Bahan Baku LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG.pdf

34 Water bath digunakan untuk menyimpan lemak kakao agar tetap dalam keadaan cair. Suhu dalam water bath diatur 105 o C. 22. Freezer Freezer digunakan untuk menyimpan bungkil kakao dan lemak kakao. Di Puslitkoka terdapat 2 freezer yang digunakan. 23. Timbangan Duduk Gambar 4.23. Timbangan Duduk Timbangan duduk digunakan untuk menimbang biji kakao sebelum di sangrai dan nib hasil pemisahan kulit. Kapasitas maksimal adalah 25 kg. Di Puslitkoka terdapat 2 timbangan duduk yang digunakan.

4.5 Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam pengolahan kopi dan kakao adalah biji kopi dan biji kakao sendiri. Bahan baku di peroleh dari kebun Puslitkoka dan dari supplier. Ciri-ciri biji kakao dan kakao yang baik memiliki standar. Standar untuk biji kakao yang penting yaitu memiliki kadar air maksimal 7,5. Bahan baku utama untuk semua produk olahan cokelat yaitu biji kakao. Biji kakao yang digunakan di Puslitkoka ada yang diperoleh dari kebun sendiri dan ada yang membeli dari supplier kakao dari daerah lain. Biji kakao yang diperoleh dari kebun sendiri adalah biji kakao Kaliwining-Jember dan biji kakao Sumberasin-Malang. Jenis biji kakao yang diperoleh dari kebun 35 sendiri yaitu jenis kakao mulia Fine cocoaF. Biji kakao mulia merupakan biji kakao yang berasal dari tanaman kakao jenis Criolo dan Trinitario serta hasil persilangan. Sedangkan biji kakao dari supplier yaitu biji kakao Glenmore-Banyuwangi, biji kakao Blitar Baru-Blitar, biji kakao Kencong, dan biji kakao Trebasala. Harga dari biji kakao yang berasal dari supplier ditentukan oleh pihak Puslitkoka berdasarkan analisa persyaratan umum. Misalnya jika biji kakao yang dibeli dari supplier kadar airnya tidak memenuhi standar yaitu maksimal 7,5 maka harga kakao yang dibeli akan semakin murah, karena masih akan dilakukan perulangan proses pengeringan terhadap biji kakao. Sebaliknya jika bahan baku memenuhi persyaratan maka harga akan semakin tinggi. Biji kakao yang digunakan oleh Puslitkoka mengacu kepada beberapa syarat mutu yang sudah ber-SNI. Persyaratan atau ketentuan yang digunakan untuk menentukan mutu biji kakao di Indonesia tertuang dalam SNI 2323-2008 BSN, 2008. SNI mengatur penggolongan mutu biji kakao kering maupun persyaratan umum dan khususnya guna menjaga konsistensi mutu biji kakao yang dihasilkan. Pemberlakuan aturan SNI kakao, oleh pemerintah juga disertai dukungan program Gerakan Nasional Gernas 10 Kakao untuk peremajaan di sistem produksibudidayanya hingga tahun 2014. Hal ini disebabkan kualitas biji kakao kering yang dihasilkan tidak dapat lepas dari kualitas buah dan tanaman kakaonya. Biji kakao kering menurut persyaratan mutunya, terbagi menjadi 3 kelas, yaitu mutu kelas I, II, dan III, dengan ketentuan telah memenuhi persyaratan umum dan khusus. Persyaratan umum biji kakao dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan persyaratan khusus biji kakao kering dapat dilihat pada Tabel 4.5. 36 Tabel 4.4 Persyaratan Umum No Parameter Uji Satuan Persyaratan

1. Serangga hidup

- Tidak ada

2. Kadar air

fraksi massa Maks. 7,5

3. Biji berbau asap atau

abnormal dan atau berbau asing - Tidak ada

4. Kadar benda-benda asing

- Tidak ada Sumber: SNI 2323: 2008 Tabel 4.5 Persyaratan Khusus Jenis Mutu Persyaratan Kakao Mulia Fine Cocoa Kakao Lindak Bulk Cocoa Kadar biji berjamu r bijibiji Kadar biji salty bijibiji Kadar biji berseran gga bijibiji Kadar kotoran waste bijibiji Kadar biji berkeca mbah bijibiji I – F I – B Maks. 2 Maks. 3 Maks. 1 Maks 1,5 Maks. 2 II – F II – B Maks. 4 Maks. 8 Maks. 2 Maks. 2 Maks. 3 III – F III – B Maks. 4 Maks. 20 Maks. 2 Maks. 3 Maks. 3 Sumber: SNI 2323: 2008 Persyaratan kualitas biji kakao kering juga ditentukan berdasarkan penggolongan biji kakao menurut ukuran berat bijinya per 100 gram. Penggolongan ini terbagi menjadi lima 5 kelas yang dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Persyaratan Kualitas Biji Kakao Berdasarkan Ukuran Biji Ukuran Biji AA A B C D Jumlah biji100gr Maks. 85 86-100 101-110 111-120 120 Sumber: SNI 2323: 2008 37 Berdasarkan persyaratan SNI 2323-2008 umum, khusus dan golongan berat diatas, maka biji kakao kering hasil olahan petani dapat ditentukan kelas dan mutunya yang dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Kadar Biji Kakao Cacat No Parameter Uji Persyaratan Mutu I Mutu II Mutu III

1. Kadar Biji Berjamur

2 4 4 2. Kadar Biji tidak fermentasi 3 8 20

3. Kadar Biji berserangga

1 2 2

4. Kadar Kotoran Waste

1,5 2 3

5. Kadar Biji berkecambah

2 3 3 Sumber: SNI 2323: 2008 Biji cacat adalah biji yang berjamur, biji slaty biji tidak terfermentasi, biji berserangga, biji pipih waste, biji berkecambah. Untuk menentukan biji cacat ini biji kakao dibelah tepat di bagian tengah, arah memanjang dari keping biji, permukaan biji yang terbelah dapat dilihat dengan jelas untuk kadar dari masing-masing biji cacat. Apabila pada suatu biji terdapat lebih dari pada satu jenis cacat, maka biji tersebut dianggap mempunyai jenis cacat yang terberat sesuai dengan tingkat resiko yang ditimbulkan, tingkatan tersebut jamur, serangga, kecambah, dan biji yang slaty. Klasifikasi atau penggolongan mutu biji kakao kering menurut SNI 2323-2008 terbagi menjadi tiga, yaitu menurut jenis tanaman, jenis mutu dan ukuran berat biji per 100 gram. Menurut jenis tanaman kakao, biji kakao digolongkan menjadi dua, yaitu biji mulia biji kakao yang berasal dari tanaman kakao jenis Criolo atau Trinitario serta hasil persilangannya dan biji kakao lindak biji kakao yang berasal dari tanaman kakao jenis Forastero BSN, 2008. 38

4.6 Proses Produksi