stakeholder, penerapan dukungan silang antar stakeholder, dan peningkatan ketahanlamaan bekal unsur KRI dan personelnya dalam
meningkatkan pembinaan pembekalan TNI Angkatan Laut guna meningkatkan efektifitas dukungan logistik TNI dalam rangka keberhasilan
penyelenggaraan penanggulangan bencana”.
3 Strategi – 3. “Meningkatkan Pembinaan Pembekalan Pangkalan
Angkatan Laut guna Pemberdayaan logistik wilayah melalui pemberdayaan logistik yang berasal dari lembaga atau individu pendonor yang ada di
daerah atau wilayah, Pengendalian inventori bekal bantuan yang berasal dari perolehan lain yang sah, dan Peningkatan kecepatan proses distribusi
bekal bantuan di daerah bencana dalam meningkatkan pembinaan pembekalan TNI Angkatan Laut guna meningkatkan efektifitas dukungan
logistik TNI dalam rangka keberhasilan penyelenggaraan penanggulangan bencana”.
c. Upaya. Upaya didefinisikan sebagai cara atau tindakan nyata yang dapat
dilakukan dalam Konsepsi Sistem pembinaan pembekalan TNI AL Guna Efektifitas Dukungan Logistik TNI dalam rangka penyelenggaraan Penanggulangan Bencana,
adapun upaya-upaya yang dilakukan yaitu dengan memanfaatkan peluang dengan menghindari hambatan yang ada yaitu sebagai berikut:
1 Upaya untuk mendukung strategi - 1. Untuk mendukung strategi–1
yaitu dengan membangun sistem informasi pembekalan logistik TNI AL melalui Pembangunan Sistem Pengambilan Keputusan Decission Support
system Logistik yang berbasis Web, Peningkatan Kapasitas perencanaan pembekalan kesiapan operasi, dan Peningkatan kesiapsiagaan bekal unsur
KRI dan kesiapan bekal personel dalam meningkatkan pembinaan pembekalan TNI Angkatan Laut guna meningkatkan efektifitas dukungan
logistik TNI dalam rangka keberhasilan penyelenggaraan penanggulangan bencana, maka dilakukan berbagai upaya sebagai berikut :
a Pemerintah Mengembangkan sistem Informasi yang sudah ada yaitu SIMAK BMN agar dapat mendukung penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Sistem Informasi Ini dapat dirancang untuk dapat menampilkan informasi-informasi yang berkaitan dengan
materiil perbekalan maupun peralatan yang dapat digunakan untuk membantu penyelenggaraan penanggulangan bencana.
b Mabes TNI membangun Sistem Pengambilan Keputusan Decission Support system Logistik berbasis Web, pembangunan sistem
disesuaikan dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik
Nasional. Sistem ini memiliki jaringan di setiap Mabes Angkatan sehingga mampu mendukung pembinaan logistik TNI setiap saat dan
tempat dalam rangka kesiapsiagaan operasi militer. Mabes TNI menyusun Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik TNI sebagai
salah satu strategi dalam membangun daya saing institusi militer serta mendukung pelaksanaan Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI. Cetak biru ini akan menjadi acuan bagi Mabes Angkatan untuk merancang sistem
pembinaan pembekalannya, sehingga diharapkan dapat mendukung kesiapan penyelenggaraan penanggulangan bencana khususnya dan
dapat mendukung operasi militer pada umumnya.
c Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dalam pasal 18 ayat 1
menjelaskan bahwa untuk kesiapsiagaan dalam penyediaan, penyimpanan serta penyaluran logistik dan peralatan ke lokasi
bencana, BNPB dan BPBD membangun sistem manajemen logistik dan peralatan, dan ayat 2 menjelaskan bahwa Pembangunan sistem
manajemen logistik dan peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan untuk mengoptimalkan logistik dan peralatan yang ada
pada masing-masing instansilembaga dalam jejaring kerja BNPB. Dari kedua ayat peraturan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
BNPB telah membangun sistem manajemen logistik untuk mengoptimalkan logistik dan peralatan yang ada pada masing-masing
instansilembaga dalam jejaring. Dalam hal ini Mabes TNI juga harus dapat menselaraskan sistem pembinaan pembekalannya sehingga
sistem yang dimiliki kedua institusi ini dapat terintegrasi dan saling mendukung sehingga dapat mewujudkan sistem logistik nasional
yang handal. Adapun kebutuhan sistem pembinaan pembekalan logistik yang dapat mendukung penyelenggaraan penanggulangan
bencana yaitu:
1 Kemudahan pencatatan recording bekal materiil penyelenggaraan penanggulangan bencana.
2 Kemudahan perhitungan safety stock logistik dalam tahap tanggap darurat bencana.
3 Kemudahan identifikasi bekal bantuan bencana yang berada di satuan pelaksana di lapangan.
4 Kemudahan informasi dalam upaya pemenuhan bekal ulang unsur KRI dimanapun berada.
d Mabes TNI Angkatan Laut membangun Sistem Pengambilan Keputusan Decission Support system pembinaan logistik berbasis
Web, pembangunan sistem disesuaikan dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru
Pengembangan Sistem Logistik Nasional. Sistem ini memiliki jaringan di setiap Satuan kerja terutama di Komando Armada RI beserta
pangkalannya sehingga mampu mendukung pembinaan logistik TNI Angkatan Laut.
e Komando Armada RI membangun Sistem Pengambilan Keputusan Decission Support system pembinaan logistik berbasis Web, sistem
ini memiliki jaringan di seluruh pangkalan-pangkalan dibawah jajarannya. Sistem informasi pembekalan akan dapat meningkatkan
kapasitas perencanaan bekal kesiapan unsur SSAT.
2 Upaya untuk mendukung strategi-2. Untuk mendukung strategi-2
yaitu meningkatkan sinergitas antar
stakeholder Penyelenggara
Penanggulangan Bencana dalam bidang Pembekalan melalui pembentukan sarana koordinasi antara TNI AL dengan para stakeholder, penerapan
dukungan silang antar stakeholder, dan peningkatan ketahanlamaan bekal unsur KRI dan personelnya dalam meningkatkan pembinaan pembekalan
TNI Angkatan Laut guna meningkatkan efektifitas dukungan logistik TNI dalam rangka keberhasilan penyelenggaraan penanggulangan bencana,
maka dilakukan berbagai upaya sebagai berikut : a
Mabes TNI segera membentuk sarana koordinasi dengan para stakeholder berupa latihan-latihan penanggulangan bencana sesuai
amanat Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 3 huruf c. yang menjelaskan bahwa Prinsip-prinsip dalam penanggulangan
bencana haruslah terkoordinasi dan terpadu. Latihan penanggulangan bencana pada tahap pra bencana dikoordinasikan bersama
pemerintah dan pemerintah daerah sesuai amanat Undang-undang RI No. 24 Tahun 2007 Pasal 35 huruf a. dan Peraturan Menteri
pertahanan Nomor 09 Tahun 2011 Pasal 10 nomor 2 yang menjelaskan bahwa dalam tahap pra bencana harus diselenggarakan
tahapan penanggulangan bencana yang meliputi pencegahan mitigasi, koordinasi dan latihan bersama antar instansi terkait, dan
kesiapsiagaan. Peraturan Menteri pertahanan Nomor 09 Tahun 2011 Pasal 9
juga menjelaskan bahwa penanggulangan bencana alam bertujuan untuk menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana alam
secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh. Permenhan Nomor 09 Tahun 2011 Pasal 13 huruf b. Menjelaskan
Mabes TNI sebagai pelaksana operasional melaksanakan koordinasi lintas sektoral di tingkat pusat, sebagai Pembina dan pengguna
kekuatan TNI dalam penyelenggaraan bantuan yang diwujudkan dalam Tri Matra terpadu, dan Pasal 13 huruf c. menjelaskan tentang
pengorganisasian bahwa Angkatan TNI AD, TNI AL, dan TNI AU bertanggung jawab atas penyiapan dan pembinaan satuan dalam
rangka mendukung penyelenggaraan bantuan TNI. b
Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana pada Bab
II menjelaskan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana pada dasarnya terdiri dari tiga tahapan yakni:
1 Pra bencana yang meliputi situasi tidak terjadi bencana
dan situasi terdapat potensi bencana 2
Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana
3 Pascabencana yang dilakukan dalam saat setelah
terjadi bencana namun sampai saat ini TNI maupun TNI AL belum dapat memahami
aturan, kewenangan, rantai komando dalam hal penanggulangan bencana. Seyogyanya BNPB menerbitkan prosedur tetap Protap
ataupun Prosedur operasi Standar sehingga dapat memudahkan koordinasi sesuai bidang, di sisi lain TNI AL harus membuat peraturan
pelibatan yang mengacu pada Perka BNPB khususnya dalam bidang logistik sesuai Perencanaan Operasi RO BNPBBPBD.
c Mabes TNI segera menyempurnakan kebijakan pembinaan logistik TNI dengan pendekatan dukungan silang antar stakeholder sesuai
amanat Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 7 nomor 1 huruf b. yang menjelaskan bahwa pemerintah memiliki kewenangan
untuk menyusun kebijakan perencanaan penanggulangan bencana, dasar hukum ini menjadi landasan TNI untuk memasukkan unsur-
unsur kebijakan logistik sesuai tugas pokok yang dimiliki. d Amanat Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 36 nomor 4
huruf e. dan f. Menjelaskan bahwa perencanaan penanggulangan bencana meliputi penentuan mekanisme kesiapan dan
penanggulangan dampak bencana serta melaksanakan alokasi tugas, kewenangan, dari sumber daya yang tersedia. Mekanisme kesiapan
diarahkan kepada kesiapan bekal bantuan penanggulangan bencana, dan alokasi tugas diarahkan kepada para stakeholder penyelenggara
penanggulangan bencana agar dapat memobilisasi bekal bantuan secara cepat, tepat, dan efektif, dalam hal ini Mabesal maupun Mabes
Angkatan lainnya dapat mengaktualisasikan dukungan silang antar stakeholder.
e Apabila koordinasi antar stakeholder penyelenggara penanggulangan bencana telah sinergis maka Pemerintah dan pemerintah daerah
dapat melakukan penyelarasan kepada setiap pelaku penanggulangan bencana untuk melaksanakan perencanaan
penanggulangan bencana sesuai amanat Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 36 nomor 6. Pemerintah dan pemerintah
daerah dapat melakukan penyelarasan yang mendukung Komando Armada RI untuk meningkatkan ketahanlamaan bekal unsur KRI dan
personel pengawaknya, salah satu realisasinya adalah adanya Mou antara TNI Angkatan laut dengan Pertamina untuk mendukung Unsur
KRI di Laut
3 Upaya untuk mendukung strategi - 3. Untuk mendukung strategi-3
yaitu meningkatkan Pembinaan Pembekalan Pangkalan Angkatan Laut guna Pemberdayaan logistik wilayah melalui pemberdayaan logistik yang berasal
dari lembaga atau individu pendonor yang ada di daerah atau wilayah, Pengendalian inventori bekal bantuan yang berasal dari perolehan lain yang
sah, dan Peningkatan kecepatan proses distribusi bekal bantuan di daerah bencana dalam meningkatkan pembinaan pembekalan TNI Angkatan Laut
guna meningkatkan efektifitas dukungan logistik TNI dalam rangka keberhasilan penyelenggaraan penanggulangan bencana, maka dilakukan
berbagai upaya sebagai berikut : a
Pangkalan TNI Angkatan Laut harus melaksanakan pemberdayaan logistik kewilayahan, kegiatan ini didasari oleh
Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 26 pasal 27 yang menjelaskan bahwa setiap orang berhak berperan serta dalam
perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program penyediaan bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial,
mereka berkewajiban untuk menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan,
dan kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta melakukan kegiatan penanggulangan bencana. Individu-individu yang akan berperan
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana harus dapat diwadahi oleh TNI Angkatan laut. individu-individu sukarelawan
berpotensi untuk memberikan sejumlah dana maupun barang, maka TNI harus dapat mengakomodir hak masyarakat tersebut sesuai
aturan keuangan maupun perbendaharaan yang berlaku yaitu dianggap sebagai hibah. Terlebih lagi apabila ada negara donor atau
NGO yang akan memberikan bantuan sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2007 pasal 28 dan 29. Salah
satu wujud nyata yaitu membentuk MoU dengan Bank pemerintah dan pemerintah daerah setempat untuk menerima dan mengelola
dana Corporate social rensponse CSR alokasi bencana alam.
b Pangkalan TNI AL harus dapat melaksanakan pengendalian
inventori bantuan bekal yang dikelolanya, baik yang berasal dari anggaran negara maupun dari individu-individu sukarelawan.
Permenhan Nomor 09 Tahun 2011 Pasal 12 nomor 1 menjelaskan bahwa Perencanaan, meliputi kegiatan penjabaran kebijakan,
penyusunan rencana dan program serta pengesahan program bantuan TNI, dan nomor 2 Persiapan meliputi kegiatan inventarisasi
Sumber Daya Manusia TNI, perlengkapanAlutsista, dukungan administrasi dan logistik serta latihan pendahuluan. Fungsi
pengendalian inventori juga harus dapat diarahkan untuk dapat mengelola sumber daya manusia TNI dan alutsista yang digunakan
pada saat penyelenggaraan penanggulangan bencana. Selain pengendalian inventori, TNI AL dapat mengelola bekal yang
berasal dari perolehan lain yang sah. Hal ini untuk dapat mengakomodir bekal bantuan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana yang berpola hibah yang berasal dari masyarakat, lembaga non pemerintah, dan pemerintah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana pasal 1 no.6.
maka dapat diterapkan aturan keuangan pengelolaan hibah. Hibah ini dapat berupa barang maupun uang yang selanjutnya dapat dibuat
sistem pembukuan materiil perbekalan dan dilaporkan secara berjenjang sesuai dengan Peraturan Kepala Staf Angkatan Laut
Nomor Perkasal103XII2010 Tanggal 31 Desember 2010 tentang Buku Petunjuk Administrasi Pembinaan Pembekalan TNI Angkatan
Laut. c
Pangkalan TNI AL harus dapat meningkatkan kemampuan penguasaan proses distribusi bekal bantuan di daerah bencana. Hal
ini merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam pembinaan logistik kewilayahan, dimana proses distribusi bekal bantuan yang cepat dan
tepat akan dapat mendukung penyelenggaraan penanggulangan bencana secara optimal. Perwujudan dari upaya ini yaitu dengan
adanya: 1 PetaData Logistik pangan dan nonpangan
2 PetaData Personil 3 PetaData bantuan
4 PetaData Kebutuhan 5 PetaData Peralatan
BAB VII PENUTUP
28. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan tentang konsepsi pembinaan pembekalan