Nitrit NO Nitrat NO Amonia NH Orthofosfat

oksigen pada stadia dini umumnya lebih tinggi daripada stadia lanjut. Menurut Effendie 2003 kadar oksigen terlarut di perairan yang ideal bagi pertumbuhan ikan adala h 5 mgl.

2.4.2.3 BOD Biochemical Oxygen Demand

BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik. Lee et al. 1978 in Rostalina 1994 mengklasifikasikan pencemaran perairan berdasarkan kandungan BOD 5 seperti pada tabel berikut. Tabel 1. Klasifikasi kualitas perairan mengalir berdasarkan BOD 5 Nilai BOD 5 mgl Kualitas air 3,0 Tidak tercemar 3,0 – 4,9 Tercamar ringan 5,0 – 15,0 Tercemar sedang 15,0 Tercemar berat Semakin banyak bahan organik dalam perairan, maka semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme untuk menguraikannya. Dengan demikian BOD dapat dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran bahan organik di suatu perairan.

2.4.2.4 Nitrit NO

2 Nitrit NO 2 di perairan alami biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologi perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut sangat rendah. Kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mgl dapat bersifat toksik bagi organisme perairan yang sangat sensitif Moore, 1991 in Effendi, 2003.

2.4.2.5 Nitrat NO

3 Nitrat NO 3 adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Menurut Effendi 2003 nitrat tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Pada perairan alami kadar nitrat hampir tid ak pernah lebih dari 0,1 mgl. Kadar nitrat yang lebih dari 0,2 mgl dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi pengayaan perairan, yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat blooming.

2.4.2.6 Amonia NH

3 Amonia NH 3 dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Sumber amonia di perairan adalah hasil pemecahan nitrogen organik protein dan urea dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, berasal dari dekomposisi bahan organik tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati yang dilakukan oleh mikroba dan jamur. Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mgl. Kadar ammonia bebas melebihi 0,2 mgl bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan. Kadar ammonia yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri, dan limpasan run -off pupuk pada pertanian Effendi, 2003.

2.4.2.7 Orthofosfat

Fosfor merupakan suatu elemen penting dalam aktifitas biologi suatu organisme. Konsentrasi fosfor ditentukan oleh proses dekomposisi, run off, pelapukan batuan, pupuk buatan, serta buangan domestik dan detergen Boyd, 1990 in Effendi, 2003. Fosfor dalam air terdapat dalam bentuk senyawa anorganik orthofosfat, metafosfat, dan polifosfat dan senyawa organik yang terdapat dalam tubuh organisme maupun sisa organisme. Bentuk senyawa fosfor yang dapat langsung dimanfaatkan oleh organisme nabati bakteri, fitoplankton, dan makrofita adalah orthofosfat Hariyadi et al., 1992. Berdasarkan kadar orthofosfat, perairan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu perairan oligotrofik yang memiliki kadar orthofosfat 0,003 – 0,01 mgl, perairan mesotrofik yang memiliki kadar orthofosfat 0,011 – 0,03 mgl, dan perairan eutrofik yang memiliki kadar orthofosfat 0,031 – 0,1 mgl Vollenweider in Wetzel, 1975 in Effendi, 2003.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Kondisi umum daerah penelitian

Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai besar di Jawa Barat dengan letak geografis pada koordinat 106°46’30” sampai 107°00’30” BT serta 6°36’30” sampai 6°46’30”LS Sabri, 2004. Sungai ini berhulu di Gunung Mandalawangi, mengalir melalui Kabupaten dan Kotamadya Bogor, DKI Jakarta dan bermuara di Teluk Jakarta. Panjang keselu ruhan sungai Ciliwung ± 130 km. Sungai tersebut mengalir dari arah selatan ke utara dengan tiga buah anak sungai, yaitu: Cisarua, Cisukabirus, dan Ciesek Sanusi, et al, 1981; Sabri, 2004. Bagian hulu sungai Ciliwung merupakan pegunungan dan terleta k pada ketinggian 300-3000 m di atas permukaan laut dengan luas 149 km ² atau 14.876 ha Pawitan, 1989. Sungai Ciliwung me mpunyai topografi yang bervariasi dari mulai lereng datar hingga sangat curam Anonimus, 1992. Sungai Ciliwung bagian hulu berawal di Desa Tugu dan mengalir sampai Kecamatan Bogor Timur dengan ciri sungai pegunungan yang berarus deras, banyak tebing curam dan dengan dasar batu, pasir dan kerikil. Batu-batu tersebut ada yang tersusun secara alami membentuk semacam tanggul, bendung, atau lubuk di bagian tepi sungai. Anak-anak sungai di bagian hulu ini juga berciri sungai pegunungan dengan air yang mengalir deras Pawitan, 1989. Debit sungai di hulu DAS Ciliwung jauh berbeda antara musim hujan dan musim kemarau. Ketinggian muka air tanahnya bervariasi antara 3-6 sampai 4-11 meter masing-masing pada musim hujan dan kemarau Pawitan, 1989. Ciri penting sifat hujan di kawasan DAS Ciliwung hulu adalah intensitasnya tinggi, terjadi pada waktu singkat dalam sebaran ruang yang sempit. Hujan biasanya turun pada siang hari menjelang malam yaitu sekitar 60-80 terjadi antara pukul 14.00-21.00 Anominus, 1992. Curah hujan tahunan di daerah hulu antara 3.500-7000 mm pertahun dan tidak terdapat bulan kering. Musim hujan terjadi antara bulan Oktober sampai dengan bulan April, sedangkan musim kemarau antara bulan Juni sampai dengan bulan September. Pemanfaatan DAS Ciliwung sudah jauh sampai ke hulu. Penggunaan lahan di DAS Ciliwung bagian hulu banyak untuk tegalan, sawah, pemukiman, dan