Faktor kondisi Nisbah kelamin Tingkat kematangan gonad TKG

Indocina, Singapura, Philipina, Malaka, dan perairan Indonesia. Penyebaran ikan beunteur di perairan Indonesia meliputi Selat Sunda, Bali, Lombok, Sumatra, Nias, Jawa, Kalimantan, Bangka, dan Belitung Weber dan de Beaufort, 1931 dan Kottelat et al., 1993.

2.3 Aspek reproduksi

Reproduksi pada ikan merupakan suatu tahapan penting dalam siklus hidupnya untuk menjamin kelangsungan hidup suatu spesies. Sjafei et al. 1992 menyatakan bahwa pada umumnya proses reproduksi pada ikan dapat dibagi dalam tiga per iode yaitu periode pre-spawning, periode spawning, dan periode post-spawning. Pada periode pre-spawning, berlangsung penyiapan gonad untuk menghasilkan telur dan sperma, peningkatan kematangan gonad dan penyiapan telur dan sperma yang akan dikeluarkan. Periode pre -spawning merupakan bagian dari proses reproduksi yang paling panjang dibandingkan dengan periode lainnya. Periode spawning pada ikan adalah proses pengeluaran telur dan sperma dan pembuahan telur oleh sperma. Pada umumnya periode spawning berlangsung dalam waktu singkat, se dangkan pada periode post-spawning terjadi perkembangan telur yang telah dibuahi, penetasan telur dan pembesaran dari telur menjadi embrio, larva sampai menjadi anak ikan. Dalam periode post-spawning diperlukan faktor -faktor yang mendukung keberlangsungan hidupnya antara lain, makanan yang cukup dan kondisi perairan yang baik. Menurut Nikolsky 1963 aspek-aspek reproduksi berupa faktor kondisi, nisbah kelamin, ukuran ikan pertama kali matang gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas, dan diameter telur penting diketahui untuk kepentingan pengelolaan perikanan dan kelestarian spesies.

2.3.1 Faktor kondisi

Menurut Lagler 1961 in Effendie 1979 faktor kondisi merupakan keadaan atau kemontokkan ikan yang dinyatakan dalam angka -angka berdasarkan pada data panjang dan berat. Faktor kondis i menunjukkan keadaan ikan dilihat dari kapasitas fisik untuk kelangsungan hidup dan reproduksi dan dari segi komersil berupa kualitas dan kuantitas daging ikan untuk dikonsumsi. Effendie 1979 menyimpulkan bahwa nilai faktor kondisi suatu jenis ikan dipengaruhi oleh umur, makanan, jenis ke lamin, dan tingkat kematangan gonad TKG. Tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali akan menyebabkan terjadinya penurunan kecepatan pertumbuhan karena sebagian dari makanan digunakan untuk perkembangan gonad. Menurut Lumbanbatu 1979 in Saepudin 1999 nilai faktor kodisi dapat dipengaruhi oleh aktifitas pemijahan atau kepadatan ikan di suatu perairan.

2.3.2 Nisbah kelamin

Nisbah kelamin merupakan perbandingan jumlah ikan jantan dan betina dalam suatu populasi, perbandingan 1:1 merupakan kondisi yang ideal Bal dan Rao, 1984. Dari segi tingkah laku pemijahan, Nikolskii 1969 menyatakan bahwa perbandingan kelamin dapat berubah menjelang dan selama pemijahan. Pada ikan yang melakukan ruaya untuk memijah terjadi perubahan nisbah kelamin secara teratur. Pada awalnya ikan jantan dominan daripada ikan betina, kemudian nisbah kelamin berubah menjadi 1:1 diakhiri dengan dominasi ikan betina.

2.3.3 Tingkat kematangan gonad TKG

Tingkat kematangan gonad TKG adalah tahap perkembangan gonad dari sebelum sampai sesudah ikan memijah Effendie, 1979. Menurut Lagler et al. 1977 secara garis besar perkembangan gonad dibagi atas dua tahap, yaitu tahap pertumbuhan gonad hingga mencapai dewasa kelamin dan tahap pematangan gonad. Tahap pertama dimulai sejak ikan menetas hingga mencapai dewasa kelamin. Tahap kedua merupakan tahap pematangan seksual dan terus berlangsung selama fungsi reproduksi berjalan dengan baik. Dalam proses reproduksi, perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari proses produksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad Effendie, 1997. Berat gonad akan maksimal waktu ikan berpijah, kemudian akan menurun secara cepat dengan berlangsungnya musim pemijahan hingga selesai Effendie, 1979. Perkembangan gonad tersebut dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi perbedaan spesies, umur dan ukuran ikan serta sifat- sifat fisiologis masing-masing individu. Sedangkan faktor luar adalah suhu, makanan, dan arus perairan Lagler et al., 1977. Effendie 1997 menyatakan dalam biologi perikanan, pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan gonad ini juga akan didapatkan keterangan kapan ikan itu memijah, baru memijah, atau sudah selesai memijah. Menurut Inger dan Chin 1962 ukuran pertama kali matang gonad ikan beunteur Puntius binotatus jantan dan betina masing-masing adalah 73 mm dan 66,2 mm, sedangkan menurut Lumbanbatu 1979 in Saepudin 1999 ukuran pertama kali matang gonad ikan beunteur jantan dan betina masing-masing adalah 61 mm dan 63 mm.

2.3.4 Indeks kematangan gonad IKG