TKG Gambar 16. Indeks kematangan gonad rata-rata pada ikan beunteur Puntius
binotatus jantan dan betina setiap TKG. Indeks kematangan gonad IKG berdasarkan waktu pengambilan sample,
memiliki nilai yang menurun untuk ikan jantan dan berfluktuasi untuk ikan betina Gambar 17; Lampiran 9C. Nilai IKG pada ikan jantan berkisar antara 1,49-
2,19 dan ikan betina berkisar 6,37-7,69. Rata -rata IKG pada ikan jantan tertinggi pada akhir bulan Juni dan terendah pada akhir bulan Agustus , sedangkan
untuk ikan betina rata-rata IKG tertinggi pada akhir bulan Juli dan terendah pa da akhir bulan Agustus .
Waktu pengambilan sample Gambar 17. Indeks kematangan gonad IK G rata-rata pada ikan beunteur
Puntius binotatus jantan dan betina setiap waktu pengambilan sample Keterangan: 1=Akhir Juni, 2=Awal Juli, 3=Akhir Juli,
4=Awal Agustus.
4.2.4.5 Fekunditas
Fekunditas ikan beunteur dihitung dari 80 ekor yang terdiri dari 40 ekor ikan TKG III dan 40 ekor ikan TKG IV. Fekunditas berkisar antara 168-10.858
Betina n = 87
2 4
6 8
10 12
1 2
3 4
Jantan n = 100
0.5 1
1.5 2
2.5 3
1 2
3 4
IKG Jantan n = 100
0.5 1
1.5 2
2.5 3
I II
III IV
IKG Betina n = 87
2 4
6 8
10
I II
III IV
butir. Fekunditas maksimum dijumpai pada ukuran panjang total 107 mm dengan berat tubuh 17,93 gr dan berat gonad 0,29 gr, sedangkan fekunditas terendah
ditemukan pada ukuran panjang total 52 mm dengan berat tubuh 2,41 gr dan berat gonad 0,03 Gambar 18; Lampiran 10. Rata-rata fekunditas ikan beunteur
sebesar 2588 butir. Nilai tersebut menyatakan bahwa ikan beunteur di bagian hulu DAS Ciliwung memiliki fekunditas yang lebih tinggi dibandingkan
fekunditas ikan beunteur di Situ Cigudeg. Menurut Saepudin 1999 ikan beunteur di Situ Cigudeg dengan ukuran panjang antara 47-97 mm da n berat
antara 1,5-10,7 gr memiliki fekunditas antara 901-7.957 butir. Perbedaan ini diduga berkaitan dengan kondisi lingkungan perairan dan ketersediaan makanan.
Dalam Effendie 1997 dijelas kan bahwa fekunditas suatu spesies ikan berkaitan erat dengan lingkungannya. Fekunditas dari suatu spesies ikan akan berubah bila
keadaan lingkungan berubah. Perubahan ini berkaitan dengan kelimpahan makanan dan kepadatan populasi ikan dalam lingkungan tersebut Wootton, 1979
dan Effendie, 1997. Hubungan fekunditas dengan panjang total mm mempunyai nilai korelasi
sebesar r = 0,75, yang menunjukkan bahwa hubungan antara fekunditas dengan panjang total adalah erat. Dari Gambar 18, terlihat bahwa dengan bertambahnya
panjang total maka fekunditasnya juga akan meningkat. Hubungan fekunditas dengan panjang total ikan beunteur menghasilkan persamaan : F = 6.10
-5
L
3.9158
.
Gambar 18. Hubungan fekunditas dengan panjang total ikan beunteur Puntius binotatus.
2000 4000
6000 8000
10000 12000
50 60
70 80
90 100
110 120
130 Panjang Total mm
Fekunditas
F = 6.10
-5
L
3.91 58
r = 0.75
4.2.4.6 Diameter telur
Ikan beunteur mempunyai sebaran diameter telur antara 300–900 µ m TKG III dan IV. Jumlah ikan yang diamati sebaran diameter telurnya pada TKG
III 40 ekor dan TKG IV 40 ekor. Sebaran diameter telur pada TKG III berkisar antara 300–850 µm, dan terbanyak pada selang 525-599 µ m 43,23. Pada TKG
IV, diameter telur berkisar antara 410–900 µ m dan terbanyak pada selang 600– 674 µm 51,03 Gambar 19; Lampiran 11.
Dari sebaran diameter telur TKG IV, diperoleh modus penyebaran dengan satu puncak. Ini menunjukkan bahwa ikan beunteur tergolong kelompok ikan
yang memijah dengan mengeluarkan telur sekaligus total spawner. Biasanya ikan yang tergolong dalam kelompok ini memiliki ukuran diameter telur yang
kecil, fekunditas yang besar dan musim pemijahan yang tetap Lowe-McConnell, 1987.
Selang diameter telur µm Gambar 19. Sebaran diameter telur ikan beunteur Puntius binotatus TKG III-IV
Frekuensi TKG III n = 40 ekor
10 20
30 40
50
TKG IV n = 40 ekor
10 20
30 40
50 60
300-374375-449450-524525-599600-674675-749750-824825-900
4.3 Kualitas perairan di bagian hulu DAS Ciliwung