43 dari dinding 15 -20 cm, dan jarak tumpukan karung dari
plafon minimum 100 cm.
4.6.2 Proses Produksi Sekunder Hilir
Proses produksi sekunder yaitu tahapan proses pengolahan biji kakao hingga menjadi produk olahan cokelat
yang siap untuk dipasarkan. Diagram alir proses produksi sekunder kakao dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tahapan pada proses pengolahan sekunder meliputi : a. Persiapan Bahan baku
Biji kakao yang telah melewati proses pengolahan primer selanjutnya akan diolah menjdi produk makanan cokelat. Biji
kakao yang telah disortasi diambil dari gudang dan dimasukkan kedalam silo, biji yang dimasukkn haruslah
memiliki kelas yang sama apabila biji yang akan dimasukkan kedalam silo adalah kelas AA maka semua biji yang
dimasukkn harus biji dengan kelas AA semua. Silo merupakan tempat penampung biji kakao yang akan diolah
lebih lanjut menjadi cokelat.
b. Steaming Steaming adalah proses pengukusan menggunakan mesin
steamer dengan kayu bakar selama 30 menit dengan kapasitas 50 kg. Mesin tersebut membutuhkan 224 liter.
Pengukusan sebelum roasting bertujuan untuk mengurangi jumlah mikroba awal dan juga menghilangkan kotoran.
Setelah dikukus didinginkan terlebih dahulu. Biji langsung dibawa untuk disangrai, jika kembali disimpan biji justru akan
rentan serangan kapang dan bakteri.
c. Proses Penyangraian Biji Kakao Setelah dilakukan proses steaming, kemudian dilakukan
penyangraian biji kakao dengan menggunakan alat sangrai bernama
Roaster. Roaster
yang digunakan
dalam pengolahan cokelat di Puslitkoka ini berkapasitas 10 kgbatch
dengan suhu yang digunakan 120
o
C. Waktu penyangraian biji kakao kurang lebih 30 menit. Setelah disangrai biji
44 dibiarkan dingin selama 10 menit sampai 15 menit untuk
mempermudah proses selanjutnya. Tujuan dari penyangraian adalah mengembangkan cita rasa dan aroma khas cokelat,
menurunkan
kadar air,
mematikan mikroba,
menggelembungkan kulit biji hingga mudah dipisahkan dari nib Daging Biji, dan membuat nib lebih renyah sehingga
memudahkan penghancuran dan penghalusan Wahyudi dan Yusianto, 2008.
d. Proses Pemisahan kulit biji dan penghalusan Proses pemisahan daging biji nib dari kulit menggunakan
mesin desheller dengan kapasitas 25kgjam dan mencatat berat nib dan kulit yang terpisahkan pada form pemisah kulit.
Prinsip kerja dari mesin desheller ini menggunakan gaya gravitasi. Jadi biji yang sudah dikupas kemudian akan jatuh
ke wadah penampung biji kakao yang sudah dikupas, sedangkan kulit arinya yang ringan akan diterbangkan oleh
blower ke atas hingga masuk ke dalam penampungan kulit ari. Proses pengupasan ini bertujuan untuk memisahkan dan
membersihkan biji kakao dari kulit arinya. Hasilnya biji kakao dapat langsung diproses di penggilingan awal, sedangkan
untuk kulit arinya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Nib dihaluskan dengan mesin grinder sehingga didapatkan
produk pasta dengan berat akhir sesuai dengan berat nib pada proses pemisahan nib dengan kulit.
e. Proses Pemastaan Pemastaan mengubah bentuk biji kakao menjadi bentuk
pasta cokelat. Ketika dilakukkan penggilingan minyak yang terdapat dalam biji keluar sehingga hasil penggilingan
berbentuk pasta. Proses ini juga dapat melelehkan minyak dalam biji kakao tersebut, suhu pelelehan lemak yang
terdapat di dalam biji kakao dengan titik leleh sebesar 31
– 32
o
C dan titik cair lemaknya 35
o
C. Pasta kakao dipisahkan lemaknya untuk mendapatkan bungkil kakao menggunakan
mesin pengempa dan mencatat berat pasta yang akan dikempa, berat bungkil dan lemak yang terpisahkan pada
form pemisahan lemak. Kandungan lemak yang terdapat
45 dalam satu biji kakao sebesar 50-54. Alat penggiling yang
dimiliki oleh Puslitkoka ada dua macam yaitu yang berkapasitas 25kgjam dan 60kgjam dengan suhu yang
dihasilkan 35
C – 70
C. Mesin penggiling ini memiliki ulir berbentuk pisau, didalam silinder penggiling bergesekan
dengan grinder yang mengakibatkan peningkatan suhu yang melelehkan lemak sehingga hasil penggilingan berbentuk
pasta. Sifat fisik dari pasta kakao di Puslitkoka memiliki warna yang cokelat pekat, berasa pahit, dan memiliki flavor
khas cokelat. Pasta kakao di Puslitkoka memiliki karakteristik fisik 31
-
32 C meleleh, 35
C mencair dan dibawah 20 C
merapuh dengan ukuran partikel 300 – 400 mikron.
f. Pengempaan Pengempaan merupakan pemberian tekanan pada pasta
kakao sehingga lemak yang ada pada pasta terpisah sehingga dari pengempaan ini dihasilkan lemak kakao dan
bungkil kakao. Rendemen pengempaan sangat dipengaruhi oleh kondisi pasta seperti suhu, kadar air, ukuran partikel,
dan tekanan kempa. Pasta disimpan dalam kantong yang berbahan kain per 500 atau 750 gram. Saat dikempa nanti,
minyak akan keluar dari pori-pori dalam kain, dan yang tertinggal dalam kantong adalah bungkil kakao.
g. Proses Penghancuran bungkil Bungkil kakao dibubukkan menggunakan mesin penghancur
bungkil dan mencatat berat awal dan akhir pasca penghalusan pada form penghancuran bungkil. Bungkil yang
akan dibubukkan didinginkan di tempering terlebih dahulu pada suhu ±15°C.
h. Penghalusan bungkil Padatan bungkil dipecahkan terlebih dahulu menggunakan
pemecah bungkil menjadi kepingan besar bungkil. Baru kemudian dipecah menjadi kepingan kecil. Padatan bungkil
lalu dihaluskan dengan alat penghalus. Keberadaan senyawa lemak dalam bungkil sangat berpengaruh pada kinerja dan
hasil penghalusan bungkil. Dengan kandungan lemak yang relatif masih tinggi 10-22, bungkil hanya bisa dilembutkan
46 dengan cara cermat. Kandungan lemak kakao yang
dihasilkan dari proses pengempaan sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel pasta, suhu dan lama pengempaan. Proses
pembubukan akan lebih optimal hasilnya apabila dilakukan di tempat atau ruangan yang dingin ±25°C, karena asam lemak
kakao tidak akan mencair ke permukaan padatan bubuk dan bubuk terasa lebih kering atau tidak berminyak.
i. Proses Pengayakan dan Pencampuran Setelah penghancuran bungkil, bubuk kakao dibubukkan
menggunakan mesin pengayak tipe getar dan mencatat bubuk halus dan bubuk kasar yang didapatkan pada form
pengayakan bubuk. Bubuk yang masih kasar tertinggal di atas ayakan 120 Mesh digiling lagi sampai halus, sedang
bubuk halus yang lolos ayakan merupakan produk yang siap jual. Untuk membuat variasi jenis produk, bubuk cokelat
halus dapat juga dicampur susu, gula dan bahan lain sebagai penyedap Vanilla dengan proporsi tertentu sesuai kesukaan
pasar. Proses pencampuran bahan-bahan tersebut dilakukan pada mesin pencampur.
j. Tempering Sebelum dicetak, adonan cokelat siap cetak harus melewati
proses tempering atau penyimpanan adonan dalam ruangan dengan kondisi suhu dan waktu tertentu. Pada tahap awal
ruang tempering dipanaskan secara perlahan sehingga suhu adonan cokelat meningkat dari suhu 33
o
C menjadi 48
o
C selama lebih kurang 10-12 menit. Pada tahap ini seluruh
kristal lemak di dalam adonan diharapkan mencair. Setelah itu diikuti proses pendinginan awal, suhu adonan diturunkan
secara perlahan dari 48
o
C menjadi 33
o
C. Pada tahap ini kristal lemak belum terbentuk sehingga suhu adonan perlu
diturunkan lanjut sampai 26
o
C. Adonan perlu dipanaskan ulang sampai suhu 33
o
C saat adonan akan dituang ke cetakan dengan bentuk yang beraneka ragam.
k. Pencetakan Pencetakan merupakan hal yang penting untuk membentuk
ukuran dan bentuk permen cokelat yang diinginkan. Permen
47 cokelat yang akan dicetak harus memiliki suhu sekitar 26
-
33 C. Formula permen cokelat yang akan dicetak dimasukan
dalam wadah yang terdapat pada mesin, lalu terdapat keran yang berfungsi mengatur keluar masuknya formula dalam
jumlah yang diingkan. Cetakan permen cokelat berbahan dasar mika tebal seperti cetakan ice cube. Cetakan diletakan
di meja getar yang berfungsi agar cokelat merata dengan prinsip getaran. Cetakan yang terdapat di Puslitkoka memiliki
berbagai macam bentuk mulai dari segitiga, trapesium, pralin dan cetakan untuk permen premium. Saat melakukan
pencetakan harus diruangan yang menggunakan AC dengan tujuan untuk menjaga suhu dari permen cokelat agar tetap
dingin karena apabila suhu panas cokelat akan meleleh. Proses pencetakan yang bervariasi disesuaikan dengan
persediaan jenis permen cokelat dipasaran. Setelah pencetakan selesai, permen cokelat segera dimasukan ke
lemari pendingin dengan suhu 10
– 15 C selama kurang
lebih 45 menit – 60 menit dengan tujuan untuk membentuk
tekstur cokelat menyerupai cetakan. l. Pengemasan
Pengemasan bertujuan untuk mempertahankan aroma, citarasa, dan sekaligus penampilan produk-produk makanan
cokelat selama diangkut, dijajakan dan disimpan. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keawetan makanan
cokelat adalah suhu lingkungan, kelembaban dan kandungan oksigen di dalam. Kemasan yang digunakan untuk permen
cokelat Puslitkoka terdiri dari kemasan primer, sekunder dan tersier. Kemasan primer berbahan dasar alumunium foil
dengan ketebalan 0,07 mm. Pemilihan alumunium foil digunakan sebagai kemasan primer karena alumunium foil
adalah food grade, tidak terdapat uap air dan memiliki porositas yang kecil. Setelah dikemas dengan alumunium foil
selanjutnya adalah melakukan proses sealing.
48
4.7 Pengendalian Mutu 4.7.1 Pengendalian Mutu Bahan Baku