Laut untuk memperkuat konsep logistik kewilayahan.
Sistem informasi ini diharapkan mampu mendukung bekal ulang materiil perbekalan KRI dan untuk menjamin
ketahanlamaan operasional KRI, bekal ulang diberikan oleh badan pembekalan di daerah operasi atau oleh kapal bantuan
logistik mobil BLM
23
c Perancangan Sistem menggunakan Teori Decission Support
System DSS dan Teori Shortest Route Problem.
1 Little 1970 dalam Turban 2005
24
mendefinisikan DSS sebagai “sekumpulan prosedur berbasis model untuk data
pemrosesan dan penilaian guna membantu para manajer mengambil keputusan.” Dia menyatakan bahwa untuk sukses,
sistem tersebut haruslah sederhana, cepat, mudah dikontrol, adaptif, lengkap dengan isu-isu penting, dan mudah
berkomunikasi. Sementara Moore dan Chang 1980 mendefinisikan DSS sebagai sistem yang dapat diperluas
untuk mampu mendukung analisis data ad hoc dan pemodelan keputusan, berorientasi terhadap perencanaan masa depan,
dan digunakan pada interval yang tidak reguler dan tak terencana.
25
2 Algoritma untuk mencari rute terpendek ini dikembangkan pada
tahun 1959 oleh Dijkstra, dengan batasanketentuan yang mengatakan bahwa algoritma Dijkstra ini hanya dapat
23 Peraturan Kepala Staf Angkatan Laut Nomor Perkasal103XII2010 Tanggal 31 Desember 2010 tentang Buku Petunjuk Administrasi Pembinaan Pembekalan TNI Angkatan Laut. Hal. 20.
24 Turban, Efraim., Aronson, Jay E., Liang, Ting-Peng., 2005. “Decision Support System and Intelligent System” edisi tujuh jilid 1, penerbit Andi, Yogyakarta.
25 Moore, J.H., dan M. G. Chang., 1980,fall. “Design of Decision Support System.” Data Base, Vol 12, Nos.1 and 2.
digunakan bila semua busur pada jaringanya mempunyai bobot non-negatif Dimyati, 2004.
26
Algoritma Dijkstra juga disebut algoritma Siklis ini memungkinkan sebanyak mungkin
kesempatan sebagaimana yang diperlukan untuk mengevaluasi ulang sebuah node Taha, 1996.
27
Gambar 5.1. Model jaringan Shortest Route Problem Sumber:
Taha, Hamdy A., 1996. “Riset Operasi: Suatu pengantar”
Penerapan sistem yang mengotomasi perencanaan logistik unsur KRI dan bantuan bencana sesuai azas rencana jauh
kedepan, jadwal olah guna, ketelitian, tanggung jawab sosial, perencanaan dan pengendalian terpusat akan berkontribusi
signifikan pada pembinaan logistik di lingkungan TNI AL. Gambar 5.1. Menunjukan teori Shortest Route Problem
dengan algoritma Dijkstra, ketika terlihat terdapat jarak terdekat ke sebuah node telah tercapai, node tersebut
dikeluarkan dari pertimbangan lebih lanjut. Proses ini berakhir ketika node tujuan dievaluasi. Sementara Gambar 5.2.
Menunjukan hasil apabila diaplikasikan dalam sebuah peta, maka unsur KRI yang digunakan pada saat mobilisasi bantuan
bencana akan mendapat rute yang paling efektif dan efisien menuju daerah operasi.
26 Dimyati,Tjutju, T., dan Dimyati, Akhmad, 2004. “Operation Research: Model-model Pengambilan Keputusan.” Sinar Baru Algesindo, Bandung.
27 Taha, Hamdy A., 1996. “Riset Operasi: Suatu pengantar”, jilid I, Edisi kelima, Binarupa Aksara
Gambar 5.2. Hasil CPM berdasarkan rute untuk jaringan logistik di Pangkalan wilayah Timur Indonesia.
Sumber: Hasil olahan sendiri. 2 Sistem informasi perencanaan logistik bantuan penanggulangan bencana.
Perancangan Sistem menggunakan Teori Linear Programming LP. LP
merupakan suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah-masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara
optimal.
28
Dalam pembahasan ini akan menggunakan LP untuk menghitung bekal bantuan bencana yang akan dimobilisasi oleh TNI ke daerah bencana,
adapun bekal bantuan bencana berupa kebutuhan sandang, papan dan kebutuhan bencana lainnya.
Tabel 5.1. Hasil perhitungan Paket Bantuan dengan menggunakan pemrograman linear.
28 Subagyo, Pangestu dkk. 1993. Dasar-dasar Operation Research. Edisi kedua. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.
Tabel 5.1. Merupakan hasil perhitungan pemrograman linear terhadap paket logistik yang berupa sandang pangan dan papan. Sebagai ilustrasi
perhitungan akan dijelaskan sebagai berikut: Apabila diketahui kebutuhan beras untuk 1 orang dewasa adalah 360
gramhari, sedangkan anak-anak membutuhkan beras sebanyak 240 gramhari.
Maka Y = Jumlah beras yang dibutuhkan dalam kg X1 = Jumlah penduduk kategori dewasa laki-laki + perempuan
X2 = Jumlah penduduk kategori anak-anak
Jadi Y = 5 0.36 X1 + 0.24 X2 Y = 1.8X1 + 1.2 X2
3 Sistem informasi logistik bantuan penanggulangan bencana yang
terintegrasi dengan existing sytem. Sistem informasi yang handal adalah sistem informasi yang mampu memuat semua informasi yang dibutuhkan
penggunanya, SIMAK BMN yang merupakan kependekan dari Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara merupakan existing
sytem yang telah berjalan sebagai salah satu instrumen dalam sistem pengendalian internal pemerintah.
Seyogyanya kementerian keuangan dapat meningkatkan kapasitas sistem ini sehingga mampu mendukung sistem logistik nasional dan dapat
digunakan pada tiap tahapan bencana, baik pada saat pra bencana, tanggap darurat bencana maupun pada saat pasca bencana. SIMAK BMN
paling tidak memiliki kemampuan untuk mencatat semua aset yang berguna untuk digunakan pada saat penyelenggaraan penanggulangan bencana.
b. Peningkatan Kapasitas perencanaan pembekalan kesiapan operasi.